Humanly Ljeevas

Death Note Tsugumi Ohba & Takeshi Obata

Warning : Canon, Plot agak cepat, typo(s), OOC and another imperfectness? Let me know my fault in Review?

.

.

Setting : Setelah Beyond Birthday memutuskan keluar dari Wammy House. Jauh sebelum Death note muncul. Dan sebelum Missa Amane menjadi model terkenal.


Sebuah cafe di pusat hiruk pikuk Kanto tampak sangat ramai dan penuh. Orang-orang terus ramai keluar masuk cafe tersebut. Apalagi saat menjelang makan siang hingga petang, para pengunjung tidak henti-hentinya keluar masuk. Bahkan ada yang rela menunggu agar dapat menikmati berbagai dessert dan minuman yang sudah terkenal di daerah tersebut.

Terlihat sekali bahwa para pelayan yang bekerja disana juga sangat kerepotan. Seorang pria kepala dapur yang sangat sibuk memberi hiasan-hiasan pada desert-dessert di piring-piring kecil yang tampak menggiurkan, sebut saja Matt. Kemudian seorang lelaki penjaga kasir dengan tampang dingin tidak peduli, Near. Dan seorang pria dibalik dapur yang terus menggerutu sambil meracik minuman dengan kesal karena pesanan tidak habis-habis, Mello. Dan seorang wanita cantik dan menarik yang dari pagi tidak berhenti memoleskan bedak dan lipstik, memamerkan senyum termanisnya untuk menyambut para tamu, dia adalah anak pemilik cafe, Takada.

Benar! Satu orang terlewat.

Misa Amane. Pelayan wanita yang sibuk berputar-putar mengantar pesanan, membereskan meja, melayani para tamu dan pekerjaan waitress yang lainnya.

...

"Missa-chan! Bisa tolong bereskan meja didepan?" suara sopran yang tidak asing itu jelaslah suara Takada yang sedang memoles kutek di meja tunggu dengan tidak peduli.

"Baik." ujar Missa sambil membawa baki penuh dessert.

"Missa-chan, antarkan pesanan meja delapan ya!" suara ceria dan tampang cool yang mencungul dari pintu dapur, tentu suara Matt. Suara yang selalu disukai Missa, satu-satunya yang membuat Missa betah bekerja rodi di cafe tersebut.

"Ya." Missa kembali ke dapur sambil membawa baki penuh piring dan gelas kotor.

"Bisa tolong layani tamu disana Missa?" datar dan cool. Near, berujar datar dari balik meja kasir yang-entah penuh sesak dengan kaum hawa yang-dengan-alasan-membayar sekaligus meminta foto bersama Near.

"Tentu." Missa hanya menghela nafas panjang.

Hari ini kenapa cafe penuh sekali. Uuh.. Kenapa kepalaku pusing sekali? Apa karena belum makan ya? Kapan terakhir kali aku makan? Kemarin? Atau kemarinnya lagi?

"Selamat sore. Selamat datang di Kawaii cafe, mau pesan apa?" Missa berujar ceria.

"Ibu aku mau es krim cokelat," seorang bocah lelaki meminta pada ibunya.

"Kau sedang sakit batuk. Cokelat panas saja ya?" ibu itu menjawab pelan.

"Tidak mau! Aku mau es kriim!" suara bocah itu meninggi dan mulai merengek tak karuan.

"Batukmu tidak kunjung sembuh nanti," wanita paruh baya itu berusaha membujuk anaknya, tapi dari rautnya sepertinya ia sudah cukup kelelahan sehingga ia lebih banyak diam.

"Aku mau es krim! Es krim!" bocah itu tetap berkeras malah semakin keras suaranya. Tidak peduli semua mata memandangnya.

Uuh kepalaku...

"Nona, bisa tolong ambilkan menunya? kami belum dilayani sejak tadi." kini seorang pria bersama kekasihnya. Rautnya mulai tampak kesal karena menunggu lama.

"Bisa tolong tungu sebentar? Takada-san, meja 14 belum dilayani." Kepalaku sakit...

"Aku sibuk didapur. Bisa minta Near saja?" Takada melenggang santai menuju dapur. Sejujurnya Takada memang tidak melakukan apapun. Ia hanya malas disuruh-suruh.

Missa berdecak pelan, tapi apa yang bisa diperbuatnya? Apalagi ia adalah anak pemilik cafe, tidak ada yang mau berurusan dengannya atau kehilangan pekerjaan.

"Maaf. Tolong tunggu sebentar lagi." Missa menunduk lemah, kepalanya terasa berat.

Tidak bisakah semua diam sebentar?

Missa mulai sempoyongan. Diamati sekitarnya.

"Kata dokter tidak boleh..."
"Missa-chan tolong..."
"Nona, bisa tolong layani kami..."
"Aku mau es kriim!"
"Missa-chan tolong an..."
"Anda tidak apa-apa?"

Entahlah, tolong. Tinggalkan aku sendirian. Kumohon semuanya diam. Crap! Kenapa semua jadi tidak jelas? Kenapa semua kabur? Kenapa semua jadi.. hitam?

.

.

.

Aku dimana?

.

"Missa-chan, sudah sadar? Kau merasa baikan?" Matt membantu Missa duduk sambil menyodorkan segelas air madu hangat.

"Aku pingsan?" suaranya terdengar serak.

"Ya. Minumlah dulu." entahlah, Missa merasa wajahnya pasti merah sekali saat ini. Matt memang lelaki yang pengertian.

"Terimakasih. Umm.. sudah tutup ya? Pasti lama sekali aku pingsan. Bagaimana keadaan tadi? Sangat merepotkan ya?" tiba-tiba rasa bersalah merasuki hatinya.

"Ya. Kami kewalahan, apalagi karena kau pingsan suasana semakin kacau. Jadi aku terpaksa turun tangan. Dan sekarang badanku pegal-pegal semua." ujar Takada tiba-tiba sambil lalu.

"Maafkan aku." Sialan. Perasaannya memang kacau karena merasa bersalah. Tapi tiba-tiba ia merasa kesal dengan Takada. Missa yakin Takada bahkan tidak melakukan apapun.

"Tapi tadi ada seorang pria yang merawatmu. Jadi, kami tidak terlalu disibukkan denganmu." ucap Matt sambil berpikir.

"Seorang pria?" Siapa? Apa yang dilakukannya?

"Tenang saja, aku mengawasimu dari sini. Pria itu hanya memasangkan kompres sebentar, lalu pergi." ujar Mello dari dapur. Sepertinya ia sedang sibuk mencuci gelas dan piring.

"Iya. Dia salah satu pengunjung. Awalnya kami bingung harus bagaimana. Tapi karena kerepotan kami langsung saja menyerahkanmu pada orang itu. Bahkan dia membelikan shortcake dan parfait untukmu, mungkin juga yogurt. Kuletakkan di dalam pendingin. Ambil saja sendiri. Lekas sembuh ya. Sepertinya kau tidak terlihat baik akhir-akhir ini." jelas Near panjang lebar sambil mengelap meja.

"Maaf." kini kata maaf tulus yang Missa lontarkan.

"Sebaiknya kau pulang. Sekarang sudah hampir pukul sepuluh. Biar yang lain saja yang beres-beres. Mau kuantar pulang?" Matt tersenyum. Senyum yang hangat.

"Ah, uum. Tidak usah. Biar Mello-san saja yang mengantar pulang. Biasanya juga dia yang mengantarku pulang." ucap Missa terbata-bata. Cih, kenapa aku menolaknya?

"Baiklah." Matt tersenyum, lagi.

"Ayo Missa-chan. Kita pulang," Mello memakai jaket kulit hitamnya, "Semuanya, kami pulang dulu ya."

"Mello, jangan dengan alasan mengantar Missa kau tidak ikut bantu-bantu." Near berteriak datar melihat kepergian duo pirang itu yang langsung melesat menggunakan motor balap kebanggaan Mello.

.

.

Seorang pria? Kenapa bisa baik sekali? Strawberry shortcake, parfait strawberry dan yogurt strawberry. Sayangnya aku tidak suka masam. Kenapa tidak cokelat saja?

.

.

.


Thanks for reading..

Ljeevas kembali lagi looh mmuah mmuah #digampar

Seperti biasa, cerita gaje, alay, bertele-tele, kecepetan, OOC, OOC, dan OOC

Keyh, kali ini lumayan pendek. tapi gk janji chap-chap berikutnya bakalan sependek ini ato malah lebih pendek lagi.. -.=

Sebenernya saya gk mau pake chara Matt, Mello, Near dan Takada. Karena nanti gk sesuai sm plot ceritanya DetNot. Jadi terpaksa.. *ditodong pistol sm Mello Matt, ditodong tembak2an sm Near (JADI KITA CUMA PEMERAN PEMBANTUUUUU? DASAR AUTHOR LAKNAT!)

Betewe, Beyond belom nongol ea? dikit banget. itu aja gk langsung. mungkin di chap depan, ato depannya lagi? #beyond ngasah pisau dipojokan

'

'

okede readers yang baik dan unyu2

repiu pliss. pliss. plisss O.O