Title

Gwaenchanha

Chapter

1

Author

Nae

Rate

T

Genre

Brothership

Main Cast

Cho Kyuhyun. Kim Kibum. And other

Disclaimer

All of you Know, but I still hope Kim Kibum would truly be mine

Summary:

Kyuhyun yakin semuanya akan baik-baik saja. Tapi ia tidak tahu kenapa rasanya begitu sulit?

Warning :

OOC,typo(s), ide pasaran dan mudah ditebak, geje, tidak nyambung dan berbagai hal gak penting lainnya yang menjurus ke arah membosankan.

.

.

"Hyung, apa dia benar-benar hanya tidur?"

"Hn… kau pikir apa? Koma?"

"Ani, Hyung… dia tidur seperti bayi. Rasanya tidak tega setiap kali harus membangunkannya."

"Dia terlihat lebih manis saat tidur."

"Seandainya ia semanis ini saat bangun."

"Mwoya, Siwon Hyung? Hae Hyung?"

.

.

Bagi Kyuhyun, sempurna itu adalah saat ini. Saat ia terbangun, wajah kedua hyung-nya yang dihiasi senyuman simpul nan manis, menjadi pemandangan pertama yang memenuhi bola matanya. Pemandangan terindah yang tidak akan pernah dimiliki oleh orang lain di dunia ini selain dirinya. Kedua orang yang begitu disayanginya setelah Appa dan Eomma. Kedua orang yang selalu menjaga dan melindunginya setiap saat. Kedua orang yang juga ingin selalu ia lindungi.

"Ireonna, Kyu…"

Suara itu terdengar begitu namja berkulit pucat itu kembali menutup matanya yang sempat terbuka. Ia menggeliat pelan. Terusik oleh tangan kekar yang mengguncang pelan tubuhnya. Tanpa membuka mata, Kyuhyun tahu kalau si pemilik tangan kekar itu ada putra sulung keluarga Lee, Lee Siwon. Si namja tampan yang begitu baik hati, pendiam, ramah, murah senyum, dan pekerja keras. Dan suara yang ia dengar tadi, tentu saja milik Lee Donghae. Hyung keduanya yang easy going, asyik, ramai, cerewet, slengean, dan juga kekanakan. Kyuhyun hafal betul setiap hal dari mereka. Sehafal mereka pada setiap detil yang ada dalam dirinya. Karena Kyuhyun selalu ingat kata-kata appa-nya dulu..

Saudara itu adalah tidak ada rahasia antara mereka. Saling terbuka, saling tatap, saling bicara, dan saling berbagi. Karena cara itulah yang akan membuat mereka saling mengerti, saling melindungi, saling menjaga dan saling mencintai.

Mengingat hal itu, Kyuhyun tersenyum dalam tidurnya. Ia kangen sekali dengan Tuan Lee itu. Appa-nya yang paling gagah dan baik hati seperti Lee Siwon.

"Kajja, Kyu. Bangunlah! Eomma sudah menyiapkan sarapan paling enak untuk kita."

Bagi Kyuhyun, sempurna itu adalah saat ini. Saat aroma masakan Eomma yang terhirup hingga menggelitik cacing-cacing di perutnya. Membuat tubuh kurusnya yang selalu menolak bangun pagi itu, seketika terangkat. Tak tahan menahan bau wangi yang Eomma ciptakan. Ah, wanita yang di matanya selalu menjadi wanita tercantik nomor satu itu memang paling bisa. Paling bisa segalanya.

"Ah, ne, Hyung…" Kyuhyun mengangkat tubuhnya. Mengucek mata sipitnya. Menguap lebar, dan meregangkan ototnya yang terasa kaku. Lantas terduduk lemas, menatap kedua hyung-nya dengan sayu, tampak berusaha mengumpulkan nyawanya yang masih tertinggal di alam mimpi. Percayalah, namja yang saat ini duduk di bangku kelas satu Senior High School itu begitu menggemaskan. Membuat kedua hyung-nya tidak tahan untuk tidak mengacak-ngacak rambut berantakan dongsaeng mereka itu.

"YA, Hyung! Apa yang kalian lakukan, huh?"

.

.

"KYUNIE!"

"Jangan berteriak seperti itu, Chwang! Speaker ponselku bisa rusak!"

"Hahaha… kau sudah bangun?"

"Aku sudah mandi dan keluargaku sudah menungguku di meja makan. Kau menggangguku. Ada apa?"

"Lihatlah ke luar. Segera!"

.

.

Bagi Kyuhyun, sempurna itu adalah saat ini. Saat ia membuka jendela dan angin musim gugur pertama menyapa kulit wajahnya yang bersih putih dan terawat. Saat angin musim gugur menerbangkan daun dan bunga-bunga, berjatuhan dan memenuhi halaman rumah sederhana tempat ia dan keluarga kecilnya menetap. Saat angin musim gugur membelai manja wajahnya, menyampaikan sejuta rindu yang terpendam jauh dari pedalaman hatinya. Angin musim gugur yang paling Kyuhyun sukai di sini, di rumah sederhananya, di kota kecilnya, Gyeongju.

"Aku tidak ingin sahabat baikku melewatkan sejuta salam rindu tahun ini. Nikmatilah sarapanmu, dan semoga harimu hari ini menyenangkan, Kyu. Aku tutup teleponnya, ne?"

Tut

Bagi Kyuhyun, sempurna itu adalah saat ini. Mendengar suara ceria sahabatnya. Teman masa kecilnya yang paling perhatian, teman masa kecilnya yang paling tahu semua hal tentang dirinya. Bahkan sepertinya ia jauh lebih tahu Kyuhyun dari Kyuhyun sendiri. Shim Changmin, si tukang makan, yang begitu baik hati.

"Kajja, Kyu. Kau lama sekali."

Kyuhyun membalikan badannya. Donghae Hyung tampak menyembul di balik pintu kamarnya. Ia terlihat memasang raut wajah pura-pura kesal. Kyuhyun tahu, tidak ada di antara kedua hyung-nya yang benar-benar bisa memarahinya.

"Ah, ne, Hyung. Mian…" Kyuhyun menutup jendela kamarnya yang sempat ia buka, lantas berjalan beriringan menuju meja makan di lantai bawah bersama Donghae.

"Pagi, Eomma…" sapa Kyuhyun saat tiba di meja makan. Ia menarik kursi di samping eomma-nya sementara Donghae mendudukan dirinya di samping Siwon, berhadapan dengannya.

"Pagi, Kyunie, putranya Eomma yang paling tampan." Nyonya Lee tampak tersenyum lebar saat Kyuhyun mendaratkan kecupan singkat di pipinya. Ie mengelus lembut kepala Kyuhyun. "Makan yang banyak, arraseo?" Kyuhyun mengangguk. Siwon dan Donghae tersenyum bahagia melihat betapa manisnya adegan di hadapan mereka.

Bagi Kyuhyun, sempurna itu adalah saat ini. Bahagia bersama orang-orang yang disayanginya.

"Kalian juga, makanlah yang banyak." Wanita paruh baya itu melemparkan pandangannya ke arah kedua putranya yang lain. Tak lupa dengan senyuman manisnya yang khas. "Hari ini, mari kita habiskan energi kita untuk berjalan-jalan," ujarnya. Donghae mengangguk semangat dan Siwon hanya tersenyum setuju menanggapinya. Hanya Kyuhyun yang tampaknya tidak tahu apa-apa, yang langsung menatap bingung anggota keluarganya.

"Maksud Eomma?"

"Kita akan bersenang-senang hari ini, Kyu. Kita habiskan waktu sepuasnya bersama-sama." Donghae menjawab pertanyaan Kyuhyun di sela kunyahannya.

"Jinjja?" Mata Kyuhyun berbinar. Rasanya sudah lama mereka tidak jalan-jalan bersama mengingat betapa sibuknya mereka satu tahun terakhir ini.

"Ne, Kyu. Kita ke makam Appa dan setelah itu kita akan berkeliling Gyeongju. Kita habiskan waktu di sini sebelum kita pindah ke Seoul."

"MWO? A-apa yang Eomma katakan barusan? Pindah?" Kyuhyun memekik tertahan. Ia menatap Eomma dan kedua hyung-nya bergantian. Meminta penjelasan.

Siwon menghela nafas panjang. Ia sudah tahu kalau Kyuhyun akan bereaksi seperti ini saat keputusan yang sudah mereka ambil beberapa hari yang lalu itu mereka beritahukan padanya. Kyuhyun akan menolak mengingat betapa bahagianya Kyuhyun dengan hidupnya saat ini. Betapa enggannya Kyuhyun meninggalakan jutaan kenangan bersama Appa yang pernah tercipta di rumah ini.

"Kyu…"

"ANI! Aku tidak mau! Aku tidak akan pernah mau meninggalkan tempat ini!"

Suara decitan kursi terdengar keras. Disusul dengan gebrakan pintu kamar yang dibanting dengan kasar, membuat seluruh penghuni meja makan itu menghela nafas panjang.

.

.

"Hyung, tolong jangan paksa aku untuk meninggalkan tempat ini."

Siwon berada dalam pilihan sulit sekarang. Suara serak dan parau Dongsaeng terkecilnya itu membuat hatinya dihadapkan pada pilihan yang sulit. Donghae sampai saat ini bahkan belum bisa menghentikan tangis Eomma di lantai bawah sana sejak satu jam ini. Membuat si sulung Lee ini benar-benar berada pada pilihan dilematis.

"HYUNG!" Kyuhyun berteriak begitu tak mendapat respon apa pun dari Siwon.

Siwon terlonjak. Ditatapnya wajah Kyuhyun yang sudah dipenuhi air mata. "Ne, Kyu. Mari kita pikirkan ini bersama-sama. Mari kita ambil jalan terbaik untuk kita." Namja berlesung pipi itu menarik Kyuhyun ke dalam dekapannya. Menenangkan adiknya. Ia merasa suhu tubuh Kyuhyun sedikit tinggi. Bukan rahasia lagi untuk Siwon dan juga yang lain kalau adik bungsunya ini akan mudah sakit saat berada dalam kondisi tertekan sedikit saja seperti sekarang ini.

"Aku bahagia berada di sini, Hyung. Kenapa kita harus pindah? Apa alasan kalian ingin meninggalkan tempat ini?" tanya Kyuhyun di sela isakannya. Tidakkah Eomma dan hyung-hyung-nya tahu kalau kebahagiaan Kyuhyun terletak di alur hidupnya saat ini?

"Kita tidak pernah ingin meninggalkan tempat ini juga, Kyu. Alasan Eomma menangis di bawah bahkan sama dengan alasanmu sekarang. Sama-sama tidak ingin meninggalkan tempat ini. Hanya saja, memang sudah waktunya kita meninggalkan tempat ini. Tapi, percayalah, Kyu… ini semua untuk kebaikanmu."

Setelah kepergian Appa satu tahun silam, Siwon yang paling tahu bagaimana sulitnya menjalani hidup, hingga ia harus turut bekerja keras untuk membantu Eomma menghidupi anggota keluarganya. Ia harus banting tulang untuk Kyuhyun, Donghae, Eomma, dan juga dirinya sendiri. Dan satu minggu yang lalu saat Eomma dan juga dirinya dipecat dari pekerjaannya, ia sempat frustasi, sampai akhirnya Eomma mendapat tawaran pekerjaan dan kehidupan yang layak dari teman lamanya di Seoul. Mereka pikir itu kesempatan emas yang tidak bisa ditolak mengingat begitu susahnya mendapat pekerjaan baru.

"Aku takut hidupku tidak sebahagia dan sesempurna di sini, Hyung. Aku akan meninggalkan banyak hal yang belum tentu aku dapatkan di tempat baruku nanti. Aku tidak yakin akan tinggal di rumah seperti ini, aku tidak yakin akan mendapatkan teman sebaik Changmin di sana, dan aku tidak yakin bisa meninggalkan Appa sendiri di sini tanpa kita."

Kyuhyun melesakan wajahnya di bahu Siwon. Sungguh! Baginya, sempurna itu adalah, kebahagiaannya saat ini. Dan ia tidak tahu apakah hidupnya akan sesempurna sekarang di tempat barunya nanti?

"Ayo kita lihat lebih dekat apa yang tidak kau yakini itu, Kyu. Kita tidak akan tahu jika kita tidak melihat dan merasakannya. Hyung janji akan membuat semuanya lebih sempurna dari ini."

"Jinjja?"

"Kau boleh melakukan apa pun padaku jika aku melanggar janjiku."

.

.

To be continue…

.

.

Ini bisa dibilang masih prolog. Jadi, maaf pendek dan geje.

Review or no, I just wanna say, thanks fo reading ^^