06.00AM, Seoul, Korea Selatan.

Burung pipit terdengar merdu ketika mereka berkicau di pagi hari. Tak jarang, mereka mematukkan paruh mereka di jendela setiap rumah hanya sekedar untuk membangunkan mereka dan memberitahu kalau pagi telah tiba.

Xi Luhan adalah satu diantara seribu orang yang berhasil dibangunkan oleh burung pipit yang mematukkan paruh kecilnya pada jendela kamarnya. Sedikit mengucek matanya, ia bangkit dan merentangkan tangannya yang terasa kaku.

Melirik ke arah kalender duduk di meja nakasnya, pria itu mengernyit saat mendapati lingkaran merah di bulan ini. Ia melangkah mendekati meja nakasnya, lalu meraih kalendernya tersebut.

Matanya terbelalak saat melihat keterangan dari tanggal yang dibulati itu.

Ke-5

Pernikahan Do Kyungsoo dan juga man—Kim Jongin (setidaknya aku harus membawa pasangan) Tuhan, bantu akuT_T

"THE FUCK!"


.

.

.

.

Twelvelight Present's

.

.

.

Dia (bukan) Pacarku!

.

.

Main cast :

Xi Luhan

Oh Sehun

.

.

.

BXB, Humu, GAY

.

.

.

.

.

Twoshoot

.

.

.

.

.

Hope you'll like it!

.

.

.


Aku benci hidupku.

Itu adalah kalimat ke-15 yang telah ia ucapkan hari ini. Ia terlihat mengenaskan—ini menurutnya, padahal wajah pria itu terlihat normal—dan hampir saja kembali tidur jika Baba-nya dan juga kakak bodohnya tidak memasuki kamarnya untuk membangunkannya dengan paksa.

Ibunya mendelik pada Luhan yang sedang memakai jas formal putihnya dengan pandangan kosong. Ya, mau bagaimana lagi? Ini adalah ke-5 kalinya dalam setahun, ia mendapat undangan untuk menghadiri pernikahan para mantan kekasihnya. Tentu saja, semua itu bukan masalah yang besar untuk Luhan. Mereka mau menikah, ya menikah saja. Luhan bukan tipikal mantan kekasih yang akan menangis meraung-raung untuk mereka.

Hanya saja, orangtuanya akan memberikan petuah-petuahnya padanya setelah pulang dari acara pernikahan itu. "Xi Luhan, kita akan berangkat bersama ke gereja tempat Kyungsoo menikah. Setidaknya, kau malu kepada dirimu sendiri. Sudah berumur 29, tapi—"

"Bu, aku sudah besar. Nanti pasti ada yang melamarku," Luhan mengambil parfum favoritnya yang berada di laci dengan sekali sentak dengan wajah yang bersungut-sungut.

Ibunya sudah terlihat rapi dengan bajunya, sedangkan ia bahkan masih uring-uringan untuk mencari kekasih bohongan ke pernikahan yang tak lain adalah antara sahabat dan mantan kekasihnya itu.

'Oh, aku benci hidupku.'

Ke-16 kalinya.

"Kami tidak akan berangkat denganmu, jika kau masih lama merias dirimu itu." ancam Ibunya yang terdengar telak di telinganya. Luhan mengalihkan pandangannya menuju Ibunya yang ternyata sedang bersindekap ke arahnya.

Luhan merengek, "Apa maksud Ibu? Lalu aku berangkat dengan siapa? Mobilku masih berada di bengkel, dan tidak mungkin kalau aku memaksakan mobilku itu untuk berjalan di kondisi kritisnya." Ibunya berdecih.

"Diamlah. Aku juga tidak terlalu bodoh meninggalkan putra bungsuku untuk menaiki taxi, buang-buang uang saja." Ibunya merogoh ponselnya yang berada di dompetnya. Lalu menelfon satu kontak dengan nama pria yang tertera di ponselnya.

Melempar senyum, Ibunya langsung meninggalkan Luhan di kamarnya dengan seribu rasa penasaran. Senyum ibunya itu, bukanlah senyum biasa. Pasti ada sesuatu dibalik itu.

Luhan sangat yakin untuk itu.

"Firasatku tidak enak. Sangat, tidak enak."

.

.

.

Hening.

Luhan menjatuhkan rahangnya saat melihat siapa gerangan yang datang ke rumahnya sepagi ini. Ibunya sedang memeluk pria itu dengan penuh kehangatan, sedangkan yang dipeluk sama sekali tak terlihat keberatan.

Sebenarnya, Luhan bisa saja bersikap normal padanya, namun, melihat bagaimana pria itu berpakaian—

Luhan mendelik pada Ibunya, "Ma, please, jangan katakan padaku kalau—"

"Yep!" Ibu melepaskan pelukannya pada tubuh pria tinggi itu. Lalu menatap anak bungsunya dengan penuh kegembiraan tiada tara.

Ibu mengedipkan sebelah matanya.

Luhan merinding.

"Sehun akan menemani sekaligus menjadi partner-mu ke pernikahan Kyungsoo."

"TIDAK MAU!" bentak Luhan refleks. Membuat Ibunya terkejut, namun tidak dengan Sehun yang hanya menatapnya santai.

Ibu melipat kedua tangannya di depan dada, "Kau itu kenapa, sih? Sehun itu PAS sekali menjadi partner-mu, sayang." Luhan menggeleng mendengarnya, "Ibu, apa ibu tidak lihat perbedaan tinggi kami yang sangatlah tidak PAS? Orang-orang pasti akan mengatakan kalau dia adalah paman-paman mesum yang menyukai anak remaja." Luhan mencebikkan bibirnya. Sedangkan ibunya menatapnya senang.

"Oh! Kau mengkhawatirkan Sehun? Aw~ so sweet~" gemas ibunya sembari mencubit kedua pipi anaknya.

Sehun tertawa dalam hati.

Luhan mendelik kepadanya.

Lalu Sehun berjalan ke arah luar rumah, meninggalkan mereka berdua. Membuat ibu dan Luhan panik sekaligus terkejut.

"Kenapa anak itu?"celetuk ibu dengan pandangan ke luar. Luhan mengendikkan bahunya tak tahu menahu. Dalam hati, ia senang luar biasa, mungkin Sehun merasa sakit hati pada ucapannya, dan dia memutuskan untuk—

"Apa jika seperti ini, aku akan tetap dikira sebagai paman-paman mesum-mu itu?"

Luhan mengangakan mulutnya.

Sedangkan Ibunya menahan jeritannya dengan kedua tangannya agar tidak menjerit terlalu keras.

Sehun..!

Yap. Sehun mengganti pakaiannya dengan pakaian santainya yang ada di mobilnya. Kemeja putih di dalam, dan sweater berwarna hitam pekat membuat aura ketampanannya menguar. Rambutnya ia tata ke atas, membuat dahi putihnya nya terlihat dengan jelas. Orang-orang, baik perempuan ataupun lelaki, pasti akan memusatkan perhatian padanya, karena auranya membuat orang-orang tidak tahan untuk sekedar melihatnya walau sebentar.

TAMPAN SEKALI...!

.

.

.

To Be Continued

.

.

.

.

HAI HALO HUNHAN SHIPPERS!

Aku tau kok kabar itu:")

Kabar yang itu juga:")

Yang itu apalagi:")

Gue harap, kalian semua tetap mempercayai apa yang kalian percayai! Walaupun Luhan yang bilang sendiri, tetap teguh pada pendirian!

Kayak gue! Wkwkw

Btw,

Ini fanfict twoshoot dengan words maksimal 1k per chapnya!

Tunggu chap terakhirnya yaaap:* luvluvvvvvv:****

.

.

.

Twelvelight