God of War

.

.

Cho Kyuhyun, Kim Kibum and other

.

"Seorang kaisar itu utusan dewa. Kekuasaan itu kesombongan yang memiliki batasan. Cinta itu seluruh dunia ini." Kui Xian seorang pangeran yang tidak bisa memegang pedang dan menjadi kaisar adalah takdirnya.

.

Drama

.

"Rembulan telah menunjukkannya." Hembusan angin di malam itu bertiup lembut. Seorang wanita dengan gaun China putihnya berdiri di hadapan kaisar. Di taman halaman belakang istana dan wajah cantiknya bagaikan bersinar mengimbangi pantulan permukaan kolam ikan koi yang juga berada di sana.

Rambut hitamnya tertiup lembut, menjuntai indah hingga pinggang—selembut sutra. Kaisar seolah tak percaya dengan apa yang ia lihat. Apakah ia sedang melihat perwujutan dari seorang dewi. Ia tak ingat ada wanita secantik itu di istananya. Mengalahkan rambulan yang bersinar di atas sana bahkan bunga tak bisa dibandingkan dengannya.

Wanita elok rupawan itu tersenyum. Membuat sang kaisar—lelaki berpakaian warna emas dengan lambang naga di punggungnya tergugup. "Anak yang baru terlahir ini akan membawa dataran Han menguasai dunia"

"Si—siapa?" kaisar gugup. "Siapa kau?" hatinya menjerit ingin mengetahui nama wanita itu.

Wanita cantik itu mengibaskan lengan bajunya, membuat sebuah percikan cahaya yang terlihat ajaib. Kemudian ia menghilang.

"HORMAT KAISAR!" seorang Kasim menundukan tubuhnya—menghampiri sang kaisar dengan terburu buru. Wajahnya dipenuhi dengan rona kebahagiaan—tentu saja ini berita baik. Sang kaisar memutar tubuhnya menatap penuh Tanya sang kasim yang sibuk mengatur nafasnya.

"Selir Yue baru saja melahirkan putra anda, yang mulia"

Ika. Zordick

Namaku Kui Xian, margaku Liu. Anak dari kaisar China. Pangeran yang terkutuk—karena aku dilahirkan dari Rahim seorang selir bukan dari permainsuri.

PAK

PAK

PAK

"Yang mulia! Jika kau mengayunkan pedang seperti itu kau tidak akan pernah bisa membunuh musuhmu"—dan aku benci kenyataan bahwa aku seseorang yang harus mengambil nyawa orang semudah membunuh lalat.

Kui Xian—Kyuhyun menghempas pedang kayu yang ada di tangannya ke tanah. Dia memilih duduk bersila di tanah dengan tangan bersidekap di depan dadanya—melakukan aksi mogok yang selalu ia lakukan rutin ketika berlatih pedang. "Kasim Shen Dong, aku tidak ingin berlatih lagi! Suruh saja pengawal itu pergi" seorang pangeran tetaplah seorang pangeran. Dia bebas melakukan apapun ketika ia tidak suka. Dan pedang adalah benda yang tidak ia sukai.

"Yang mulia akan marah kalau anda tetap seperti ini" kasim bertubuh gempal itu masih berusaha membujuk. Dia selalu yang menjadi bulan bulanan sang kaisar ketika sang pangeran yang dilayaninya sejak kecil itu melakukan tindakan keras kepala seperti saat ini.

Kyuhyun memilih menatap rerumputan hijau tempatnya berlatih. Memandang kosong. Kasim itu mengetahuinya—mengetahui setiap pemikiran seorang yang sangat ia sayangi itu. Seseorang yang selalu ia tatap punggungnya setiap langkah—seseorang yang kini tumbuh menjadi remaja lelaki yang sehat. Kasim Shen Dong ingin meneteskan air mata jika mengingat betapa ia sangat bekerja keras membuat pangerannya itu tumbuh hingga sebesar ini.

"Pengawal Xiu, kau bisa pergi. Yang mulia sepertinya tidak enak badan" Kasim selalu memanjakan Kyuhyun sebenarnya. Ia bisa saja melaporkan betapa keras kepalanya Kyuhyun dan sang kaisar akan menghukumnya.

Pengawal itu pergi. Meninggalkan Kyuhyun dan pelayan pelayannya serta kasim Shen Dong di taman istana—depan kamarnya. Ia merebahkan tubuhnya di rerumputan—Kyuhyun menikmati kebebasannya, menatap langit dan berpikir bahwa ia sedang terbang di sana. Dia ingin bebas. Tidak terkekang oleh istana.

"Kasim Shen Dong" Kyuhyun memanggil. Kasim Shen Dong mendudukkan tubuhnya di samping sang pangeran, menutupi sinar matahari yang menyengat dengan punggungnya agar tak mengenai wajah sang pangeran.

"Ya yang mulia"

"Apa kau pernah berkata tidak untukku?" ini pertanyaan yang membuat sang kasim menghela nafas. Dia memang selalu menuruti perkataan sang pangeran.

"Tidak pernah yang mulia"

"Ayo temui ibunda. Aku merindukannya!" sorak Kyuhyun girang.

"Anda harus meminta izin kepada yang mulia kaisar, yang mulia"—menimbulkan gembungan di pipi Kyuhyun. Kenapa kasimnya selalu melakukan hal yang merepotkan? Apakah di luar sana, untuk bertemu ibu kandungnya orang orang harus melapor terlebih dahulu?

"Menjengkelkan"

Ika. Zordick

Senyuman ceria menghiasi bibirnya. Rambut hitam kelam sebahunya di ikat sedemikian rupa bagikan seorang pendekar dengan hiasan rambut berbentuk naga. Pakaian sutra membungkus tubuh rupawannya. Dia pangeran yang membenci pedang, namun dia hidup di lingkungan istana yang memaksanya untuk berperang.

"Xiao di!" suara berat seseorang membuatnya menoleh. Kasim Shen Dong dan pelayan yang mengikuti langkahnya buru buru membungkuk hormat.

"Hormat pada pangeran" pelayan dari kedua belah pihak saling membungkukkan badannya. Senyum di bibir Kyuhyun menghilang, dia menundukkan kepalanya—menunjukkan wibawa khas keluarga kerajaan pada umumnya.

"Er ge" lelaki dengan senyum kekanakan itu menggaruk kepalanya canggung. Ia benci mengakui ini, dia hanya ingin dekat dengan adik bungsunya dan akhirnya malah di hadapkan dengan kenyataan mereka hidup dalam keluarga yang begitu—

Ah.. susah untuk dijelaskan.

"Xiao di, apakah kau di panggil kaisar kemari?" lelaki tampan yang masih mengenakan pakaian perangnya itu menunjukkan perhatiannya. Dia sayang pada Kyuhyun meski mereka berasal dari ibu yang berbeda. Adik kecilnya itu terlalu banyak menderita dan ibunya sepertinya suka sekali menekan sang adik.

"Tidak, aku hanya ingin meminta izin untuk bertemu dengan selir Yue" anggaplah Kyuhyun tidak sopan tapi peraturan di istana tak pernah mengizinkannya untuk memanggil ibunya sendiri dengan sebutan ibu. Satu satunya ibunya di istana ini adalah permainsuri—beliau adalah ibu dari Dong Hai—seseorang yang berdiri di hadapannya sekarang, anak kedua kaisar.

Donghae—Dong Hai, putra kedua kaisar itu kembali merasa canggung. "Sebaiknya kau tidak menemui ayah dahulu"

Kyuhyun menatap sang kakak tak suka. Apa urusannya? Kenapa Donghae suka sekali menjauhkan dirinya dengan ibunya? Donghae itu selalu membuat Kyuhyun iri, ibunya selalu di elu elukan sebagai yang terbaik hanya karena berasal dari keluarga terhormat, sementara ibunya hanyalah seorang selir.

"Aku harus bertemu dengannya!" Jangan sebut dia Kui Xian kalau dirinya tak keras kepala. Kyuhyun melangkahkan kakinya ke ruang kerja ayahnya. Menyuruh kasim Shen dong untuk tak terlalu peduli dengan kakaknya itu.

Dong hae sendiri sadar, anak mana yang tak merindukan ibunya. Ia menghela nafas, tapi ia mencoba tersenyum meski Kyuhyun tak memperdulikannya. "Kui Xian" Donghae memanggil sang adik dengan nama kecilnya. Membuat Kyuhyun mendelik tak suka. Memanggil keluarga raja dengan nama kecil adalah termasuk salah satu pelecehan. Tapi ia takkan bisa memenggal kepala seseorang yang melecehkan keluarga raja kalau itu adalah kakaknya—anak sah sang raja.

"Selamat ulang tahun" Donghae kemudian pergi dari sana. Mendoakan agar adiknya mengerti kalau dia peduli. Dia tahu Kyuhyun tidak suka pedang dan dia juga tahu bahwa Kyuhyun masihlah adik kecilnya yang harus selalu ia lindungi.

Kyuhyun menatap lantai. Ternyata Donghae ingat.

"Pangeran tiba!" teriakan kasim dari dalam ruangan membuat Kyuhyun tersentak. Pintu geser di hadapannya terbuka, ia langsung di hadapkan dengan para menteri serta ayahnya.

"Semoga kaisar panjang umur dan selalu jaya" Kyuhyun membungkukkan sedikit tubuhnya. Hanya dia yang di perbolehkan masuk ke dalam ruangan ini, sementara para pelayan serta kasimnya berada di luar. Dia menatap ayahnya—seseorang yang terlihat berwibawa di matanya. Tatapannya mirip dengan Donghae penuh kasih sayang sementara rahangnya seperti kakak pertamanya penuh dengan ketegasan.

"Aku baru saja akan memanggilmu" hati Kyuhyun mencelos takut. Ia merasakan firasat yang tidak enak di batinnya. "Bukankah hari ini kau berulang tahun?"

Kyuhyun menunduk. Sekalipun ia tak berani menatap wajah ayahnya. Tapi ia berdebar ingin mendengar ucapan selamat seperti yang baru saja di ucapkan kakaknya. "Ya, kaisar" sahutnya.

"Kalau begitu kau cukup umur untuk merebut daerah Chu San di barat"

Hening.

Lidah Kyuhyun kelu untuk menjawab. Rasanya ia ingin menjerit, berteriak bahwa ia tidak mau. Ia melirik lirih pada kakak tertuanya yang duduk di singgasananya. Menatap meminta pertolongan. Ia tahu, putra mahkota—seseorang yang sama dengan dirinya—mempunyai ibu yang juga seorang selir.

Bukankah putra mahkota yang seharusnya merasakan hal yang sama dengannya. Seharusnya putra mahkotalah yang mengerti dirinya lebih baik dari yang lainnya. "Bagaimana menurutmu, putra mahkota?"

"Xiao di akan bisa merebut Chu San, aku yakin itu" Kyuhyun menatap tak percaya kakak tertuanya. Dia merasa terhianati. Dia pasti terbunuh.

Harusnya Kyuhyun percaya bahwa kehidupan kejam istana itu ada. Putra mahkota ingin mengenyahkannya. Ibunya sudah memperingatkannya.

Tapi Kyuhyun bukanlah sosok yang bisa di remehkan. Dia putra ketiga kaisar. Dia lahir dan hidup di istana dan dibesarkan layaknya penerus kaisar. Dia menatap kakak sulungnya dengan mata yang seolah mengancam. "Terima kasih atas perhatian dan tanggung jawab yang diberikan kaisar padaku. Aku akan lakukan yang terbaik dan memberikan Chu San pada anda"

"Kau memang anak yang selalu ku banggakan, Kui Xian"

Kyuhyun tersenyum mendengar sanjungan ayahnya. Dia menyeringai ketika wajah putra mahkota menunjukkan ketidaksenangan. "Aku akan berangkat besok, bolehkan aku bertemu selir Yue?"

"Tentu, aku akan memberikan selir yang lain jika kau mau"

Inilah yang Kyuhyun benci. Kenapa ayahnya beranggapan kalau ia ingin bertemu ibunya seolah ingin melampiaskan nafsu birahinya? Apakah karena ibunya selir? Tapi ia darah daging wanita itu. Ia tidak gila untuk menyetubuhi ibunya.

"Mungkin kau bisa memberikan selir Han untukku" Kyuhyun mendapat tatapan tajam dari putra mahkota. Dia tahu, kakak tertuanya itu terlalu mempersulit ibunya. Dia bisa membalasnya. Membuat tatapan kebencian itu semakin besar tertuju padanya. Kyuhyun tertawa girang. "Aku merasa selir Han sangat mempesona, ayahanda"

Kaisar bertepuk. Dia tak menyangka bahwa si bungsu yang baru menginjak usia tiga belas tahunnya sungguh bisa menyudutkan putra mahkota. Dia tertawa senang. Sepertinya benar bahwa Kyuhyun adalah anak yang di pilih oleh dewa. "Kalau begitu lakukan sesukamu, aku menghadiahkan selir Han sebagai hadiah ulang tahunmu"

"KAISAR!" putra mahkota berteriak tak senang. Tapi nyalinya menciut ketika ayahnya kembali menatapnya. Kyuhyun kembali melihat kakinya. Rasa sakit hatinya baru saja terbayarkan.

Aku tidak akan melakukan sesuatu pada orang lain ketika aku tidak ingin mereka malakukan itu padaku. Tapi jika mereka lakukan itu terlebih dahulu padaku maka aku akan mengajarkan pada mereka dengan cara yang sama bahwa yang mereka lakukan itu salah.

"Aku permisi" Kyuhyun melangkahkan kakinya keluar dari ruangan ayahnya. Dia disambut oleh kasim yang sepertinya lebih manusiawi memperlakukannya. Dia melangkahkan kakinya, berharap ia akan sampai sesegera mungkin di kediaman ibunya.

"Apakah anda baik baik saja yang mulia?" pertanyaan itu membuat Kyuhyun tertohok. Benar benar manusiawi. Kyuhyun bersumpah akan menjaga kasimnya itu seumur hidupnya. Ya hingga besok. Ia yakin besok dia akan mati.

"Kasim Shen Dong" Kyuhyun menghentikan langkahnya.

"Ya yang mulia"

"Maafkan aku dan terima kasih"

Ika. Zordick

"Anakku yang manis akan pergi berperang, cinta rakyat ia bawa di pundaknya" air mata itu mengalir. Kyuhyun menatap pantulan dirinya di cermin kuning di hadapannya, menatap wajah selir Yue yang cantik meneteskan air matanya sambil bernyanyi. Jemari lentiknya dengan telaten memasangkan zirah perang untuk sang anak.

"Berhentilah menangis!" Kyuhyun kelu untuk memanggil ibu meskipun ini mungkin kali terakhir ia akan bertemu sang ibu. Panggilan ibu hanya untuk permainsuri. Selir Yue berusaha menghapus air matanya dengan pakaian sutera yang sedang ia kenakan. "Jangan mencemaskanku!"

"Katakan bagaimana cara hamba untuk tidak mencemaskan anda, yang mulia!" suara selir Yue meninggi. Dia menangis tersedu sedu kemudian. Kecemasan itu sungguh menggerogoti hatinya. Kyuhyun menghembuskan nafasnya, dia berlutut di depan selir Yue. Membuat Selir Yue cepat menjatuhkan dirinya ke lantai. "Hamba pantas mati!"

Kyuhyun memeluk ibunya itu erat. Menepuk punggungnya memberi ketenangan. "Ibunda, maafkan aku. Aku adalah anak yang tidak berbakti padamu"

"Kui Xian!" Selir Yue membalas pelukan itu erat. Dia tak peduli jikalau ia akan di penggal karena itu. Demi anaknya yang akan pergi berperang, biarkan ia menenangkan hatinya.

"Doakan lah aku! Agar aku kembali ke pangkuanmu dengan selamat"

Ika. Zordick

Matahari baru saja menyingsing, langit gelap baru saja menunjukkan ronanya. Kyuhyun menatap langit itu—matahari mengintip malu malu dari awan tebal gelap di sana. Aroma hujan merasuk ke indera penciumannya, membuatnya merasa melankolis. Dia mendadak ingat dengan orang orang yang ia sayangi. Kasim Shen Dong dan Selir Yue. Dia tak sempat memikirkan yang lain. Pelayan pelayannya yang banyak juga dia tidak hapal namanya.

Kyuhyun melangkah dengan angkuh, seorang anak yang baru saja menginjak usia remajanya tersebut mengelus kepala kuda yang akan ia naiki, bahkan Kyuhyun tidak yakin dia bisa memanjat punggung kuda itu demi naik ke atasnya. Kyuhyun sering berlatih menunggang, tapi ia lebih suka menunggang keledai. Lebih aman.

Seorang jendral dengan tombak besar di tangannya, bersujud di kakinya. Wajahnya terlihat menyeramkan dan pakaian perangnya yang hitam legam membuatnya berkali lipat lebih mengerikan. Kyuhyun berusaha menutupi rasa gentarnya, bukankah bagus jika dia memiliki seorang jendral dengan tubuh besar dan wajah mengerikan itu di sampingnya? Setidaknya dia akan aman.

"Namamu?"

"Marga saya Da, nama saya Ju Ren"

Kyuhyun berpikir sejenak. Namanya saja artinya Raksasa besar, apakah sungguh lelaki ini bisa di andalkan? Kyuhyun sedikit punya firasat tidak enak tentang orang di hadapannya ini.

"Jendral Da, ku rasa kau harus bisa mendapatkan kota Chu San dan jelas saja melindungiku. Aku tidak ingin kau di penggal ketika kembali." Kyuhyun rasa ia perlu terus terang. Jendral itu membungkuk kaku, menunjukkan rasa setianya. "Kembalilah ke kudamu!"

Kyuhyun menatap lirih ibunya yang mengantarkannya. Selir Yue memang sangat cantik, membuat Kyuhyun tersenyum pada sang ibu. Mengisyaratkan bahwa ia pergi. Membuat Selir Yue kembali meneteskan air matanya.

Kini pandangannya beralih pada kasimnya—Shen Dong yang membawakannya pedang besar kebanggaan kerajaan mereka. Dengan ukiran naga di pegangannya yang terbuat dari emas dan nama Kyuhyun sebagai putra ketiga kaisar di permukaannya yang ditempah oleh ahli besi terbaik di dataran Han, Kyuhyun berusaha keras mengangkatnya dan meletakkannya di pinggang baju perangnya.

"Anu, Yang mulia" Kasim Shen Dong merasa tidak enak mengatakan maksud hatinya melihat pangeran kecilnya itu dengan pedang berat di pinggangnya. "Bagaimana kalau anda naik ke kuda dahulu, kemudian saya memberikannya kepada anda ketika anda sudah di posisi yang pas"

Shen Dong memang mengerti dirinya. Tapi diakan jadi malu. Dia jadi ketahuan kesusahan naik ke atas kuda dan tak mampu memainkan pedang beratnya. Ini salahnya karena selalu bolos latihan pedang dan berkuda.

"Maafkan hamba karena lancang paduka!"

Kyuhyun melepaskan kembali pedangnya dan memberikannya pada sang kasim. Ia kembali menatap kuda perkasa di hadapannya. Satu yang terlintas di pikirannya.

Bagaimana caranya untuk naik?

Shen dong kembali mengerti dengan gelagat sang pangeran. Ia cepat bersujud di samping sang kuda. "Pijaklah punggung hamba yang mulia"

Kyuhyun tersentuh. "Tidak bisa." Shen Dong itu dia anggap seperti orang tuanya. Bukankah keterlaluan jika ia harus naik ke punggung orang tuanya hanya demi bisa mencapai punggung kuda?

"Anda harus kejam yang mulia. Anda harus bisa melakukan sesuatu untuk Negara ini. Dan saya adalah orang yang setia pada anda, jangankan untuk membiarkan anda meletakkan kaki di punggung saya, anda suruhpun saya untuk menjilat kaki anda, akan saya lakukan asalkan anda mencapai keinginan anda"

Kyuhyun masih terdiam di tempatnya.

"Jangan ragu yang mulia!" Kyuhyun seolah tertampar—ini kali pertama Shen Dong memaksa kehendaknya sendiri, bukankah Shen Dong akan selalu berkata 'ya'? "Jangan pernah ragu!"

Kyuhyun mengerti. Ini harapan.

Ia menelan ludahnya, menaiki punggung sang kasim. Menunjukkan bahwa kasta dirinya berbeda dengan semua orang yang turut berperang hari ini. Dia adalah seseorang yang berkuasa. Dia memerintah seenak hatinya karena dalam nadinya ada darah titisan dewa—mungkin ialah titisan dewa itu sendiri.

Ika. Zordick

"Jendral Da, apa rencanamu?" Kyuhyun melirik malas pada seseorang yang berpangkat kapten yang duduk di salah satu kursi yang berada di tenda atasan. Kyuhyun berada di sana—duduk di singgasananya sebagai seseorang yang paling berkuasa. Ia bahkan sesekali menguap, mendengarkan secara santai ide ide Jendral dan kapten kaptennya. Tidak jarang mereka bersiteru.

"Kita serang saja pertahanan Chu San! Kita punya sepuluh ribu pasukan, aku yakin bisa meratakan seluruh Chu San jika kita mau"

Chu San adalah kota dengan benteng pertahanan yang kuat, menembusnya tentu saja tidak mudah meski memiliki sepuluh ribu pasukan. Mereka akan kehilangan banyak. Kyuhyun tidak menyangka Jendral yang menjadi tangan kanannya dalam peperangan kali ini, badannya besar dan wajahnya menyeramkan ternyata memiliki otak yang kurang cemerlang.

"Apakah tidak ada ahli strategi di sini?" Kyuhyun mengeluarkan suaranya.

Semua menatap ke arah Kyuhyun. "Tidak ada?" Kyuhyun tampak terkejut. Ia rasa ia pastilah akan mati saat ini. Dia membenarkan posisi duduknya, meletakkan kedua telapak tangannya di atas lututnya—Kyuhyun mulai gugup. "JANGAN BILANG AYAHKU TIDAK MEMINTA ADA SEORANG AHLI STRATEGI DISINI!"

Hening—

Seluruh manusia yang berada di tenda itu cepat bersujud di tanah. Membiarkan diri mereka mencium tanah. Kyuhyun merasakan kemarahan itu pertama kalinya untuk seseorang yang sama sekali tidak berhubungan dengan dirinya. Ya, dia tak kenal orang orang ini dan dia marah karenanya. Atau—

Ia hanya takut karena ini tanda bahwa ia akan semakin cepat pada kematian.

"Jendral Da!" Kyuhyun memanggil dan Jendral itu cepat menaikkan kepalanya. Menatap kematian dari bola mata indah milik Kyuhyun. Entahlah, ada yang berbeda di bola mata itu.

"Sebenarnya yang mulia putra mahkota memenggal kepalanya beberapa menit sebelum kita pergi. Dia di hukum karena menginap di rumah bordir"

"APA?" Kyuhyun menggigit bibir bawahnya, darah menetes dari sana. Dia geram. Sangat geram. Kakaknya itu benar benar mempermainkannya dan ini sangat berani bermain dengan nyawanya. "Kenapa kalian membiarkan dia membunuhnya? KALIAN BAHKAN MENODAI GADIS DARI KOTA YANG KALIAN REBUT TANPA MEMBAYAR MEREKA!" Kyuhyun kehabisan kesabarannya.

"Berikan aku pedangku! Akan kupenggal jendral tidak becus kalian ini!"

"Yang mulia maafkan hamba!"

Kyuhyun menarik nafasnya. Mengurangi pion yang melindunginya sama saja mempercepat kematiannya. Dia mulai menatap cemas pada peta peperangan di hadapannya dengan beberapa miniatur pasukan di atasnya. Dia terlihat gelisah. Dia akan mati.

Dia—

"Yang mulia, kami mendapatkan surat dari istana" seorang prajurit memasuki tendanya. Menunjukkan sebuah gulungan kecil dengan seekor burung merpati di tangannya. Kyuhyun cepat menyambar surat yang dipegang oleh prajurit itu.

Matanya liar, ingin cepat mengetahui isi surat itu.

"Aku menyelipkan Cang Shu di prajuritmu secara diam diam agar da ge tidak mengetahuinya" Kyuhyun menyipitkan matanya. Cang Shu? Hamster? Kenapa ada Hamster di dalam pasukannya? Tapi Kyuhyun tidak bodoh, ia menatap dalam prajurit yang memberikannya surat itu.

"Merpati ini dari siapa?"

"Itu milik pangeran ke dua yang mulia" Kyuhyun tersenyum. Hadiah yang manis dari Dong Hai. Kyuhyun mengerti Cang Shu adalah nama seorang ahli strategi"

"Carikan aku Cang Shu!"

Semua melirik Kyuhyun heran. Kenapa pangeran mereka menyuruh mereka mencari seekor hamster. "CARIKAN AKU SESEORANG BERNAMA CANG SHU!" pekik Kyuhyun. Tak habis pikir, kenapa pasukannya sangat bodoh.

"Baik yang mulia!"

Ika. Zordick

Seorang pria dengan mata sipit dan janggut putih berpakaian ala prajurit memasuki tendanya. Kyuhyun cepat menyambutnya setelah diberitahukan bahwa pria itu bernama Cang Shu. Dewa penyelamatnya telah tiba.

"Kau dekat dengan Er ge?" itulah kalimat pertama yang diucapkan Kyuhyun untuk menumpas rasa canggungnya. Cang Shu dengan mata sipitnya—nyaris memejam tersenyum sangat hangat.

"Pangeran adalah seorang yang baik, saya dan beliau sering pergi berperang bersama" Kyuhyun ikut tersenyum mendengar penuturan itu. Lelaki tua itu bawahan Donghae ternyata. "Bolehkah hamba bertanya?"

"Tentu!" Kyuhyun rasa ia akan baik baik saja meminta setelah ini. Cang Shu adalah orang tua bijaksana.

"Kenapa anda tidak langsung memerintahkan saya mengatur strategi untuk anda?"

Kyuhyun berkedip beberapa kali menatap pak tua itu. "Aku—" Kyuhyun bingung menjawab apa. "Aku hanya merasa aku sedang bernegosiasi denganmu, jika aku tidak sopan awalnya kau akan menolaknya"

Cang Shu tertawa. "Nyawa anda terancam dan anda menjadi sangat sopan"

"Aku bahkan sudah siap mati sejak awal" Kyuhyun menatap sepatunya. Dia memainkan jemarinya. Kegugupan itu kembali melandanya. "Tapi jika aku harus meninggalkan selir Yue sendirian dan Shen Dong, aku jadi takut mati"

"Anda mencintai Selir Yue? Dan Shen Dong?"

"Ah—" Kyuhyun menatap Cang Shu, dia tersenyum. "Shen Dong, kasim yang membesarkanku. Dia menyuruhku menaiki punggungnya agar aku bisa memanjat naik ke punggung kuda. Aku ingin minta maaf padanya untuk itu" Cang Shu tidak menyangka kalau pangeran sombong adalah sebuah bentuk topeng di diri pangeran ketiga mereka itu. Pengeran Donghae benar dalam menilai adiknya. "Dan Selir Yue adalah ibuku. Jika aku mati, siapa yang akan menjaganya?" pangeran Donghae juga benar kalau adiknyalah yang lebih pantas untuk menjadi seorang kaisar.

"Yang mulia, saya akan melakukan yang terbaik" Cang Shu yakin pada dirinya sendiri untuk mempercayai bahwa seseorang dihadapannya ini akan menjadi kaisar. "Tapi anda akan mati."

Kyuhyun terdiam.

"Dihadapan anda adalah Chu San, kota dengan pertahanan yang luar biasa. Dan prajurit anda, Sembilan puluh persen adalah prajurit putra mahkota"

"APA?"

"Saya baru saja mengetahuinya. Anda harus meminta pertolongan dari kota Xue Tian. Di sana ada kelompok Xiang Ri Kui, jika mereka ingin membantu anda maka Sembilan ribu pasukan dan kota Chu San akan bisa anda taklukkan"

"Mereka tidak pernah aku dengar di istana, bagaimana mungkin mereka bisa membantuku kalau mereka tidak pernah membantu ayahku?"

"Nama mereka tidak pernah di kenal di istana, yang mulia. Saya adalah salah seorang yang di berikan bimbingan oleh salah satu dari mereka hingga bisa menjadi seorang ahli strategi"

Ika. Zordick

Hari ini mendung. Seorang lelaki dengan tubuh tegap menatap langit dari tempatnya berdiri. "Da se siu!" seseorang memanggilnya, membuatnya menoleh dan menemukan lelaki lain yang lebih muda darinya dengan tombak di tangannya berlari ke arahnya.

Pandangannya setajam hewan yang kini bertengger gagah di pundaknya—seekor burung elang. Irisnya yang sekelam malam menatap dalam seseorang yang kini tepat berada di hadapannya. "Panggilan dari istana lagi, apa kita sungguh tak akan bergabung dengan prajurit Roma? Mereka terlihat kuat!"

"Bagaimana menurutmu Er di?" Jifan—lelaki yang dipanggil Jifan atau Da se siu (seseorang yang paling di tuakan) melirik pada lelaki dengan perawakan kebaratan. Dia seseorang berdarah Roma, berkulit putih dan bermata coklat bening yang indah. Yifan memandang malas seseorang yang suka meminta mereka bergabung—selalu menginginkan perang, adik ke enam mereka—Kai.

"Mereka bahkan mengejek kita dengan bahasa mereka ketika mereka meminta tolong pada kita." Dia memberitahukan bahwa ia tahu bahasa Roma dengan sangat baik dan ia benci Negara itu. Negera ibunya.

"Harusnya mereka di penggal dan berikan saja kepala mereka pada ikan"—itu Huang Zi Tao, adik ke lima mereka. Dia terkenal sadis.

Kai hanya memajukan mulutnya. Sepertinya kakak keduanya tidak terlalu suka dengan Roma, padahal mereka memiliki banyak wanita cantik berkulit putih dan bermata biru. "Lalu apakah kita selamanya akan berada di desa. Ini tidak bebas"

"Kebebasan apa yang kau maksudkan sebenarnya? Kebebasan membunuh?" Suho—seseorang yang berperan menjadi adik ketiga mereka memilih tetap menyibukkan diri di kebunnya. Mereka hanya memiliki kemampuan untuk bertani selain membunuh, pajak terlalu besar dan kakak tertua mereka—Kibum, tidak menginginkan mereka berada di satu sisi kerajaan.

"Setidaknya kita harus mencari tempat hidup yang harga pajaknya lebih kecil." Chan Lie—Chanyeol, orang yang lebih tua dari Tao dan lebih mudah dari Suho mengangkat suara. Ia sendiri suka mengeluh tentang habisnya keuangan mereka. Hidup sehari hari terpenuhi dengan berburu dan menanam sayuran di ladang tapi untuk pajak, sangat susah. Apakah hidup di atas tanah yang di ciptakan oleh Tuhan harus semahal ini.

"Aku mengutuk kaisar laknat itu, dia membuat rakyat menderita"

"HEI! BAGAIMANA MUNGKIN KAU MENGUTUK KAISAR KAI!" Tao memarahi adiknya, mencoba mengingatkan bahwa tindakannya bisa membuat kepalanya menghilang dan langit mengutuknya. Kai nyengir.

"Apa maksudmu? Seluruh rakyat di negeri ini mengutuknya" Kai memang orang yang semberono, dia masih sangat muda untuk dihadapkan masalah negeri dan kebebasan yang ia maksud adalah kebebasan untuk mengutarakan maksud hatinya.

"Dari pada kau mengutuknya lebih baik kau menanam lebih giat" Suho turut memarahi Kai.

"Bicaramu nyaris seperti kakek yang kutemui di pasar" ejek Kai. Dia menggerutu tapi ia melakukannya juga. Dia takut dengan tatapan Kibum—kakak tertuanya.

Kibum menatap hamparan rerumputan di sisi kirinya. "Hujan akan datang sebentar lagi dan tangisan darah akan berkumandang" Kibum melirik Chanyeol yang berbicara. Adik keempatnya itu memang bisa meramal. Dia tersenyum kemudian. "Dan cinta sejatimu akan segera datang, da se siu"

Hening—

"Aku akan membantu kalian menanam" Kibum menerbangkan elang di pundaknya. Sedikit takut dengan biaya upeti pernikahan yang mahal. Dia harus giat bekerja.

Xiang Ri Kui, atau kelompok bunga matahari adalah sekelompok yatim piatu yang memiliki kemampuan beladiri dan berperang yang hebat. Mereka di latih oleh beberapa orang petinggi aliran di China dan mengasingkan diri di kota Xue Tien karena kehilangan orang yang menjadi panutan mereka—salah satu Jendral korup dari bangsa Luo. Si tertua, Jin Ji Fan lah yang membunuhnya.

TBC

Ka gak ngerti, bawaannya Qin family jadinya pengen buat Qin bersaudara kembali ngambil peran. Jadilah FF ini, padahal rencana bersaudara gak usah banyak banyak. Hah~ tapi selamat menikmati aja deh. HAPPY DECEMBER CERIA KIHYUN

"DECEMBER CERIA KIHYUN"
Berhubungan karena akan adanya Kibum itu urutan ke 12 di SJ dan Kyuhyun urutan ke 13 (diurutkan usia) maka para author Kihyun dan beberapa Kihyun shipper beranggapan kalau itu "KiHyun Days" (13 Desember). Kita segenap keluarga besar penggemar imajinasi yang dirangkum dalam bentuk tulisan bernama FanFiction maka marilah kita membuat event itu menjadi sesuatu yang menyenangkan. "Kibum & Kyuhyun paradise FF in December".
Baiklah baiklah, cara gampangnya berpartisipasi adalah sebagai berikut :
Author :
- Menulis FF di akunnya masing masing dalam situs FFn
- Genre dan lainnya bebas
- GS / BL (diperbolehkan)
- Brothership / Romance / Family (No problem)
- Mencantumkan kata "DECEMBER CERIA KIHYUN)" ketika di summary.
- Di posting mulai tanggal 13 Desember sampai akhir bulan Desember.
- One shoot / Chapteran dibebaskan
- Harus bernafaskan Kihyun. Kibum (Super junior) dan Kyuhyun (Super Junior)
- Jangan harapkan ada pemenang (karena cuma buat ceria doang)
- Bersedia di kritik dan di berikan saran, untuk kemajuan seluruh author dan partisipan xD
Reader :
- Membaca FF yang telah di publish
- Diperbolehkan kritik membangun (tidak dalam bentuk bashing)
- Diperbolehkan menulis saran dan pujian (dengan kata yang sopan)
- Diwajibkan meriview yang sudah di baca walaupun tidak sesuai kata hati.
- Langsung di kotak review'an bukan di PM
- Tidak diperbolehkan menagih FF lain dan Out Of Topic
Nah.. kita sangat menjunjung tinggi nilai kesopanan dan etika dalam penulisan. baik sebagai reader maupun author. Harap diperhatikan.
Nb : JANGAN LUPA MEMBUAT DECEMBER CERIA KIHYUN DI SUMMARY
^^ Terima kasih
Sign
Istri Kibum xD
(Copas dari tahun lalu - parah ya ane)
Harap undangan ini di copy di setiap FF dan PM para author Kihyun agar eventnya semakin besar