Story ini akan menggunakan banyak flashback jadi akan digunakan simbol ⃝⃝⃝
untuk memisahkan antara kejadian masa lampau dg kejadian masa sekarang. Sedangkan tanda jeda akan memakai simbol •••
Disclaimer:
All characters belongs to Herr Kishimoto
Don't like? Why not keep reading?
You may like this story
⃝⃝⃝
Gladiator adalah orang yang memiliki pekerjaan seperti seniman, namun berisiko kematian. Mungkin sejak Kerajaan Romawi baru didirikan, gladiator sudah menjadi ajang yang sangat digemari masyarakat. Sejatinya mereka adalah budak yang bahkan pernikahan mereka pun diatur oleh tuan mereka.
Sebuah mahakarya ciptaan manusia yang bernama Amphitheatrum Flavium atau yang lebih dikenal dengan nama Colosseum Roma baru didirikan pada masa Kaisar Vespasian dan selesai pada tahun 80 M pada masa Kaisar Titus. Seorang gladiator asal Galia yang bernama Ambiorix Naruto telah mencapai pertarungan perdananya di sana saat usianya yang ke 27 tahun. Taktik bertarungnya yang brilian bahkan menjadi bahan ajar bagi sekolah militer di Campania.
⃝⃝⃝
Seorang murid sekolah St. Helena di Milan, baru sampai di sekolah ketika jam istirahat pertama. Tasnya terlihat tipis dan seragamnya rapi namun rambutnya acak-acakan. Dia tidak berlari namun berjalan seolah tak terjadi apa-apa.
Tak ada guru yang menegurnya karena hal itu biasa terjadi meski tidak sering. Naruto tetap datang pada pukul 8 pagi bila tak ada agenda pagi hari. Semua guru memaklumi keadaannya.
Naruto adalah satu-satunya murid St. Helena yang menjadi anak asuh di Panti Asuhan Galatea. Dia tidak memiliki marga dan sebagai seorang kakak di panti itu, Naruto memiliki tanggung jawab terhadap adik-adiknya. Terkadang ia memasak sarapan, atau belanja untuk keperluan harian, memandikan adik-adiknya atau hal lainnya.
"Kau bilang bisa datang pagi hari ini."
Namanya Sakura, gadis yang menjadi pacarnya sejak ia baru masuk sekolah St. Helena. Sakura adalah salah satu orang yang paling dekat dengan Naruto dan paling tahu seluk beluk pemuda itu.
"Maaf, Udon jatuh dari tangga dan kakinya patah. Aku harus membawanya ke klinik," jawab Naruto, "tapi soal cheat, aku sudah mengakalinya."
"Whoaaa... benarkah? Bagaimana caranya?"
Sekarang Naruto seperti sedang diinterogasi oleh Sakura. Gadis itu berdiri terlalu dekat dengan Naruto.
"Kau bawa laptop? Aku tidak ingat persis bagaimana caranya."
"Ah ya, tentu saja aku membawanya. Tunggu sebentar."
Sakura pun mengeluarkan laptopnya. Naruto tidak membawanya karena laptopnya milik panti, bukan miliknya pribadi. Dinyalakannya laptop dengan chasing berwarna pink itu di atas meja dan Naruto membuka ponselnya untuk membuka bookmark di browser-nya.
Naruto mulai berkutat dengan sederetan kode yang ada di suatu folder game milik Sakura. Ia mengganti beberapa angka dari 1 menjadi 0 atau 0 menjadi 1, bahkan 999999. Curang memang, tapi game tanpa cheat itu hambar bagi Sakura.
"Let the magic happen," gumam Naruto sambil terkekeh.
Game pun diluncurkan. Suara latar khas horor pun mulai terdengar. Biasanya Sakura mulai berdebar bila sudah ada suara seperti itu, tapi karena sekarang ada di sekolah dan masih jam istirahat, suasana mencekam itu tidak terasa.
Game itu dimainkan sampai Naruto bertemu monster yang menjadi karakter antagonisnya. Naruto menjalankan karakternya memuju si monster dan muncul garis merah di layar. Si monster menyerang tapi karakter Naruto tidak kunjung mati.
Tentu saja itu cheat. Naruto membuat karakter protagonisnya menjadi imortal. Sekarang Sakura bebas mengelilingi kastil super seram yang ada di game itu tanpa takut mati lagi, meski kemunculan monster-monster itu tetap menyeramkan.
"Wah... terimakasih, Naruto. Kau yang terbaik," kata Sakura semringah.
Naruto kembali terkekeh. Ia tidak menjawab apa-apa, kecuali meledek pacarnya itu.
"Paling kau merusak tombol escape-mu lagi. Hahaha!"
"Kali ini tidak akan. Lihat saja nanti."
•••
Seorang murid laki-laki bediri di depan pintu kelas saat pelajaran trigonometri sedang berlangsung. Anak itu tampak tak acuh dengan lingkungannya. Matanya hitam dan tajam, bahkan penuh dengan tatapan menilai. Tipikal seorang yang sangat teliti.
Si guru matematika, Sig. Hatake, mempersilakan si murid baru untuk memasuki ruang kelas. Saat si murid masuk, ia langsung memperkenalkan diri tanpa diperintah oleh gurunya.
"Bonum mane*, namaku Uchiha Sasuke. Aku pindahan dari Turin," kata si anak baru.
*selamat pagi
Satu kelas itu mulai bisik-bisik. Bukan karena penampilan anak baru itu tetapi karena logatnya.
"Dia bicara dengan Bahasa Latin?"
"Ya ampun, dia mau pamer atau apa?"
"Tunggu, itu Bahasa Latin."
Sebenarnya tidak aneh karena Italia meruapakan bagian dari Kekaisaran Romawi, namun sangat aneh karena negara itu tidak lagi menggunakan Bahasa Latin sebagai salah satu bahasa negara.
"Apakah ada pertanyaan tentang Sasuke?" tanya Sig. Hatake .
Tidak ada yang mengacungkan tangan. Semua masih sibuk dengan kecurigaan masing-masing. Tetapi tiba-tiba Naruto berdiri dari tempat duduknya.
"Duduklah di sampingku, Sasuke," katanya.
Itu jelas sebuah tuntutan, karena sebenarnya Naruto duduk di dekat tembok dan pacarnya, Sakura, tepat di sampingnya. Gadis itu sebenarnya tidak terima dengan perkataan Naruto barusan. Apa-apaan itu, ada murid baru lalu dia diusir? Sepertinya Naruto perlu dihajar sampai ada benjol sebesar bola tenis.
"Sakura, duduklah di samping Ino," perintah Naruto.
"Ap-apa!? Tapi-"
"Pindah."
Sakura mengalah. Ia membawa semua barang-barangnya dan meletakkan semuanya di atas meja kosong dengan kasar. Ino sampai mengusap punggung Sakura yang bergetar karena marah. Ia menenangkan gadis itu dengan berbagai bujukan namun Naruto tidak peduli.
Kakashi tak bisa berkata apa-apa melihat titah absolut muridnya. Naruto seperti bukan Naruto yang biasanya ceria dan periang. Si murid baru bernama Sasuke itu seolah membalikkan kepribadiannya sekejap mata.
"Baiklah. Kau tahu tempatmu, Sasuke."
Sang guru tidak lagi ambil pusing terhadap masalah percintaan remaja itu. Biarkan saja Sakura mengutuk Naruto dengan perintah bodohnya itu.
Si anak baru bernama Sasuke itu meletakkan semua peralatan sekolahnya di meja, lalu membereskannya sedikit. Mata Naruto pun tak lepas dari setiap pergerakan tangan cekatan Sasuke, bahkan pergerakan setiap sendinya pun tak lolos dari perhatiannya. Jemarinya begitu lentik seperti jemari seorang pemain harpa.
Cinta pada pandangan pertama? Bukan. Itu adalah tanda-tanda de javu.
"Apakah kita pernah bertemu?" sapa Naruto.
"Tidak tahu," jawab Sasuke tak acuh.
Baiklah, anak baru ini rupanya adalah orang yang dingin dan angkuh. Kalau saja dia tidak menarik perhatiannya, mungkin saja Naruto akan membiarkannya begitu. Tapi entah mengapa sejak pertama mereka bertemu, Naruto merasa terikat dengan Sasuke.
•••
"Jadi ayahmu dosen?" tanya Naruto memastikan.
"Ya. Ayahku baru mendapat jabatan tinggi di Universitas Milano dan ibuku adalah guru asilo*," jawab Sasuke.
*asilo = taman kanak-kanak
"Kau beruntung. Selama ini tidak ada yang mengadopsiku, dan masih ada waktu setahun lagi sampai aku harus mandiri."
Saat ini Naruto mengajak Sasuke untuk makan siang bersama. Mereka terlihat akrab padahal baru saja bertemu. Naruto yang biasanya cerewet dan suka mengganggu orang mendadak kalem ketika bersama Sasuke.
"Naruto! Aku butuh penjelasanmu!"
Itu Sakura. Gadis itu sedang berapi-api. Pacarnya mencampakkannya begitu saja dan bahkan melupakan segalanya hanya karena si anak baru.
"Penjelasan apa?" tanya Naruto santai.
"Kau menyuruhku pindah seenaknya!" bentak Sakura lagi.
"Dengar, Sakura, kau punya teman dan anak baru ini tidak. Apa menurutmu itu irasional?"
"Tidak. Tapi memaksaku pindah itu yang irasional."
Sakura benar. Meski Sasuke anak baru, seharusnya Naruto tidak memaksanya untuk pindah tempat duduk sampai malah terkesan mengusir. Lagipula Sakura itu masih pacarnya.
"Tapi tak apa. Hei, Sasuke, lain kali hati-hati dengan pirang idiot ini. Dia penjahat kelamin, kau tahu?" kata Sakura dengan sinis, namun Sasuke hanya tersenyum, sangat-sangat tipis.
•••
Hal itu terlalu aneh bagi Sakura. Naruto yang biasanya sering bercanda bersamanya, kadang bermain game konsolbersama hingga pernah dengan bodohnya mereka kebut-kebutan dengan sepeda motor di jalan raya hingga mereka jatuh. Mereka adalah sepasang orang bodoh yang membuat seluruh sekolah St. Helena iri dengan hubungan mereka yang seru seperti Joker dan Harley Quinn.
Interaksi Naruto dan Sasuke sebenarnya masih wajar, tapi karena sudah berpacaran hampir setahun, Sakura tahu bahwa ada perasaan yang ikut larut dalam hubungan mereka. Tapi masa iya Sakura ditikung oleh Sasuke?
Oke, ini tahun 2018 dan hubungan sesama jenis telah lumrah di Italia. Mungkin saja pacarnya hanya mencari suasana baru. Mungkin.
Ia pun memutuskan untuk membiarkannya dan fokus pada sebuah proyek yang direncanakan oleh ayahnya. Sig. Haruno Kizashi berencana untuk memberi tugas pada angkatan mereka untuk mengunjungi sebuah situs sejarah di Italia. Ada banyak sekali pilihannya; Menara Pisa, Gereja Siena, Gereja St. Peter di Vatikan, Circus Maximus...
Ah, tetap saja tak ada yang menandingi pesona Colosseum.
To be continued
