Hwang Hyunjin X Kim Seungmin

Rated T-M

Romance, School Life, Age switch, lil bit of Smut

--

Happy Reading

Saat ini terasa hawa panas menyesakkan seluruh bagian paru-paru jika saja air conditioner di kelas tidak menyala.

Jarum pendek telah menunjuk angka 1 sementara jarum panjang yang bergerak seiring pergantian menit itu terarah pada angka 12.

"Fasisme seperti yang kita ketahui merupakan paham dimana seluruh pemerintahan harus tunduk oleh pemimpin yang diktator. Penganut paham ini adalah Hitler dari Jerman, lalu Mussolini dari Italia, dan Kaisar Hirohito dari negara tetangga kita yaitu Jepang..."

Penjelasan dari guru sejarahpun tak mampu menyejukkan jiwa meski pada dasarnya kerupawanan pria berusia 27 tahun di depan kelas itu cukup mampu menjernihkan pandangan mata.

Pemuda bersurai halus itu bukannya terpaku pada penjelasan guru tampan malah asik memandangi papan tulis seakan dia benar-benar paham akan suatu materi, padahal jelas-jelas papan tulis itu masih bersih.

"Kim Seungmin, bisa kau jelaskan kembali bagaimana sosialisme berkembang?"

Frekuensi suara yang berhasil mengenai gendang telinga sang pemuda mendadak membuat irisnya teralih begitu saja dan langsung tertumbuk pada bagian dari guru tampan tersebut, matanya.

"Pak, saya tau saya tidak pandai sejarah jadi saya lebih memilih menghindari pertanyaan itu." Kalimat itu keluar dari bibir Seungmin tanpa peduli akan seperti apa tanggapan orang lain saat mendengarnya.

Ya itu salahmu sendiri karena tidak mendengarkan penjelasan dari tadi!

Pak guru tampan hanya menatap mata berbingkai kaca milik Seungmin tajam.

Yeah, siapapun pasti kesal saat telah mengeluarkan usaha demi kelangsungan kualitas pendidikan di dalam negeri tapi subjek yang kau didik bahkan tidak mengindahkan penjelasanmu.

Seperti itulah kira-kira deskripsi dari perasaan Hwang Hyunjin, sang sarjana pendidikan.

"Silahkan kalian kerjakan tugas di halaman 107 dan jangan lupa kumpulkan di meja Bapak nanti sepulang sekolah."

Pria itu lantas merapikan sedikit penampilannya dengan menghapus debu di bagian bahunya meski pada kenyataannya tidak ada kotoran yang berarti di sana.

Menatap anak-anak didiknya dengan iris kelamnya dan melanjutkan upayanya meninggalkan kelas yang terasa sesak itu.

"Hei, ketua kelas!" Suara hampir mencapai bunyi ultrasonik itu memecah keheningan yang sebelumnya secara damai menyelimuti kelas 2-1 tersebut.

Pemuda beratribut rapi lantas menoleh dan memulai konversasi dengan seorang siswi lainnya.

Bisa Seungmin dengar sang siswi hendak menyerahkan tugasnya setelah semuanya terkumpul, atas dasar untuk bisa melihat lagi paras tampan si Hwang Hyunjin.

Hanya pikiran merendahkan yang ia tujukan pada sang siswi. Bisa-bisanya melakukan hal tidak rasional demi memuaskan keadaan emosional dan hormon remajanya.

Mungkin Seungmin tidak akan pernah mengeluarkan sejumlah uang tunai hanya untuk melakukan hal yang sama sekali tak menguntungkan seperti itu.

Tidak seperti sang siswi yang sekarang sudah memberi dua lembar puluhan ribu won pada ketua kelas hanya demi diperbolehkan mengumpul tugas sejarah.

Sepenting itu kah untuk melihat wajah Hwang Hyunjin?

"Kau juga harus mengumpulkan tugas Kim Seungmin nanti." Suruh sang ketua kelas pada siswi.

"Huft, melelahkan..." keluh siswi.

Tanpa peduli lagi, ketua kelas membalik badannya bermaksud tak menggubris bagian selanjutnya dari kumpulan diksi yang akan dilontarkan siswi.

Seungmin sadar dirinya memang agak populer, banyak hal yang bisa dibicarakan tentang Seungmin, terkadang membuat rumor juga lebih baik daripada menyampaikan info yang sebenarnya dari narasumber, yaitu Seungmin sendiri.

Seungmin hanya manusia berusia belia yang hanya belum menemukan jati dirinya sendiri.

Dia masih terombang-ambing sehingga memicu perilaku dan tata bahasanya yang kurang baik itu makin menjadi di saat seharusnya dia memiliki segala kasih sayang dari semesta.

Hanya korban dari keluarga yang retak.

"Kim Seungmin, kau sudah menyelesaikan tugas dari Pak Hwang kan?"

Yeah, barusan adalah wujud dari harapan sang siswi yang beberapa puluh menit lalu melakukan kesepakatan dengan ketua kelas.

Pemuda belia itu hanya mengangkat kepalanya yang sejak tadi betah di dalam lekukan lengannya sendiri.

Menatap wajah siswi malas lalu beralih meraih buku bersampul kusut yang sama sekali belum ia buka.

"Aku tidak peduli kalau kau belum selesai, pokoknya bukumu harus terkumpul juga." Tegas sang siswi dengan gestur menggebrak permukaan bangku milik Seungmin.

"Ya terserah." Sahut Seungmin tanpa ada dorongan semangat dalam nada bicaranya.

Mungkin bukan hanya dalam nada bicaranya, Kim Seungmin sungguh tak memiliki motivasi untuk sekedar menghirup oksigen di sekitarnya.

Itu hanya kiasan, dia masih bernafas tenang saja. Hanya tak berhasrat dalam menikmati hidup.

Pertama kali nulis di ffn semoga menghibur, peace hehe