Sebenarnya... Kau anggap aku apa?
Kekasihmu... Sahabatmu... Temanmu...
Atau...
Kau tak menganggapku apa-apa...
Kau tahu... Aku berharap akan segera bertemu denganmu..
Tapi... Sepertinya kau mengabaikannya...
Tapi... Walaupun kau tak menganggap aku sebagai kakasihmu, 'Koi'..
Aku... Akan selalu mencintaimu...
Disclaimer : Naruto Ⓒ Masashi Kishimoto
Flashbacks Ⓒ Amelia Mitarashi Hatake
Warning : Full of MissTypo, GJ,
Don't Like Don't Read
.
.
.
Flashbacks
.
ZZRRAAASSSHHH...
Aku terdiam. Tetesan air hujan yang kian membasahi tubuhku tak kuhiraukan. Aku masih berdiri di tengah taman yang sepi. Tubuhku berguncang. Air mata bercampur dengan air hujan. Aku menangis, ditengah hujan. Kuharap dia segera datang. Setidaknya hanya untuk berkata, 'Jangan menangis, sayang.' Tidak! Dia tidak akan datang. Mungkin kalau seandainya aku mati di tengah hujan, dia tidak akan datang.
Aku berteriak, "Kakashi! Kau anggap aku apa, Kakashi! Aku ini apa bagimu!" tidak ada jawaban. Membuat isakanku makin kencang. Percuma aku menangis di tengah hujan begini. Berteriak seperti tadi. Dia tidak akan datang. Tidak akan.
Aku terduduk. Sambil terisak aku kembali berkata, "Kakashi... Hiks... Aku merindukanmu... Hiks..." lalu aku teringat saat pertama kali aku bertemu dengannya.
.
*Flashback on
.
Aku melihat ke setiap ruangan. Melihat kertas yang ditempel. 'Aduh, gawat! Aku bakal telat ikut ulangan nih!' batinku. Kulihat sahabatku yang ada di kelas ujung koridor. Aku memanggil namanya.
"Aya-chan!" lalu aku segera menghampiri sahabatku itu.
"Anko-chan! Sini! Ruangan kita di sini! Ayo masuk! Kita belajar sama-sama!"
"Ah! Ruangan kita di sini ya... Sama kelas berapa?" tanyaku penasaran.
"Hm... Sama kelas XI IPA 2 dan XI IPA 7." Katanya.
"Semoga kita sebangku sama kakak kelas yang pintar ya, Aya-chan!" ujarku bersemangat.
Tak lama ada kakak kelas berambut perak yang duduk di bangku sebelahku. Aku kaget. Karena tiba-tiba ia ada di sampingku. Lalu ia tersenyum. Lalu ia segera belajar dengan teman-temannya. Akupun segera belajar. Tak lama Ayame berkata, "Anko-chan! Itu yah, yang duduk di sampingmu?"
Aku mengangguk. Lalu dengan wajah memerah dia berbisik, "Tampan yah."
Aku tersentak. Ayame? Dia mengatakan bahwa kakak kelas yang duduk di sebelahku itu tampan? Bahkan kukira dia tidak akan memuji kakak kelas. Kupikir kakak yang duduk di sebelahku itu biasa saja. Bagaimana dia bisa mengatakan kalau orang itu tampan?
"Anko-chan?" kata Ayame sambil mengayunkan telapak tangannya di depan wajahku. Aku linglung.
"Iya?"
"Kakak yang duduk di sampingmu itu memperhatikanmu terus.. Kayaknya dia suka deh sama kamu.." katanya. Aku menangkap nada kekecewaan dalam suaranya. Aku pun menoleh. Ternyata benar, kakak yang duduk di sampingku memperhatikan aku. Dengan cuek aku kembali membaca buku pelajaranku.
TINGTONG
TINGTONG
"Ah, udah bel." Gumamku. Lalu aku memasukkan buku pelajaranku dalam tas dan mengeluarkan tempat pensil yang udah berisi alat tulis dan papan scanner. Lalu tas kumasukkan ke depan kelas. Namun, ketika aku hendak berjalan ke depan kelas, kakak kelasku berkata, "Sini, kakak aja yang bawakan. Kamu duduk aja lagi." Dengan patuh aku menyerahkan tasku sambil bergumam kata 'terima kasih'. Aku kembali ke tempat dudukku. Kakak kelasku tadi duduk di sebelahku. Setelah melihat nama yang ditempel di sudut mejaku dia berkata, "Oh, jadi namamu Anko yah,"
Dengan cuek aku menoleh lalu berkata, "Iya." Lalu ia mengulurkan tangannya.
"Panggil aja Kakashi. Hatake Kakashi." Tanpa menjabat tangannya aku berkata, "Udah tau kok! Ada namanya!" kataku sambil menujuk sudut mejanya Kakashi.
"Ahahaha... Iya, ya." Lalu guru pengawas ulangan membagikan soal ulangan dan kertas jawaban.
.
*Flashback off
.
.
Aku masih terisak. Hujan yang mengguyurku bukannya berhenti malah makin deras. Aku tak memperdulikan tubuhku yang sudah menggigil karena kedinginan. "Hiks.. Hiks... Kakashi..."
*Normal POV
Anko masih terisak. Hujan yang semakin deras tidak dihiraukannya. Tanpa dia sadari, ada yang sedang memperhatikannya di balik pohon Sakura.
"Apa tidak apa-apa kita biarkan dia begitu?" tanya seorang perempuan.
"...Aku tak tahu. Kita perhatikan saja dia, apa yang akan dia lakukan nanti." Ujar seorang laki-laki. Perempuan itu tersenyum sambil mengelus rambut hitam panjangnya. Lalu ia berkata, "Kau kejam sekali. Bukankah dia itu adalah orang yang sangat berharga bagimu?"
"Aku hanya ingin melihat apa yang dia lakukan saat aku pergi." Kata laki-laki itu. Rambutnya yang semula mencuat ke atas telah basah oleh hujan. Ia lalu memperhatikan Anko yang terus menangis.
"Hehe... Baiklah,"
To Be Continued
Hai, minna... Amel balik lagi dengan fic yang baru lagi...
Amel senang kalo kalian mau menyempatkan diri dengan membaca fic Amel yang gak terlalu bagus ini...
Yah kalo kalian gak keberatan, review yah... ^-^
