Leave It!

Jika ada yang berbisik dibelakangmu, tolong jangan kau dengar. Saat kau tahu itu tak nyata, jangan kau lihat. Cukup kau biarkan dan tinggalkan.

.

.

Prologue

.

.

"Apa kau baik-baik saja?"

Suara lembut itu keluar dari seorang pria paruh baya. Ia menampakan raut wajah khawatir sejak mendung tadi.

"Suara-suara itu masih terdengar." Gadis dengan manik emerarld itu memandang daun-daun yang terkena rintikan hujan. Sesekali ia tersenyum saat hujan itu terlihat mulai reda, tapi kembali termenung saat hujan itu kembali deras. "Aku benci hujan."

"Seorang gadis cantik memandangiku dari pohon tua itu. Itu membuatku takut." Lanjut gadis itu.

"Jangan kau hiraukan!" Perintah pria paruh baya itu. Raut wajah khawatirnya terlihat semakin jelas. Dia lalu menutup jendela kaca itu dengan tirai.

BRAK

"Dia tepat berada didepanku sekarang!" Teriak gadis itu. Ia menutup matanya dengan kedua tangannya. Dia ketakutan dan tubuhnya bergetar hebat.

BRAK

PRANG

Pria itu mengayunkan sebuah tongkat secara asal. Beberapa barang terlihat berjatuhan setelah mendapat pukulan asal dari pria itu. "Siapapun kau! Jangan ganggu putriku! Pergi!"

Sang Gadis masih saja meringkuk dipojok ruangan sambil menutupi wajahnya. Tubuhnya masih bergetar hebat dan keringat mengucur keluar dari tubuhnya.

"Aku tak melihat apapun! Aku tak melihat apapun." Teriak gadis itu masih dalam posisinya.

BRUK! PRANG!

Pria paruh baya itu terpental jauh dan tubuhnya menabrak tembok. Seketika teriakan keras muncul dari pria itu. Tubuhnya lalu terjatuh kelantai dengan keras.

"Berhenti! Kumohon berhenti!" Teriak gadis berambut merah muda itu saat membuka matanya. "Apa maumu?"

"Kenapa harus tubuhku?!" Seperti orang gila, ia berbicara sendiri.

PRANG

Seluruh kaca diruang tamu itu pecah. Diikuti teriakan gadis itu.

Gadis cantik yang tadi ia lihat berubah menjadi gadis menyeramkan dengan darah yang keluar dari kepalanya. Salah satu bola matanya terbalik dan sudut bibirnya sobek. Dileher dan perutnya terdapat luka bekas benda tajam yang telah membusuk.

"Jadi ini wujud aslimu?!" Teriak gadis merah muda itu.

Hawa dingin semakin terasa menusuk tulang berkat hujan disore itu. Hening, tapi tidak untuk gadis itu. Rintik hujan masuk melalui kaca jendela yang telah pecah. Meskipun masih dalam ketakutan yang amat sangat, tapi ia tak bisa meninggalkan tempat itu.

"AAAAAAAAA!"

.

.

-Prologue Fin