Izuku menautkan kedua alisnya menatap seluruh teman wanita di kelasnya yang berkerumun di satu meja.
Mereka nampak begitu antusias dan sesekali berteriak atau memekik girang. Samar-samar Izuku dapat mendengar jika mereka membicarakan ...err cokelat?
Ah.. begitu ya?
Bagaimana Izuku dapat melupakannya? Lusa depan adalah 14 Februari atau yang sering disebut valentine day. Izuku tersenyum miring dan mengibaskan tangannya pelan.
Sejujurnya ia tidak terlalu menganggap hari itu sebagai salah satu hari spesial selain hari kelahirannya tentu saja. Memilih untuk menggendong tas ranselnya dan pergi keluar kelas karena sekarang memang sudah waktunya untuk pulang.
Boku no Hero Academia©Kohei Horikoshi
Love Potion?©Shin Aoi
Todoroki Shōto x Midoriya Izuku
Warning(s) : Maybe kinda OOC. BL/Yaoi/Sho-ai. Self Beta dan segala ketidak masuk akalan yang ada.
Ao tidak mengambil keuntungan materiil dari pembuatan fic ini. Murni hanya untuk memenuhi asupan semata dan diikutsertakan untuk merayakan event #TODODEKUVALENTINEDAY2018
note : tolong anggap kalo tddk n penghuni kelas 1-A sudah kelas tiga:")
Dering jam weker membuat Izuku terpaksa untuk bangun dari tidur damainya. Demi Tuhan.. ia baru saja tidur pukul tiga dini hari demi mengerjakan tugas dari Aizawa-sensei yang luar biasa keterlaluan banyaknya. Pelajaran umum ternyata lebih mengerikan dibandingkan pelatihan dasar pahlawan. Bahkan ia merasa kalau kantung matanya semakin menghitam dari hari ke hari.
Menghela nafas panjang, Izuku pun bergegas untuk bersiap berangkat ke sekolah. Membersihkan diri, memakai seragam dan turun dari kamar menuju kearah ruang makan. Di sana ia sudah disuguhkan oleh sepiring omelet rice yang terlihat menggugah selera. Namun, sebuah sticky notes berwarna merah pastel menyita perhatiannya.
Izuku, Ibu pergi ke supermarket karena kebetulan hari ini ada diskon besar-besaran yang tidak boleh dilewatkan. Ibu janji tidak akan pulang telat. Makan malam Ibu serahkan padamu ne~ Habiskan sarapannya dan jangan sampai tersisa sedikit pun.
Ibu
Sesuai permintaannya Izuku menghabiskan sarapan buatan Inko dengan lahap dan tanpa sisa.
Padahal ia berpikir jika Ibunya tidak perlu repot-repot untuk membuatkannya sarapan pagi jika dirinya sendiri terburu-buru. Tersenyum senang, Izuku pun melangkahkan kakinya keluar apartemen yang ia dan sang Ibu tinggali.
Mengunci pintu dan bergumam 'Ittekimasu' dengan lirih, Izuku berjalan menuju stasiun terdekat dan beberapa kali kedua iris hijaunya menangkap para siswi yang memekik heboh dengan sekotak cokelat di tangannya dan juga beberapa toko yang dihias pernak-pernik berbentuk hati berwarna merah muda.
Setelah sampai disekolah, Izuku pun segera meletakkan payung yang ia bawa ke dalam loker. Jika kalian tidak tahu, ramalan cuaca hari ini mengatakan akan turun hujan ketika sore hari dan ya.. Izuku pernah mendengar sebuah pepatah yang berbunyi; turunnya hujan itu tidak dapat ditebak, bagaikan hati seorang wanita.
Entah dari siapa Izuku pernah mendengar hal itu.. Ibunya kah?
Ketika kedua matanya bergulir, tidak sengaja ia melihat teman yang kebetulan lokernya berada tepat disamping miliknya.
"Pagi, Todoroki-kun." Izuku tersenyum menyapa si lelaki cerdas juara kelas dan dibalas dengan senyum tipis oleh yang bersangkutan.
"Pagi.." Telapak tangan Todoroki membuka loker dan bam! Setumpuk surat dan cokelat pun tumpah ruah dari dalamnya. Izuku menatap lelaki disampingnya dengan pandangan–ehem–iri. Yah.. tidak perlu terkejut, karena ia adalah salah satu dari banyak pria populer di sekolahnya. Padahal masih kurang satu hari lagi sebelum valentine.
Mereka(para wanita) semangat sekali ya..
"S-seperti biasanya kau populer sekali ne.. Todoroki-kun." Izuku tersenyum aneh dan memalingkan wajah.
Ia berharap ada keajaiban yang memungkinkan ia mendapatkan lebih dari satu buah cokelat di lokernya. Karena, Izuku terbiasa mendapatkan satu buah cokelat saja dan itu pun berasal dari kekasihnya.
Todoroki memasang raut wajah sedatar tembok yang bahkan terkesan lebih lempeng dari biasanya. Izuku buru-buru menutup lokernya dan bertanya 'ada apa?' kepada Todoroki dan hanya dijawab dengan dehaman dan senyuman tipis dari si pemilik quirk es dan api.
Si pemilik helai putih-merah mendekatkan wajahnya kearah Izuku. Perlahan ia memojokkan tubuh Izuku ala kabe-don. Perbedaan tinggi badan mereka yang terpaut 10 senti membuat Todoroki terlihat menjulang tinggi di hadapannya.
Izuku mendadak panas-dingin. Benaknya histeris dan otaknya menjerit.
Terlalu dekat! Todoroki-kun, kau terlalu dekat!
Wajah si hijau lumut pun merona sempurna dan membuat si pelaku terkekeh. Jarak diantara kedua wajah mereka mungkin hanya tersisa satu jengkal bahkan kurang dari itu.
Todoroki semakin mendekatkan wajah mereka dan ia dapat mendengar jeritan histeris beberapa siswi yang melihat mereka. Tersenyum miring, ia pun membawa bibirnya ke dekat telinga kanan Izuku lalu membisikkan sesuatu disana.
"Aku duluan, Midoriya."
Setelah mengatakan hal seperti itu, Todoroki pun berjalan menjauhi Izuku dengan senyum kemenangan yang tersungging diwajah. Sementara Izuku..
Ia jatuh terduduk dengan wajah merah pekat. Otak yang selalu ia andalkan untuk menganalisis setiap hero ber-quirk luar biasa pun mendadak berhenti bekerja.
Apa ini? Kenapa tiba-tiba sekali.. Izuku bahkan tidak dapat mengendalikan detak jantungnya yang sekarang berdenyut tidak terkendali.
Oke, kesampingkan masalah Todoroki. Izuku memilih untuk membuka sebuah surat cinta berwarna merah muda dengan tulisan tangan yang rapi terjejer di tempatnya.
Midoriya-chan.. B-bisakah kau menemuiku di atap sekolah setelah bel pulang nanti-kero?
Asui Tsuyu
Izuku memekik kaget dan membuat beberapa siswa disekitarnya memandang aneh. Berdeham pelan dan menunduk meminta maaf karena sudah mengganggu, Izuku pun kembali memusatkan atensinya pada selembar surat cinta yang sepertinya tidak dapat disebut sebagai surat cinta.
Bahkan ketika menulis surat Asui-san selalu memakai aksen khasnya..
Izuku mendadak facepalm. Otaknya pun berputar. Sebenarnya.. ia sudah menjalin hubungan dengan Todoroki walaupun harus di tutupi dari publik.
Apa jadinya jika ia menemui seorang gadis seorang diri tanpa memberi tahu si helai ganda? Apakah ia akan marah? Selain itu.. begitu Todoroki melihat dirinya mendapat cokelat lain dari seseorang yang tidak ia kenal.. Bukankah ia terlihat seperti cemburu?
Untuk yang kesekian kalinya di pagi hari ini. Wajah Izuku pun kembali disepuh oleh pewarna merah pekat alami. Bukannya ia merasa terlalu percaya diri.. t-tapi bukankah kenyataannya benar begitu?
Kalau tidak, mana mungkin Todoroki-kun berani memojokkan dirinya seperti tadi di depan umum!
Sebenarnya, cokelat valentine yang selalu ia dapatkan tiap tahunnya adalah pemberian dari Todoroki. Duel saat festival olahraga membuat lelaki beriris heterochrome itu berubah. Sifatnya sedikit melunak dan ramah. Lalu, entah bagaimana prosesnya tiba-tiba saja mereka sudah menjadi sepasang kekasih seperti sekarang.
Izuku yang sibuk berjongkok seraya menutup wajahnya dengan tangan pun mendadak berjengit ketika ia merasakan ada seseorang yang menepuk kepalanya pelan.
"Midoriya...?"
Izuku mendongak. Biner kehijauannya bertemu dengan iris berwarna ungu yang tidak nampak kilauannya. Seketika otaknya merespon dan menggumamkan sebuah nama.
"Shinsō-kun?"
Dalam sekejap mendadak Izuku berdiri tegap—hingga telapak tangan Shinsō terpental dari kepalanya—dan tersenyum gugup. Ahahaha... pasti dia terlihat aneh di hadapan siswa lain.
"Kenapa kau berjongkok di depan loker? Bukankah kelas sudah dimulai?"
Izuku ber-hah heboh. Salah satu tangan dengan cekatan merogoh saku celana dan menemukan benda yang dicari di sana. Sebuah ponsel pintar ber-case merah tua yang kini menunjukkan pukul setengah sembilan pagi.
"U-uwa! K-kalau begitu, sampai nanti Shinsō-kun! Aku duluan."
Izuku berlari meninggalkan Shinsō yang masih terdiam disana. Tanpa sadar kedua telapak tangannya mengerat.
Pelajaran Bahasa Inggris yang diajarkan oleh Present Mic-sensei memang membosankan untuk beberapa orang termasuk Todoroki sendiri. Ia masih tidak dapat menghilangkan rasa penasarannya terhadap satu buah giri-choco dengan surat berwarna merah muda yang ditujukan kepada kekasih mungilnya.
Sigh.
Mengingat hal itu entah mengapa Todoroki mendadak kesal bukan main. Jari-jarinya mengapit sebuah bolpoin hitam dan mencoret-coret bukunya dengan goresan absurd.
Todoroki bosan. Tidak sengaja kedua matanya beralih ke arah tempat duduk Izuku. Ia menatap punggung kecil itu dengan lama. Memperhatikan betapa antusiasnya Izuku ketika mencatat materi yang ditulis Present Mic-sensei dan mencoba menjawab pertanyaan yang dilontarkan walaupun ia kalah cepat dari Yaoyorozu.
Senyum kecil tersungging di wajah dan membuat Mineta yang berada di sampingnya bergidik ngeri. Bersyukurlah Todoroki tidak menyadari gelagat Mineta saat itu.
Ketika bel istirahat berbunyi, Izuku berusaha mendekati Asui untuk bertanya apa maksud dari cokelat dan surat yang dikirimkan padanya. Berkali-kali ia mencoba untuk memanggil si gadis berhelai hijau gelap tersebut walaupun harus berakhir dengan penolakan walaupun bukan dalam hal yang buruk.
Intinya, setiap Izuku memanggil atau berbicara empat mata dengan gadis itu, pasti ada saja sesuatu yang mengganggunya. Entah dirinya yang mendadak diseret Kaminari atau Asui yang diperintah Aizawa-sensei untuk menemuinya di ruang guru.
"As-Tsuyu-chan.. b-bisa kita berbicara sebentar?"
Si pemilik mata besar pun mengangguk. Mereka telah berdiri berhadapan, Izuku telah mengumpulkan keberanian untuk bertanya tentang hal ini. Yosh, sekarang waktunya!
"Tsuyu-c-chan.. a-apakah k-kau yang m-meletakkan c-coke—"
"Ne, Tsuyu-chan~ temani aku ke toilet!"
Dengan tidak berperi kemanusiaan, Ashido Mina pun memotong ucapan Izuku, tangannya bergerak merangkul Asui. Seringai aneh terpasang di wajahnya.
"Gomen ne, Midoriya-chan.. tadi kau ingin mengatakan apa-kero?"
Asui berusaha untuk kembali mendengarkan Izuku melanjutkan bicaranya setelah bergumam 'tunggu sebentar' kepada Ashido dan dijawab dengan erangan malas oleh si alien pink.
"A-ah.. T-tidak! B-b-bukan a-apa-apa!"
Asui mengangguk mengerti dan tersenyum manis. "Kalau begitu sampai nanti-kero, Midoriya-chan."
Asui berjalan menjauhi Izuku. Sesekali Ashido membisikkan sesuatu ke telinga gadis itu dan berakhir dengan tawa kecil mereka berdua yang menggema.
Ha ha. Izuku tertawa aneh. Sudah pasti ada hal aneh yang akan terjadi padanya dan itu semua berawal dari cokelat dan surat cinta yang dikirim Asui untuknya.
Ketika bel pulang berbunyi, Izuku berusaha untuk menipiskan hawa keberadaannya lalu dengan perlahan pergi dari kelas. Mengendap-endap seraya menjingkatkan kaki agar suara tapaknya tidak terdengar.
Mungkin Izuku sendiri tidak menyadari jika ada seseorang yang memperhatikan dirinya begitu lekat dan bertanya-tanya apa alasannya melakukan semua itu.
Izuku menutup pintu yang memiliki akses ke halaman atap Akademi Yuuei. Menatap ke sekeliling ia berusaha mencari seseorang yang dicarinya.
"Midoriya-chan.."
Izuku menoleh ke sumber suara. Di sana ia menemukan lima gadis lain selain Asui tentunya. Beberapa diantara mereka menyeringai jahil walaupun tidak terlalu Izuku pedulikan.
Yang mengkhawatirkan adalah nasibnya sekarang. Ia memiliki firasat buruk soal ini dan hei.. bukankah ini terasa déjà vu? Apakah Izuku pernah mengalami hal ini sebelumnya?
"Deku-kun, apa kabar?"
Izuku berjengit ketika Uraraka dengan santainya mendekat dan menepuk kedua bahunya keras.
"B-baik.. T-tentu saja aku b-baik, Uraraka-san." Menggaruk pipinya yang tidak terasa gatal dan memamerkan senyum anehnya.
"Midoriya-san.. bagaimana hubunganmu dengan Todoroki-san—ah maksudku, hubungan pertemanan kalian.."
Yaoyorozu menutup mulutnya dengan tangan, pipinya merona merah. Apa yang ia pikirkan sebenarnya? Izuku hanya mengangguk kaku dan mengatakan kalau hubungan pertemanannya dengan Todoroki baik-baik saja.
"J-jadi.. bukankah hanya Asui-san yang menyuruhku menemuinya? Mengapa kalian semua juga ada di sini?"
"Panggil aku Tsuyu-chan, Midoriya-chan."
Izuku mengangguk mengerti. "K-kalau begitu kenapa?"
Izuku bertanya langsung kepada intinya. Ini sudah lewat dari perkiraannya. Terlalu lama.. Izuku takut nantinya Todoroki akan curiga karena setiap pulang sekolah si helai ganda selalu menunggunya di depan gerbang untuk pulang bersama. Walaupun hanya sampai stasiun terdekat.
"Maafkan aku, Midoriya-chan. Sebenarnya yang menulis surat itu bukan aku-kero."
Izuku membatu. Apa-apaan ini? Ia tengah dipermainkan?
"K-kami tidak bermaksud untuk menjahilimu Deku-kun! H-hanya saja.. k-kami ingin meminta bantuanmu.."
Uraraka memainkan kedua jari telunjuknya gugup. Wajahnya memancarkan ekspresi bersalah. Yaoyorozu maju selangkah mendekati Izuku dan membungkukkan tubuhnya.
"Yang menulis surat itu adalah aku, Midoriya-san.. Maaf karena telah menipumu."
Si helai hijau lumut kelabakan. Membuat seorang wanita membungkukkan tubuhnya? Kalau sang Ibu melihat hal ini, ia pasti akan memarahinya habis-habisan.
"A-angkat kepalamu Yaoyorozu-san! T-tak apa.. m-mungkin ada alasan khusus kau melakukan hal ini."
Yaoyorozu menegakkan tubuhnya seraya tersenyum cerah. "Baiklah kalau begitu, tolong tunggu sebentar Midoriya-san."
Izuku tersenyum lelah dan menganggukkan kepalanya pelan. Walaupun beberapa detik setelahnya, ia dipaksa untuk memutar kepala ke belakang untuk menatap siapa yang mendobrak pintu atap dengan brutal.
"Hey.. Jirō? Apa benar kau suka pada—e-eh? Kenapa kalian semua ada di sini?!"
Si helai kuning dengan aksen hitam di rambutnya menunjuk Jirō Kyōka yang berada di samping Yaoyorozu dengan tidak sopan.
"Berhenti menunjuk ke arahku dasar Kaminari bodoh!" Earphone jack milik Jirō pun menusuk pinggang Kaminari dengan brutal dan mendapat erangan kesakitan dari si pemilik quirk listrik.
"Selamat datang Kaminari-san.. Nah, sekarang sudah lengkap. Kalau begitu, bisakah kalian berdua membantu kami?" Yaoyorozu mengatupkan kedua tangannya di depan dada dan memasang ekspresi penuh harap. Kaminari yang masih belum mengerti situasi yang ia hadapi saat ini pun berteriak menentang.
"T-TUNGGU DULU! A-AKU K-KESINI KARENA MENDAPAT COKELAT DAN SURAT DARI JIRŌ.. KATANYA DIA SUKA PADAKU—aduh!"
"Berhenti mengatakan hal memalukan seperti itu dengan suara lantang, Kaminari bodoh! Aku tidak menyukaimu dan yang menulis surat itu bukan aku!" Jirō menyangkal mati-matian bahkan sempat-sempatnya memukul kepala Kaminari. Nafasnya terengah-engah karena berusaha mengucapkan semua itu dengan satu tarikan nafas.
"A-apa.. t-tapi.."
"Yang menulis surat dan memberi cokelat itu adalah aku, Kaminari-san.." Yaoyorozu tersenyum manis dan membuat Kaminari terhenyak.
"J-JADI YAOMOMO SUKA PADAKU?"
"JELAS BUKAN ITU JUGA KAMINARI BEGO!" Jirou menyalak dan kembali menusuk pinggang Kaminari. Kali ini dengan kedua earphone jacknya.
Si helai kuning cerah menjerit pilu dan membuat Izuku yang berada di sampingnya merasa kasihan. Telapak tangan yang penuh bekas luka milik Izuku bergerak untuk menenangkan Kaminari.
Iris kekuningan milik Kaminari bergulir menatap Izuku dalam diam. Mengedip beberapa kali dan ia pun tersadar. "Sedang apa kau disini, Midoriya?"
Izuku tersenyum kecut. "Aku sama sepertimu Kaminari-kun.."
"Kau juga ditipu?! Siapa yang mengirimu surat? Uraraka? Hagakure?"
Izuku mengibaskan kedua tangannya panik dan menggelengkan kepalanya kuat-kuat. "B-bukan! T-tapi.. Tsuyu-chan.. walaupun ternyata yang menulisnya adalah Yaoyorozu-san.."
Kedua mata Kaminari memicing, menatap keenam gadis yang berada disana. "Jadi, mengapa kalian memanggilku kemari?"
Ashido yang sedari tadi terdiam kini pun mulai menunjukkan gelagat anehnya. Kaki kanannya mengetuk-ngetuk lantai atap dengan tidak sabar.
"Oi.. Midoriya, Kaminari.. Kau belum memakan cokelat yang kami berikan 'kan?"
Ashido memicingkan matanya curiga. Izuku dan Kaminari hanya terdiam dan saling menatap. Selang beberapa detik kemudian mereka berdua mengangguk bersamaan.
"Aku tidak memakannya." Izuku mengklarifikasinya dan Kaminari ikut mengangguk.
"Syukurlah!" Si gadis pink berseru keras dan gadis lainnya pun terlihat menghela nafas lega. Memangnya apa yang terjadi jika Izuku dan Kaminari memakan cokelat pemberian mereka?
"Aku tidak akan tahu apa yang terjadi jika kau memakan cokelat itu Midoriya-kun, Kaminari-kun!" Hagakure melompat-lompat panik meskipun hanya-ehem-baju dan roknya saja yang bergoyang akibat kelakuannya.
Izuku terdiam. Pikirannya sudah bercabang kemana-mana dan tidak menyadari jika ia bergumam yang tidak-tidak tentang cokelat itu.
"Oi Midoriya.. asal kau tahu, kami tidak memasukkan racun kedalamnya." Jirō mendelik galak dan nyali Izuku mendadak menciut. Wanita itu memang mengerikan.
"Kami hanya tidak tahu cara membuatnya dan hanya memasukkan bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat giri-choco saja.."
Kaminari menyeringai jahil. Ia menduga jika para gadis kelasnya memang memasukkan hal aneh ke dalam cokelat yang mereka buat. Hei.. jika tidak bisa membuatnya mengapa harus nekat?
"Oi.. memangnya bahan seperti apa yang kalian masukkan?" Kaminari nyaris terkikik geli dan mencoba menghentikan aksinya begitu Jirō memelototinya ganas.
Izuku menunggu jawaban dari pertanyaan Kaminari dengan harap-harap cemas. Semoga saja gadis-gadis itu tidak memasukkan hal-hal aneh ke dalam cokelat yang mereka buat. Asui Tsuyu berdeham pelan dan menoleh ke arah Uraraka yang masih memasang ekspresi bersalah.
"Kami memasukkan bahan-bahan yang normal-kero. Seperti dark chocolate."
Uraraka melanjutkan. "Dilelehkan lalu diberi gula dan madu kedalamnya."
Izuku dan Kaminari terdiam kaku. Ditambah dengan gula dan madu? Bahkan itu sudah menjadi monster makanan manis penuh kalori dan tidak menyehatkan.
"Lalu, daun mugworts, daun mint." Ashido menambahkan dan dilanjutkan oleh Hagakure jika ia menambahkan tiga buah ubi ungu dan wortel.
MEREKA INGIN MEMBUAT COKELAT VALENTINE ATAU RACUN MEMATIKAN?!
"Ah.. kami semua memasukkan bahan itu agar cokelat yang kami buat kaya akan manfaat. Semua bahan dicampur rata lalu dimasukkan ke dalam kuali." Yaoyorozu tersenyum charming dengan kedua tangan bertengger di pinggang, bangga
Izuku dan Kaminari mengelus dada lelah. Beruntung jika mereka tidak terburu-buru untuk memakan dan menyecap rasa dari cokelat yang di buat oleh gadis-gadis itu.
"J-jadi?" Izuku menatap mereka bingung. Ia masih belum dapat menerka apa tujuan para gadis itu membawa dirinya dan Kaminari kemari.
"Etto.. Midoriya-san, Kaminari-san.. Aku ingin kalian mengajari kami membuat cokelat valentine. Hari ini. Sekarang juga."
Oh.. hanya membuat cokelat valentine? Izuku dan Kaminari yang mengajari para gadis itu?
"APA?!"
つづく
a/n : Err.. Haloo! Maafkan Ao kalau moment tddknya kurang :" tapi emang ini rada diberatkan ke friendship huhu.. Tapi tenang aja, kedekatan tddk bakal lumayan banyak di chap depan. Tbh.. Ao mau bikin 2k+ aja.. tapi malah meluber ampe 8k+ huhu.. Jadi ficnya Ao potong jadi dua/tiga bagian. Next chap akan Ao update ASAP. So, ditunggu yaps!
Happy
#TODODEKUVALENTINEDAY2018 ! Special thanks untuk shirocchin yang sudah menyelenggarakan event ini!
p.s : terdapat beberapa perubahan minor dan tidak terlalu mengganggu alur cerita.
Review onegaishimasu!
