…"Must Protect"…
Rated T
Genre : Romace, Hurt, Humor (Maaf kalau garing)
KookV/NamV/NamMin
Blind Date au !
By Kimmy
Rnr
.
.
.
.
.
Brak !
"APA ?!"
Demi tuhan suara Namjoon yang berteriak dengan kencang di tambah dengan gebrakan meja membuat telinga Taehyung bordering kesakitan, suara teriak Namjoon lebih jelek daripada permaian clarinet squidward.
"Tae, kau yakin ? Apakah kau sudah memikirkan ini baik-baik ?" Dengan sedikit tidak yakin Taehyung mengangguk dengan kepala tertunduk, terlalu takut untuk menatap sorotan mata Namjoon yang setajam pisau.
"Oh, baiklah…Kalau itu yang kau mau"
Mendengar jawaban itu, Taehyung langsung mendongakkan kepalanya dan menatap Namjoon dengan mata terbelalak, sedangkan Namjoon malah menyambut tatapannya dengan senyuman yang sampai-sampai mebuatnya matanya menjadi segaris.
"Serius ?" Tanya Taehyung dengan mata berbinar-binar. Namjoon pun mengangguk mengiyakan pertanyaan Taehyung, sontak saja Taehyung langsung memeluk Namjoon yang sedang duduk manis menyesap kopi di kursi meja makan dengan erat. Namun ia tidak mempermasalahkannya, jarang-jarang ia mendapatkan pelukan dari adiknya yang tidak suka diperlakukan seperti anak kecil, padahal dianya sendiri bertingkah seperti anak kecil.
"Oh, Hyung kau tidak tahu seberapa besarnya aku menyayangimu saat ini, terima kasih, terima kasih, terima kasih"
Tapi lama-kelamaan memang susah juga kalau sudah terlanjur di peluk oleh Kim Taehyung, adiknya itu memeluknya seperti sedang memeluk bantal saat ia tidur.
"I-iya Tae, Tae lepaskan aku" Ujar Namjoon yang segera dituruti oleh Taehyung.
"Aku janji, kali ini semua akan berjalan lancar" Setelah mengucapkan itu Taehyung segera memberikan jari kelingkingnya kearah Namjoon, bermaksud melakukan pinky promise dengannya. Lihat, kekanak-kanakkan bukan ?
"Iya, iya…Tapi sebelum itu, duduklah dulu Tae. Hyung mau bicara sebentar"
Glek !
Taehyung langsung menelan ludahnya, ia kira masalahnya sudah selesai rupanya masih ada beberapa masalah yang sepertinya ingin di bahas oleh kakaknya. Keheningan menemani mereka selama beberapa detik sampai akhirnya Namjoon berdehem dan mulai membuka mulutnya untuk berbicara.
"Sayang sekali aku tidak bisa membiarkanmu pergi begitu saja tanpa syarat"
Mendengar kata 'syarat' pundak Taehyung mulai menegang dengan otomatis. Jika sudah begini kakaknya itu pasti akan memberikan syarat yang berat sehingga mau tidak mau Taehyung diberi pilihan ingin menjalankan syarat itu atau mengalah. Taehyung tidak mau mengalah dan menunda kegiatannya besok tapi di sisi lain ia juga terlalu takut untuk menjalankan syarat dari Namjoon.
"Sudahkah kau punya pakaian yang akan kau pakai besok ?" Tanya Namjoon yang dibalas dengan gelengan Taehyung. Oh astaga ! Taehyung bisa membayangkan kakaknya memeberikan Taehyung syarat bahwa ia harus memakai pakaian yang kakaknya pilihkan di kencan butanya besok, ia hanya takut kakanya menyuruhnya memakai pakaian yang jelek.
"Kalau begitu berdiri sekarang dan ambilkan kunci mobilku"
Lagi-lagi Namjoon berhasil membuat mata Taehyung melebar dengan binar indah di sekitarnya. Dengan semangat, Taehyung berdiri dari kursi yang di dudukinya dan langsung berlari mencari kunci mobil Namjoon. Sudah lama sekali Taehyung tidak jalan-jalan dengan Namjoon, dan ia sudah menantikan momen ini sejak lama.
"Kuhitung sampai lima, kalau kau tidak membawakan kunci mobilku sebelum lima detik, aku akan berubah pikiran !" Namjoon berteriak cukup kencang untuk membuat Taehyung mendengar perkataannya dengan jelas.
Namjoon bisa mendengar langkah kaki Taehyung dengan cepat, adiknya saat ini sedang berlari. Diam-diam Namjoon terkekeh sendiri mengetahui adiknya benar-benar percaya dengan ucapannya.
"Empat !" Teriak Namjoon tiba-tiba yang di balas dengan teriakan pula dari Taehyung.
"Hyung, kau bahkan belum menghitung satu !"
"Sudah kuhitung dalam hati !" Balas Namjoon dengan kekehan yang ia tahan. Tidak, ia tidak menghitung tadi, ia hanya ingin menggoda adiknya saja. Lagipula mau Taehyung datang membawa kunci sebelum lima detik ataupun sesudah lima detik Namjoon akan tetap mengajaknya berbelanja baju. Ia ingin menikmati waktu senggangnya sebentar, menjadi seorang pemilik perusahaan benar-benar melelahkan.
Setelah itu Namjoon mendengar derap langkah Taehyung semakin kencang, itu artinya adikknya sudah hampir dekat dengannya, dan tiba-tiba saja Taehyung datang dengan nafas tak teratur sambil menggenggam kunci di tangannya, kemudian dengan semangatnya Taehyung manarik-narik lengan Namjoon untuk berdiri dan pergi menuju mobilnya.
"Ayo Hyung, cepat !"
Namjoon hanya bisa memutar bola matanya dan menghela nafas, ia sudah terbiasa dengan tingkah kelewat semangat dari adiknya.
Akhirnya mereka pun masuk ke dalam mobil dan mulai menyetir menuju ke sebuah butik langganan Namjoon. Malam ini akan akan menjadi malam kakak beradik Kim yang paling menyenangkan, harap Namjoon….
Perjalanan mereka dipenuhi keheningan, sampai akhirnya Taehyung memutuskan untuk menyalakan lagu dan menyegarkan suasana dengan lagu R&B Alternative milik Frank Ocean 'Pink + White'. Lagu dengan melodi ringan yang membuat semua suasana menjadi hangat, suara indah penyanyi amerika berkulit hitam tersebut mengalun dengan merdunya masuk kedalam telinga Taehyung begitupun dengan Namjoon. Saking terhanyutnya dalam melodi, Namjoon lupa mengatakan sesuatu yang menghinggap di kepalanya.
"Tae.." Panggilnya, menyadarkan Taehyung dari alunan music yang membuatnya kecanduan.
"Hmm ?" Balas Taehyung singkat. Sebelum bertanya Namjoon berdehem dan mulai membuka mulutnya.
"Siapa yang memberikan ide tentang kencan buta ini ? Siapa yang merencakannya ? Kenapa kau setuju ? Apakah kau tahu siapa yang akan menjadi temanmu di kencan buta nanti ?"Tanya Namjoon dengan sekali hirupan nafas, bicaranya cepat yakin kakaknya akan menang bila mengikuti kontes 'Show Me The Money', membayangkan kakaknya nge-rap didepan banyak orang serta juri dengan kata-kata pedasnya membuat Taehyung terkekeh sedikit, kekehan Taehyung dibalas dengan lirikan bingung Namjoon namun setelah itu Namjoon kembali fokus pada jalanan di depannya.
"Jimin…" Jawab Taehyung masih dengan senyum lebar di wajahnya.
"Park Jimin sialan !" Batin Namjoon. Ingatkan ia untuk menggorok leher sahabat adiknya ini kapan-kapan.
"Kau baru menjawab satu pertanyaanku, Tae" Ujar Namjoon dengan nada lembut.
"Yah, aku setuju karena aku juga ingin diperhatikan, aku butuh kasih sayang, aku butuh cinta…Aku kesepian, hyung" Nada Taehyung berubah menjadi lirih, ini juga salah Namjoon sendiri. Dirinya begitu fokus pada pekerjaan dan tak sempat memperhatikan Taehyung yang tidak pernah mendapat kasih sayang semenjak ia ingat semuanya, kejadian itu benar-benar masih tampak begitu jelas di pelupuk matanya, seolah semuanya baru saja terjadi.
"AKU TIDAK MEMBUTUHKANNYA !"
"IA HANYA ANAK KECIL !"
"KENAPA KAU MEMBAWA ANAK DARI HASIL PERSELINGKUHANMU ?! APA KAU SUDAH TIDAK MENCINTAIKU ?!"
Hal yang terjadi saat itu merupakan kesalahan besar. Kesalahan fatal yang merusak malam natal ke lima tahun mereka bersama dengan Namjoon. Mengingat malam itu membuat Namjoon merasa begitu bersalah, saat mendengar sang ayah masuk sambil membawa seorang bayi yang menangis dengan keras, pertama kali mendengar bayi itu menangis dan pengakuan sang ayah membuat Namjoon sangat ingin membunuh bayi mungil yang ada di gendongan sang ayah, saking bencinya karena sudah merusak keluarganya.
Mereka yang bertengkar hebat, saling meneriaki satu sama lain dengan keadaan sang ayah yang menggendong bayi mungil yang menangis kencang dan sang ibu yang menggandeng tangan Namjoon. Selingkuhan si ayah tidak mau merawat bayi yang keluar dari dirinya sendiri, sang ibu pun juga tidak mau merawat bayi mungil dengan sebuah perjanjian, saat bayi tersebut berumur 2 tahun Nyonya Kim tidak akan mau lagi untuk merawatnya dan mereka akan bercerai. Mereka benar-benar bercerai dengan Namjoon yang tinggal bersama Nyonya Kim dan bayi bernama Kim Taehyung yang tinggal bersama Tuan Kim. Hari demi hari Namjoon merasa begitu bersalah, mau bagaimanapun anak itu tidak bersalah, ia baru datang ke dunia dan dunia sudah memberikan kesan pertama yang mengerikan padanya.
Di umurnya yang ke lima belas tahun, Namjoon pergi untuk mengunjungi ayahnya namun keadaan berubah. Sang ayah yang ia ketahui adalah seorang pekerja keras malah menganggur, rumah yang dulu ia tinggali bersama dengan ayah dan ibunya saat masih bersama kini begitu kumuh dan lembab. Seorang anak kecil berumur sepuluh tahun membukakan pintu dengan manik mata polosnya, manik tersebut menatapnya dengan bingung dan ragu. Untuk kedua kalinya Namjoon merasa ia tidak merasa bersalah kalau ia melihat anak kecil itu menampilkan dirinya dengan baju bekas Namjoon dulu ditambah dengan lebam biru hampir di semua tubuhnya. Apa yang terjadi dengannya ? Kenapa bisa begini ? Banyak sekali pertanyaan yang hinggap di benak Namjoon saat itu. Sejak saat itu ia berjanji akan giat belajar dan menghasilkan banyak uang serta menjadi orang tua untuk anak dengan manik polos bernama Kim Taehyung.
Semua kenangan buruk itu mengambil alih tubuh Namjoon, pria yang memiliki dimple itu terdiam, membuat Taehyung menerka-nerka apa yang sedang kakaknya yang kini berumur 23 dan Namjoon yang kini berumur 28. Namjoon berhasil membesarkan adiknya menjadi pria yang penuh dengan semangat dan ceria. Mengingat adiknya yang dulu dan yang sekarang, membuat Namjoon bangga menjadi orang tua serta kakak yang tepat untuknya.
Tanpa mereka sadari, mereka sudah sampai di butik langganan Namjoon. Namjoon pun memakirkan mobilnya dan barulah setelah itu mereka berdua turun dari mobil untuk memasuki butik dan memilihkan pakaian yang pas untuk mata yang berbinar-binar kembali mengingatkan Namjoon saat pertama kali ia membelikan Taehyung sebuah mainan mobil-mobilan. Sampai sekarang mobil mini berwarna kuning tersebut menghiasi meja kerja Taehyung yang merupakan tempat dimana ia akan membuat novel atau melanjutkan novelnya.
Mengetahui fakta bahwa Taehyung merupakan salah satu novelis yang masuk ke daftar novelis yang paling terkenal di Korea serta menjadi novelis yang bukunya sudah diterjemahkan ke berbagai negara membuat Namjoon bahagia bisa memiliki adik dengan otak kreatif yang terlalu berlebihan. Taehyung mungkin tidak pintar dalam mata pelajaran yang ia pintari, namun Taehyung mampu mewarnai dunianya dengan untaian kata-kata yang di susun rata menjadi sebuah cerita yang mampu mewarnai dunia orang lain pula saat membacanya. Namjoon memiliki semua koleksi buku hasil karya adiknya yang langsung di tandatangani oleh adiknya, membaca karyanya membuat Namjoon mengerti kenapa banyak orang yang itu menyamarkan namanya menjadi 'V'.Tidak ada yang tahu wajah 'V', kecuali dirinya dan sahabat adiknya.
"Pilih yang kau suka…Aku tunggu disini" Ujar Namjoon dengan senyum di wajahnya sambil mengelus kepala Taehyung.
Taehyung pun segera pergi memilih-milih pakaian yang disukainya, membiarkan Namjoon berdiri sambil bermain dengan ponselnya di depan ruang ganti. Cukup lama Taehyung memilih-milih pakaian namun kemudian ia datang dengan pakaian yang menurutnya sangat bagus. Sudah jelas lagi Taehyung memang benar-benar mencontoh semua yang Namjoon lakukan dengan baik, sampai fashion style nya pun benar-benar mirip.
Sambil menunggu Taehyung mencoba-coba pakaian yang menarik perhatiannya, Namjoon sedang menghubungi seseorang lewat ponselnya. Kakinya mengetuk-ngetuk di lantai karena tidak sabar, sosok yang dihubunginya tidak kunjung mengangkat telfon darinya. Namun begitu sosok yang ingin ia ajak bicara mengakat telfon darinya, kaki yang mengetuk-ngetuk tadi terdiam.
"Oh ! Namjoon-ah !"
"Dasar bedebah tidak sopan, panggil aku 'Hyung'…Kau apakan adikku ? Kau menghipnotisnya ?" Ujar Namjoon dengan cepat dengan nada yang bisa membuat lawan bicaranya tahu bahwa ia sedang kesal.
"Eh ? Tidak…Apa yang sedang kau bicarakan ?"Namjoon menepuk jidatnya sendiri karena menghadapi betapa lemotnya seorang Park Jimin
"Tentang semua kencan buta yang akan terjadi besok, bodoh" Jawab Namjoon dengan sarkastiknya.
"Oh, itu…Bukan salahku. Malah dia sendiri yang mengaku padaku ia benar-benar kesepian, lagipula tenang saja, lawan kencannya nanti orang yang baik kok, percaya padaku…Aku menjodohkannya dengan orang yang tepat"
Jawaban tenang dari lawan bicaranya membuat Namjoon ikut tenang. Jimin adalah sahabat Taehyung, dan ia tahu Jimin adalah anak yang baik…Ia pasti tidak akan menjodohkan adiknya dengan sembarang orang.
"Kalau ini memang keinginan Taehyung sendiri aku selalu setuju…Kuharap kencan buta yang kau rencanakan ini berjalan dengan mulus" Balas Namjoon.
"Kan sudah kubilang !Percayalah padaku, teman kencan Taehyung nanti namanya Jeon Jungkook, lahir tanggal 1 september 1997, lebih muda dua tahun dari Taehyung, pria baik walaupun penampilannya seperti berandal…Kuliah jurusan seni, ayahnya adalah seorang pelukis, begitupun Jungkook. Ia sudah menciptakan berbagai lukisan yang berhasil terjual di tangan orang kaya. Hobinya bermain game, dia juga bilang kalau dia suka dengan tato dan berniat untuk memilikinya di tahun ini, katanya cinta pertamanya adalah kamera. Pernah menjalin hubungan dengan cukup banyak wanita, namun tidak semuanya berjalan lancar…Rupanya Jungkook tidak suka wanita…Ia anak yang baik dan cukup dingin kepada orang yang bertemu dengannya untuk pertama kali tapi aku tahu Taehyung bisa meluluhkan hati orang dingin sepertinya…Lihat saja besok, aku mengatur kencan mereka jam 3 sore."
"Well…sebenarnya aku tidak membutuhkah informasi sebanyak itu, but thanks…" Balas Namjoon lagi dengan singkat.
"Yup…Adios~"
Pip
Sambungan pun terputus dan tepat saat itu Taehyung keluar dari ruang ganti dan menghampiri Namjoon dengan cengiran maut ynag sedari ekcil mampu menghipntis Namjoon.
"Aku sudah selesai"
.
.
.
{Must Protect}
.
.
.
Tubuh Taehyung terus bergerak maju dan mundur, ia benar-benar gugup saat ini. Matanya tidak bisa berhenti memandangi dua orang yang duduk bersebelahan di pojok ruangan serta memakai kaca mata hitam besar dan masker hitam untuk menutupi wajahnya, Taehyung memandanginya begitu lama hingga salah satu di antaranya mengacungkan jempol, di ikuti oleh satunya orang tersebut adalah Namjoon dan Jimin, mereka berniat untuk memonitor kencan Taehyung hari ini. Semua ini ide Namjoon yang ingin melindungi adiknya. Bisa saja saat nanti Taehyung mengalami patah hati, Namjoon akan langsung beraksi dan tidak segan-segan menonjok wajah orang yang membuat adiknya patah hati.
Sebenarnya Jimin tidak mau, tapi karena ia penasaran dengan apa yang akan terjadi hari ini, ia ikut-ikut saja. Sembari menunggu kedatangan pasangan kencan buta Taehyung, Jimin melihat keluar jendela dan tepat pada waktunya, ia melihat seorang pria dengan postur tubuh tidak asing sedang berlari untuk menyebrang.
"Hyung, Hyung…Itu orangnya !"
Namjoon yang diberi tahu Jimin segera melambaikan tangannya ke arah Taehyung sambil menunjuk-nunjuk pria yang mengenakan jaket kulit berwarna hitam tengah menyebrang. Taehyung yang gelagapan dan panik langsung merapikan rambutnya dan duduk dengan terbuka, membuat bel kecil yang sengaja di pasang di atas pintu berbunyi indah. Pria dengan jaket dan celana kulit serta sepatu timberland datang sambil menengok ke kanan dan ke kiri. Taehyung diam-diam melirik, dan saat pria itu menangkap Taehyung dalam manik mata hitamnya, ia langsung menghampiri Taehyung. Sosok itu membuat Taehyung menjadi semakin kaku karena tidak hanya tampan sosok itu juga memiliki daya pikat yang membuat nyalinya menciut.
"Permisi…Kau Kim Taehyung ?" Tanya pria yang bahkan tidak Taehyung ketahui namanya itu dengan suara lembut.
"….Y-ya" Jawab Taehyung sambil mengangguk. Ia tidak percaya ia berkencan dengan lelaki. Yah Taehyung sih tidak masalah mau berkencan dengan siapa saja, ia hanya mengira Jimin akan memasangkannya dengan seorang wanita.
"Oh, senang bertemu denganmu…Aku Jungkook, Jeon Jungkook dan umm…Mari tidak saling memanggil dengan akhiran '-ssi', aku tidak ingin kencan ini menjadi semakin canggung"
Pria bernama Jungkook tersebut langsung mengulurkan tangannya, hendak berjabat tangan dengan Taehyung, tentu saja Taehyung membalas. Setelah itu Jungkook menggaruk tengkuknya sejenak dan langsung duduk di depan Taehyung, suasana diantara keduanya menjadi sangat canggung walaupun Jungkook sudah bilang bahwa ia tidak ingin kencannya menjadi semakin canggung. Sepertinya 'Canggung' tidak mendengarapa yang Jungkook katakan terus menunduk karena malu dan pria Jeon itu hanya mengetuk-ngetukkan telunjuknya di atas meja karena tidak tahu harus berbuat apa.
"Aku tahu perasaan Taehyung…" Ucap Jimin dengan pelan, Namjoon yang setuju pun mengangguk. Mereka berdua bisa melihat betapa canggungnya keadaan kedua orang yang sedang kencan tersebut. Lagi-lagi disini 'Canggung' disalahakan.
"Oh !Jimin bilang kau seorang novelis, aku ingin baca karyamu kapan-kapan…Ada satu novelis yang cukup terkenal, ia tidak pernah memberitahu para pembaca identitas aslinya, ia menggunakan nama samaran…'V'"Ujar pria bernama Jungkook tersebut sambil membentuk jarinya menjadi huruf 'V'saat menyebutkan nama samara novelis kesukaannya, Taehyung tersenyum kecil melihatnya.
" Aku tidak tahu kenapa ia memilih menggunakan satu huruf untuk menjadi nama samarannya, aku juga membeli semua buku karyanya. Ceritanya benar-benar mengesankan, kapan-kapan ayo kencan di Café Buku, aku yang traktir…" Taehyung tersenyum, rupanya ia mengencani salah satu penggemarnya.
"Sejujurnya novelis yang kau maksud itu hanya tidak punya ide lain untuk nama samarannya, ia hanya terlalu malas berpikir" Ujar Taehyung di akhiri tawa yang cukup kencang.
"Bagaimana kau tahu ?" Suasana yang tadinya canggung kini berubah, mereka berbincang-bincang seolah mereka sudah kenal lama dan itu membuat Namjoon serta Jimin tersenyum senang di balik masker mereka.
"Ahahaha, akulah penulis terkenal yang kau maksud"
Jungkook terdiam dengan mata melebar. Melihat itu Taehyung tertawa semakin kencang, membuat beberapa pengunjung melihat ke arah mereka. Namjoon dan Jimin juga terkekeh kecil.
"Tidak…Aku tidak percaya…Serius ?! Baiklah, satu pertanyaan singkat dari penggemarmu, sebutkan judul buku yang pertama kali kau ciptakan dan sebutkan kalimat terkenal yang ada di dalamnya"
"Ah, gampang…'Carmen : Mon amour, je sais que tu m'aimes aussi. Tu as besoin de moi. Tu as besoin de moi dans ta vie. Tu ne peux plus vivre sans moi. Et je mourrais sans toi. Je tuerais pour toi'…Ada lagi yang harus kubuktikan ?" Tanya Taehyung dengan senyum sombong di wajahnya.
"Aku masih tidak yakin…Apa artinya ? Darimana kau punya ide untuk memasukan kalimat berbahasa asing itu ?" Jungkook terus bertanya.
"Aku hanya bermain-main dengan google translate, dan tanpa sengaja kalimat itu sangat pas dengan tema novel 'Carmen', jujur saja kalimat itu bukan salah satu dari rencanaku untuk memasukkannya di 'Carmen' , aku masih ingat artinya, kalau tidak salah…'Cintaku, aku tahu kau juga mencintaiku. Kau membutuhkanku. Kau membutuhkanku dalam hidupmu. Kau tidak bisa tanpaku. Dan aku akan mati tanpamu. Aku akan membunuh siapapun untukmu'" Jungkook tersenyum lebar dengan mata berbinar-binar. Melihat itu Namjoon merasa seperti orang tua yang bangga melihat anaknya menemukan cinta.
"Sudah kubilang, bukan. Percayalah padaku, semuanya akan berjalan lancar…Kau lihat mereka ? Aku bisa melihat benang merah mulai mengikat jari manis mereka" Ujar Jimin sok puitis.
"Bahkan Jungkook tidak dingin sama sekali, Taehyung memang benar-benar orang yang pas untuknya…Aku tidak pernah melihat dirinya bersikap ceria dan semangat di depan orang yang baru dikenalnya, wah~ Taehyung benar-benar mengesankan" Namjoon mengangguk setuju, adiknya itu benar-benar kembali terdiam dan ikut memperhatikan mereka bersama dengan Namjoon yang memangku kepalanya dengan kedua tangannya. Jika saja, hanya jika saja…Sang ibu memilih untuk memetingkan rasa kasihan daripada egonya sendiri, ia akan melihat pemandangan indah tentang bagaimana anak yang polos itu tumbuh menjadi lelaki yang penuh keceriaan dan kini menemukan cinta yang sudah lama dicarinya.
"Bagaimana kalau kita hentikan sesi pertanyaan ini dan ayo pesan sesuatu…Aku haus" Ujar Taehyung yang dibalas dengan tatapan iseng dari Jungkook.
"Hmm, kurasa kau hanya menghindari pertanyaan, 'V'" Mendengar itu, Taehyung menendang kaki Jungkook dari bawah meja, hanya bermain-main dan Jungkook pun tertawa.
"Aku serius, tenggorokanku kering karena aku belum makan dan minum apa-apa dari pagi saking gugupnya" Jungkook menaikkan satu alisnya, masih memandang Taehyung dengan tatapan isengnya.
"Oh, kau gugup bertemu denganku…Wah, suatu kehormatan bisa membuatmu gugup 'V' " Kali ini Taehyung memajukan dirinya untuk memukul lengan Jungkook, dan kemudian mereka tertawa , Namjoon merasa begitu senang. Ia sampai meremas jari-jarinya sendiri saking senangnya melihat mereka berdua berinteraksi, sedangkan Jimin ia malah memotret mereka berdua diam-diam layaknya paparazi lalu mengunggahnya ke semua akun sosial media yang ia punya untuk memberitahu ke semua mahasiswa di kampusnya bahwa salah satu murid populeritu sedang berkencan dengan seorang lelaki manis, ia bermaksud membuat semua wanita delusional bahwa mereka tidak bisa dan tidak akan pernah mengencani seorang Jeon Jungkook.
"Ok, ok…Aku juga haus, kau tidak tahu berapa jauhnya aku harus berlari agar bisa datang ke kencan buta ini, hariku sangat melelahkan tahu~"
"Ohohoho…Rupanya kau mengorbankan semua tenagamu hanya untuk bertemu denganku, Jungkook-ssi" Kini giliran Taehyung lah yang menggoda Jungkook.
"Ya, ya, ya. Terserah…Ayo pesan sekarang, dan jangan panggil namaku dengan akhiran –ssi, ok ? Aku ingin kau menganggapku seperti seseorang yang sudah kau kenal cukup lama, aku tida ingin kencan pertamaku denganmu begitu canggung dan terlalu formal" Mereka pun mengangkat bokong mereka dari kursi yang mereka duduki dan berjalan bersama menuju ke tempat pemesanan. Kemudian Namjoon berpikir, kalau Jimin…Ia sih masih asik mengetik sesuatu di ponselnya, membalas para 'Bitches' yang masih tidak menerima kenyataan.
"Hey, Jimin-ah…Bukankah menurutmu aneh bila kita hanya diam disini dan tidak memesan apapun ?" Jimin mengalihkan perhatiannya dari ponsel ke Namjoon, lalu kemudian ia mengangguk setuju.
"Kita pesan setelah mereka, Hyung…Aku tidak ingin Jungkook mengenaliku" Kata Jimin yang mendekat ke arah telinga Namjoon yang ada di sebelahnya agar Namjoon bisa mendengar suara kecilnya yang dikelilingi musik cukup kencang.
"Ide bagus…Aku sudah lama tidak minum kopi, Taehyung selalu membuatkanku Teh atau susu coklat, katanya kopi buruk untuk kesehatan." Jimin hanya membalas ucapan Namjoon dengan mengangkat bahunya sebentar tanda ia tidak peduli.
Oke kembali lagi ke Taehyung dan teman kencannya.
"Baiklah, sebagai seorang gentleman aku membiarkanmu memesan terlebih dahulu" Ujar Jungkook dengan suara yang dibuat membesar ambil membungkuk dengan tangan di depan dadanya, layaknya seorang rakyat yang memberi hormat pada sang raja ataupun ratu.
"Sebagai seorang gentleman juga, aku tidak bisa menolak tawaran anda karena itu tidak sopan" Taehyung membalas permainan Jungkook dengan meninggikan sedikit suaranya sambil mendongakkan kepalanya sedikit seolah ia adalah tokoh yang memiliki sifat terlalu 'berkelas'.
Mereka berdua pun terkekeh setelahnya, membuat Namjoon dan Jimin serta gadis dengan rambut bob yang ada di depannya siap untuk mendengarkan pesanan mereka dan memberikannya tidak bisa melakukan apa-apa selain ikut terkekeh dengan kekonyolan yang tampak romantis yang mereka buat. Bahkan dua orang gadis yang tak sengaja memperhatikan kekonyolan 'romantis' mereka ikut tersenyum.
"Ok, berhenti bercanda…Aku pesan, uhm Caramel Latte, dan dua Tiramissu Cake, itu saja" Taehyung tersenyum bangga karena sudah mengatakan menu yang ia inginkan sendiri, sebelumnya selalu Namjoon lah yang memesankan menu yang ia mau, karena ia terlalu malu.
'Ah, bayiku…Kau sudah tumbuh dewasa rupanya' Batin Namjoon sambil bertepuk tangan dengan pelan. Di sambut dengan Jimin dengan tatapan aneh dari Jimin.
"Giliranku, aku pesan Americano dan Chesse Cake saja" Ucap Jungkook tanpa pikir panjang. Sang pelayan wanita pun mencatat pesanan mereka di mesin kasir, Taehyung melihat harga dari menu yang mereka berdua pesan dan ia sudah siap mengeluarkan dompet dari belakang saku celananya namun rupanya Jungkook juga melakukan hal yang sama.
"Aku yang bayar" Jawab Jungkook cepat, singkat, dan padat.
"Tidak, aku yang bayar" Balas Taehyung tidak mau kalah.
"Tidak bisa, aku saja yang bayar"
Mereka pun berdebat tentang siapa yang harus membayar tidak cukup lama sampai akhirnya Jungkook mengalah dan membiarkan Taehyung membayar pesanan mereka berdua. Mereka berbicara sebentar dan kemudian Jungkook minggir dan duduk di tempat mereka tadi.
"Apa-apaanitu ?" Ujar Namjoon tidak terima.
"Taehyung yang membayar ?"Lanjut Namjoon lagi, ia masih tidak terima. Mentang-mentang adiknya berpenampilan seperti orang kaya, berandalan Jeon Jungkook itu setuju-setuju saja dengan ide Taehyung yang harus membayar.
"Aku tidak terima, seorang gentleman lah yang harus membayar ! Jimin-ah carikan orang lain yang memperlakukan Taehyung layaknya seorangputri ! Aku ingin Taehyung mengencani orang yang memperlakukannya dengan spesial !"Tangan besar Namjoon mulai terkepal, dan Jimin dengan rasa ngeri di dalam dirinya menggenggam lengan Namjoon dengan tangan mungilnya lalu menepuk-nepuk lengan yang lebih panjang darinya aneh memang, Namjoon yang memiliki adik seorang lelaki ingin adiknya diperlakukan layaknya putri. Kemana otak dengan iq 148 yang Namjoon miliki ?
"Tenang Hyung, kita tidak tahu apa yang akan terjadi…Aku tahu Jungkook itu seorang gentleman yang baik, ia akan memperlakukan Taehyung dengan benar, bahkan ia akan memperlakukan Taehyung layaknya dia adalah tuhan. Aku yakin itu" Namjoon pun mendesah pasrah dan membiarkan hari kencan mereka yang sudah mendapatkan pesanan mereka dan segera membawanya ke meja yang ia tempati bersama Jungkook. Dilihatnya Jungkook memijat dahinya dan kemudian menatap Taehyung dengan tatapan yang Taehyung artikan kecewa atau sedih.
"Ada apa dengan tatapan itu ?" Tanya Taehyung seraya terkekeh di akhir kalimatnya.
"Harusnya aku yang membayar semua itu. Aku benar-benar merasa bersalah sekarang" Jawab Jungkook sambil menutup wajahnya dengan tangan.
"Hey, tidak apa-apa…Lagipula kau sudah janji akan membawaku ke Café Buku, kau yang akan membayar saat itu, ok ?" Taehyung membalas seraya tersenyum manis, dan itupun di balas dengan Jungkook yang menghembuskan nafas dengan kasar dan berdua pun terdiam menikmati pesanan mereka, dan diam-diam Jungkook memperhatikan Taehyung makan dengan lahapnya sampai cream Tiramissu bertebaran semua di sekitar bibirnya, anehnya hal itu tidak mengurangkan nafsu makan Jungkook dan keinginannya untuk mengancani Taehyung. Menurutnya Taehyung sangat imut dengan wajah yang cukup berantakan itu.
"Hyung, ayo pesan" Bisik Jimin.
"Tidak, aku akan disini memperhatikan mereka. Tidak akan kubiarkan ia melakukan apapun ke Taehyung" Kedua bola mata Jimin berotasi, ia sangat muak dengan Namjoon yang terlalu over protective dengan Taehyung.
"Begini saja, kau yang pesan. Ku jaga Taehyung dari sini, aku akan melaporkanmu jika Jungkook melakukan sesuatu, okey ?" Jimin menawarkan persetujuan namun Namjoon berpikir terlalu lama dan Jimin tahu, jika Namjoon sudah berpikir lama seperti ini itu artinya ia tidak setuju.
"Hyung…Walau kau memakai kacamata hitam aku tahu bagaimana caramu menatap mereka berdua dari tadi, kau tidak mengalihkan matamu dari mereka sedikitpun, dan aku sempat melihat pelayan yang tadi berdiri di depan mesin kasir memperhatikanmu dengan tatapan was-was. Dia pikir kau seorang stalker, aku tidak ingin Jungkook mengetahui penyamaran kita atau semua rencana kita akan berantakan. Jadi, biar aku saja yang mengawasi mereka dan kau yang memesan. Lagipula kalau aku yang memesan, aku takut Jungkook menyadari tubuh pendekku" Ujar Jimin sambil melipat tangannya di depan dada. Namjoon pun menyerah dan akhirnya bangkit.
"Baiklah, deal…Kau pesan apa ?" Tanya Namjoon, Jimin pun tersenyum.
"Aku tidak memesan apa-apa, melihat mereka makan membuatku kenyang tanpa alasan" Jawab Jimin sambil tersenyum.
"Tapi jika kau tidak makan ataupun minum, semua orang yang menatap kita termasuk pelayan kasir tadi juga akan semakin curiga"Namjoon membalas perkataan Jimin dengan logikanya.
"Baiklah, pesankan saja apapun…" Jawab Jimin simple. Namjoon pun mengangguk dan segera berjalan untuk memesan menu.
Jimin yang di tinggal seorang diri pun mulai mengamati Jungkook dan Taehyung dengan gerakan yang tidak mencurigakan, Namjoon benar-benar payah dengan yang namanya mengamati diam-diam. Di mata Jimin, Taehyung benar-benar tampak lebih ceria, dan Jungkook yang biasanya hanya bersuara seperlunya kini menjadi lebih cerewet daripada semua tampak baik-baik saja, namun kemudian Jungkook merasakan sesuatu yang aneh. Sesuatu dari dalam dirinya merasakan sensasi aneh, diam-diam Jungkook menengok ke arah Jimin yang tertangkap tengah menatap mereka sambil memangku kepalanya dengan satu tangannya, Jimin yang mengerti bahwa Jungkook mencurigainya pun langsung mengarahkan kepalanya kea rah jendela Cafe yang besar dengan gerakan yang cepat. Jungkook jadi semakin was-was maka ia langsung mencondongkan tubuhnya ke Taehyung untuk memberitahunya sesuatu.
"Umm, Taehyung-ah…Aku rasa ada seseorang yang memperhatikan gerak-gerik kita"
"A-aku tidak merasa ada seseorang yang memperhatikan kita, Jungkook-ssi. Kenapa kau bisa merasa seperti itu ?" Jungkook memutar matanya. "Sudah kubilang saat awal perkenalan kita untuk tidak perlu menambahkan kata '-ssi' di akhir nama kita. Tapi benarkah kau tidak merasakannya ?"
Taehyung menggeleng dengan pelan, ia tahu bahwa sedari tadi Namjoon kakaknya dan Jimin sahabatnya tengah memperhatikan mereka. Namun ia tidak bisa mengtakan hal itu di depan Jungkook.
"Apakah kau yakin tidak merasa di perhatikan sedari tadi ?" Tanya Jungkook dengan berbisik-bisik, ia kembali memastikan bahwa Taehyung sudah yakin dengan jawaban yang ia berikan.
"Sudahlah, mungkin itu hanya perasaanmu saja" Taehyung mengakhiri kalimatnya dengan kekehan yang dibalas dengan kekehan kaku dari Jungkook. "Kau benar, mungkin hanya perasaanku saja" Balasnya sambil melirik ke arah Jimin yang pura-pura sibuk dengan ponselnya.
"Astaga, tatapannya mengerikan sekali. Apa yang harus kulakukan kalau tadi ketahuan ?Ya tuhan, rasanya seperti di tatapan oleh seekor kelinci berbadan pria kekar" Batin Jimin dengan tangannya yang mulai berkeringat dingin. Bahkan tangannya bergetar. Rencana hampir saja gagal hanya karena ia terlalu sibuk memperhatikan dua pasangan yang tengah asik berkencan. Beruntungnya Namjoon kembali dan Jimin merasa sangat lega karena ia tidak sendirian lagi.
"Hyung, kenapa kau lama sekali memesannya ?" Tanya Jimin dengan wajah yang ia buat semelas mungkin.
"Aku bingung, bodoh. Aku tidak tahu harus memesankanmu apa"Balas Namjoon sambil meletakkan semua pesanannya di meja yang mereka tempati. Jimin sih tidak peduli, karena saat ini makanan yang ada di depannya tampak sangat menggiurkan.
"Ohohoho, jika saja aku mengajak Jin Hyung ia pasti akan menghabiskan semua ini dalam hitungan detik. Saat ini uangku kurang Hyung, kuganti kapan-kapan, ok ?" Ujar Jimin sambil mengedipkan matanya.
"Tidak usah, anggap saja ini bentuk terima kasihnya karena sudah susah-susah mencarikan Taehyung teman kencan" Namjoon tersenyum lembut menunjukkan dimplenya di depan saja mereka berada didalam kartun ataupun film yang sering Jimin tonton, Jimin bisa melihat sayap putih melebar dengan dramatisnya dari belakang punggung Namjoon. Ah~ betapa indahnya.
Mereka semua makan dengan tenang, tidak ada canda tawa yang keluar dari mulut Jungkook maupun Taehyung, begitu juga dengan Jimin dan Namjoon. Namun tiba-tiba saja Namjoon berhenti mengunyah dan menatap Jimin yang asik mencelupkan kentang goring ke dalam saus pedas.
"Ngomong-ngomong, siapa 'Jin' ?" Baru saja Jimin ingin memasukkan kentangnya ke dalam mulut, tangannya berhenti karena pertanyaan dari Namjoon dan wajah jelek Namjoon yang masih menyimpan makanannya di dalam mulut. Menggelikan sekali. Ingin tertawa tapi takut dosa.
"Hanya teman, ia lebih tua beberapa tahun dariku. Pria yang baik, ia memiliki kesan tampan dan cantik di saat yang bersamaan, bahunya sangat lebar. Suka makan, tapi entah kenapa tubuhnya tetap saja bagus, berbeda denganku. Setiap kali aku minum air sedikit saja berat badanku akan bertambah. Oh, ia juga pria yang lucu, kenapa ?"Jimin mulai memasang wajah bingung.
Entah kenapa Namjoon bisa merasakan kalau pria yang di deskripsikan Jimin merupakan ciri-ciri yang selama ini ia idamkan. Tanpa Namjoon sadari otaknya ingin mengenal pria bernama Kim Seokjin ini lebih jauh.
"Bisakah kau kenalkan dia kepadaku ?" Namun setelah mendengar kalimat yang baru saja keluar dari mulut Namjoon yang penuh makanan, Jimin langsung memasang wajah jeleknya untuk menggoda Namjoon.
"Aku mungkin bisa menjadwalkan kapan kalian akan berkencan. Aku ingat ia suka dengan seseorang yang pintar dan tinggi, siapa tahu kau masuk dalam daftar orang yang akan dikencaninya" Namjoon terdiam sejenak dan kemudian ia mengangguk tanda ia setuju dengan ide Jimin. Mari kita kembali ke dua sejoli yang tengah di mabuk cinta jauh dari meja Jimin dan Namjoon. Jimin dan Namjoon tidak tahu apa yang Taehyung dan Jungkook sedang bicarakan di sebrang sana, mereka tengah tertawa dengan kencangnya. Bahkan sesekali Jimin dan Namjoon melihat Jungkook memajukan tubuhnya untuk berbisik ke Taehyung yang ada di depannya. Tiba-tiba saja terdapat sebuah ide cemerlang melintas di benak Jungkook, untuk kesekian kalinya Jungkook mencondongkan tubuhnya mendekati Taehyung dan berbisik dengan senyum lebar yang menghiasi wajahnya.
" Taehyung-ah...Bagaimana kalau sehabis ini kita pergi dari sini dan pergi ke suatu tempat, aku tidak ingin kencan ini berakhir sampai disini, aku ingin mengenalmu lebih dalam lagi…Kurasa, aku mulai nyaman berada di dekatmu, menurutmu kemana kita harus pergi ?" Taehyung melebarkan matanya karena tidak percaya dengan apa yang baru saja Jungkook katakan, bahkan saat ini Jungkook ingin sekali tertawa melihat ekspresi kaget milik Taehyung. Pemuda manis itu masih membuka mulutnya dengan sedotan yang masih berada beberapa senti dari mulutnya.
"Kau mau ?" Sumpah, disaat ini, hari ini, jam ini, menit ini, detik ini Taehyung bisa merasakan kedua pipinya memanas dan ia merasa seolah ia meleleh karena kepanasan. Jungkook yang tadi menahan tawanya kini tertawa terbahak-bahak. Ia tidak tahu kalau Taehyung akan sebegitu kagetnya.
"Kau…Serius ?" Jungkook mengangguk untuk menjawab pertanyaan kedua Taehyung, ia bisa mengerti kenapa Taehyung masih tidak bisa percaya dengan apa yang ia katakan. Setelah Jungkook yang mengangguk kini giliran Taehyung yang mengangguk, ia menyetujui ajakan Jungkook. Sedangkan di pojok sana Jimin dan Namjoon yang tidak tahu apa yang sedang terjadi hanya bisa menatap mereka berdua dalam diam.
Taehyung dan Jungkook meghabiskan makanan mereka terlebih dahulu dan kemudian barulah mereka mengangkat bokong mereka dari kursi dan berjalan keluar, Namjoon yang pertama menyadari itu dan langsung memasukkan potongan makanan terakhirnya dengan cepat dan meminum minumannya dalam sekali sedot, Jimin yang awalnya juga sedang menikmati makanannya kini panik dan ikut menghabiskan semuanya secepatnya. Mereka berdua ikut bangkit dari tempat duduknya kemudian mengikuti Jungkook dan Taehyung yang sudah pergi duluan dari mereka. Entah mau sampai berapa lama Namjoon dan Jimin akan melakukan hal ini, yang jelas sekarang semua orang sudah memperhatikannya dengan tatapan was-was, sepertinya banyak orang yang sadar bahwa mereka tengah mengikuti seseorang, dan untungnya Jungkook terlalu bodoh untuk menyadari bahwa selama ini ia tengah di awasi.
Mereka berdua berjalan terus dan Namjoon serta Jimin masih saja mengikuti mereka tanpa lelah, kemudian tiba-tiba saja Jungkook dan Taehyung berhenti di halte bus, tentu saja Namjoon dan Jimin ikut berhenti, tak jauh dari lokasi mereka berdua. Begitu bus datang dan Jungkook serta Taehyung masuk, Namjoon dan Jimin segera berlari untuk ikut masuk ke dalam bus dan Jungkook sengaja memilih untuk duduk di bagian tengah bus, awalnya Taehyung berbincang asik dengan Jungkook, namun ketawanya terhenti begitu melihat sosok Namjoon dan Jimin melewati mereka berdua. Beruntungnya Jungkook masih asik tertawa sehingga tidak menyadari perubahan raut wajah serta nada tawa Taehyung. Taehyung hanya tidak menyangka kalau kakaknya akan mengikutinya sampai sejauh itu.
Selama perjalan di dalam bus, banyak penumpang yang Namjoon yakini cukup terganggu dengan suara tawa Jungkook dan Taehyung yang tak ada hentinya, dasar anak muda. Walau yang lainnya tampak terganggu namun Jimin tampak senang-senang saja melihat kedua interaksi sahabatnya, bahkan sahabat adiknya itu sampai memotret mereka berdua dan sekali lagi menyebarkannya ke instagram. Di postingan awalnya, Jimin mendapat banyak komentar dari berbagai 'Bitches'yang kecewa dan bahkan marah, banyak juga yang meng-unfollow akun instagram Jungkook setelah foto itu Jimin post.
"Jungkook-ah, sebenarnya mau kemana kita ?" Tanya Taehyung dengan senyum yang tak lelah memamerkan dirinya di wajah Taehyung, Jungkook tidak keberatan ia malah senang melihat senyum Taehyung. Hatinya terasa berbunga-bunga.
"Aku sudah lama merencanakan ini, aku ingin pasangan kencanku yang cocok denganku ku ajak ke Coex Mall" Taehyung memiringkan kepalanya seperti anjing kecil yang kebingungan, tentu saja itu membuat Jungkook meleleh.
"Tapi kenapa kesana ?" Tanya Taehyung lagi dengan suara berat namun menggunakan nada imut.
"Aku tidak pernah mengajak pasangan kencan lainku ke tempat ini, jadi ingat ini 'V'-ssi, aku memang sering mengajak pasangan kencanku yang lain ke Coex Mall, tapi aku tidak pernah mengajak mereka ke dalam Coex Aquarium walaupun mereka memaksaku untuk mengajak mereka masuk kedalam, jadi seharusnya kau merasa istimewa"
"Wow terima kasih, Jungkook…Kau sendiri yang bilang untuk tidak menggunakan akhiran –ssi di akhir nama kita, plus jangan sebutkan nama authorku kencang-kencang, aku tidak ingin salah satu penggemarku yang ada di dalam bus ini tiba-tiba panik mengetahui wajah author favourite mereka jelek sepertiku" Ujar Taehyung, Taehyung tersenyum namun Jungkook tidak. Maka setelah itu Taehyung pun berhenti tersenyum dan menatap mata Jungkook.
"Siapa bilang kau jelek ?" Jungkook berujar, tidak terima dengan pernyataan dari pasangan kencannya yang mengaku bahwa ia jelek.
"Pasangan-pasangan kencanku yang sebelumnya…" Tiba-tiba saja Jungkook menangkup pipi Taehyung dan Namjoon yang ada di belakang mereka sudah panik kejang-kejang karena melihat kepala Taehyung dan Jungkook terlalu dekat, ia mengira Jungkook mencium bibir adiknya. Padahal kenyataannya bukan.
"Kau tidak jelek, mereka hanya memiliki penglihatan yang buruk dan terlalu malas untuk memeriksa kesehatan mata mereka" Untuk pertama kalinya Taehyung merasa kepercayaan dirinya meningkat hanya karena beberapa kata dari pasangan kencannya kali ini. Seorang pria tampan mengatakan bahwa dirinya tidaklah buruk rupa. Ya tuhan, jodohkanlah Taehyung dengan pria di sebelahnya ini.
"Terima kasih lagi Jungkook…Tak ada yang pernah mengatakan itu padaku sebelumnya" Jungkook hanya tersenyum menerima ucapan terima kasih dari Taehyung. Keadaan menjadi hening, Jungkook yang tadi tertawa dan bersendau gurau dengan Taehyung kini hanya terdiam. Mereka berdua terdiam.
"Uhm, jadi Tae…Berapa umurmu ?"Tanya Jungkook tiba-tiba untuk memecahkan keheningan diantara mereka berdua.
"Aku ? Tahun ini aku 23 tahun…Kau ?" Kali ini Jungkook yang memasang wajah tekejut, ia tidak tahu kalau pasangan kencannya selama ini ia panggil tanpa sebutan 'Hyung' di belakangnya.
"Jungkook ? Kenapa kau diam ?" Tanya Taehyung yang mulai khawatir.
"Aku hanya merasa tidak sopan karena telah memanggilmu tanpa akhiran 'Hyung' astaga kenapa kau tidak pernah bilang dari awal kita bertemu tadi…Sungguh, aku tidak bermaksud bersikap tidak sopan padamu" Tidak hanya Taehyung yang terkejut namun di belakang terdapat Jimin yang terkejut dan Namjoon yang tidak mengerti kenapa Jimin ikut terkejut.
"Hyung, ia minta maaf kepada seseorang. Astaga ! Apa yang masuk ke otaknya ?" Jimin berujuar dengan dramatisnya menggunakan suara yang pelan. "Aku tidak tahu dimana letak anehnya, orang harus meminta maaf bila mereka melakukan kesalahan" Namjoon benar-benar tak habis pikir dengan Jimin.
"Aku tahu, maksudku Jungkook itu tidak pernah meminta maaf kepadaku sebelumnya, kenapa ini tidak adil ?" Setelah mendengar pengakuan dari Jimin, Namjoon tak bisa menahan tawanya dan kemudian pecahlah tawanya, Taehyung saja sampai merinding mendengar tawa kakaknya sedangkan Jungkook hanya membiarkan pria yang ternyata kakak Taehyung itu tertawa sepuasnya.
"Kurasa yang salah disitu adalah kau, pendek. Kau pasti pernah melakukan sesuatu yang membuatnya sakit hati dan memutuskan untuk tidak pernah minta maaf padamu, hanya itulah alasan logikanya" Jimin benci sekali jika Namjoon sudah mengucapkan kalimat-kalimat yang membuatnya seolah tampak lebih pintar darinya.
Bus berhenti tepat di daerah Samseong dong, Gangnam-gu. Maka Jungkook dan Taehyung pun turun dari bus, di ikuti oleh Namjoon dan Jimin beberapa detik kemudian, mereka menunggu Taehyung dan Jungkook sudah cukup jauh dari mereka berdua. Sesampainya di dalam Coex Mall, Mereka berempat menuju ke Coex Aquarium yang benar-benar dinanti Jungkook untuk masuk Bersama dengan teman kencan yang ia rasa cocok dengannya.
"Jungkook ?"Tiba-tiba terdengar suara seorang wanita membuat Jungkook dan Taehyung memfokuskan matanya ke arah wanita tersebut. Sedangkan di belakang, Jimin malah terkesiap dan lagi-lagi Namjoon bingung, yah tak kalah bingungnya dengan Taehyung yang melihat Jungkook langsung memasang tatapan dingin di depan wanita cantik dengan rambut panjang dan poni yang menutupi keningnya tersebut.
"Kenapa kau kaget begitu ?" Bisik Namjoon ke Jimin.
"Hyung, itu mantan Jungkook…Lisa" Jawab Jimin, dan Jimin bisa merasakan aura hitam menguar dari punggung Namjoon, tak ada lagi sayap putih di belakangnya hanya tanduk merah yang tumbuh di kepalanya.
"Jungkook, astaga aku hampir tidak mengenalimu…Siapa pria di sebelahmu ?Teman ?" Ingin rasanya Jimin mencabik-cabik wanita bermuka dua yang kini pasti akan mengacaukan kencan Jungkook dan Taehyung. Jungkook melihat Taehyung menundukkan wajahnya dan ia mulai merasakan bahwa amarah sebentar lagi akan datang dan mengkontrol tubuhnya.
"Tidak, dia pasangan kencanku" Jawab Jungkook yang langsung menggandeng tangan Taehyung. Lisa, wanita yang kata Jimin adalah mantan pacar Jungkook pun sedikit terkejut dengan pengakuan blak-blakkan dari mantannya.
"Oh, maaf…Aku tidak tahu, kau juga mengajaknya kesini ? Ya ampun, siapapun namamu itu lebih baik janganlah berkencan dengannya, Coex Mall sudah menjadi tempat tradisi seorang Jeon Jungkook untuk membawa pasangan kencannya ke sini…Percayalah, padaku manis, ia bukanlah tipikal pria yang romantis" Ujar perempuan itu dengan senyum bak malaikat namun tatapan bak burung elang. Mengerikan.
"Sudahlah, jangan dengarkan dia…Ayo, Hyung" Jungkook pun lantas menarik Taehyung untuk masuk ke dalam Coex Aquarium secepatnya.
"Ya tuhan ! Jalang itu, mau sampai kapan ia merusak kencan Jungkook ?" Ujar Jimin dengan emosi menggebu-gebu.
"Apa maksudmu 'Sampai kapan' ?"Tanya Namjoon yang masih kebingungan namun mulai merasa marah. Jimin memutar bola matanya, jika hal seperti ini ia bisa membicarakannya sampai kucing bertelur.
"Semua mahasiswa ataupun mahasiswi di kampus sudah tahu bahwa Lalisa Manoban adalah mahasiswi dari Thailand yang tergila-gila pada Jungkook, dari awal sampai akhir ini."Jelasnya secara singkat. Namjoon mengangkat satu alisnya, tanda ia tertarik dengan kelanjutan kisah Lalisa menghela nafas dan menarik tangan Namjoon tiba-tiba saja. Awalnya Namjoon bingung tapi kemudian ia mengerti kenapa Jimin menarik tangannya.
"Kuceritakan nanti" Namjoon tidak tahu kalau ternyata Jungkook dan Taehyung sudah memasuki Coex Aquarium.
Namjoon menoleh ke samping saat tak sengaja berpas-pasan dengan Lisa yang masih terdiam ditempat dan ia bisa melihat bagaimana tatapan matanya mirip seperti penyihir. Kini disinilah mereka, Namjoon sudah lama ingin mengajak adiknya untuk memasuki Coex berencana saat ulang tahun Taehyung nanti ia akan mengajaknya kesini. Sayang sekali waktu yang ia miliki dipadatkan oleh pekerjaannya sendiri.
Jungkook merasa cemas, semenjak kedatangan mantannya, Taehyung tidak memandang kebawah dan tak lagi menautkan jarinya di jari Jungkook. Hanya Jungkook yang menautkan jarinya.
"Hyung…Kau biak-baik saja ?" Jungkook bertanya, ia benar-benar khawatir. Taehyung membalasnya dengan anggukan.
"Jangan percaya semua ucapan Lisa, Hyung…Aku sudah bilang bukan kalau aku selalu mengajak semua pasangan kencanku ke sini, tapi ingat saja aku tak pernah mengajak mereka masuk kedalam Aquariumnya" Jungkook mengucapkan kalimat tersebut sambil berbisik di telinga Taehyung dengan nada lembutnya. Mau tak mau Taehyung merasa spesial tapi entah karena apa.
"Kenapa ?"Taehyung bersuara, sambil menatap mata Jungkook. Wajah Jungkook sangat dekat dengannya,ia bisa merasakan hembusan nafas hangat Jungkook, membuat pipinya memerah dan jantungnya menggila.
"Aku juga sudah menjelaskan hal ini, bukan ?Entah kenapa setiap kali aku kencan pertama kali dengan orang itu aku ingin mengajak mereka kesini, aku berharap salah satu dari mereka spesial karena jujur aku bertemu denganmu, ada satupun dari mereka yang menurutku spesial."Jungkook mengedipkan satu matanya.
"Kuharap kau tidak main-main dengan semua kalimat manismu itu, Jungkook" Taehyung berujar sembari mengalihkan kepalanya ke arah lain, berharap Jungkook tidak melihat pipinya yang bersemu !Jungkook sudah lihat.
"Tentu tidak…Kau tunggu disini, biar aku yang antri membeli tiketnya" Kata Jungkook yang setelah itu mengusak-usak rambut Taehyung.
Spesial ?
Kata itu terus terngiang-ngiang di tersenyum sendiri layaknya orang dan Jimin yang melihat dari jauh juga ikut tersenyum. Dalam hati, Jimin berharap saat kepala Jungkook dekat dengan Taehyung tadi, bocah itu akan mencium sahabatnya, tak perlu menciup, kecupanpun juga sudah cukup. Setahunya, Jungkook pernah cerita kalau ia tak pernah mencium semua pasangan kencannya, berdekatan seperti itu saja tidak pernah. Tampaknya, Taehyung benar-benar orang yang dikirim tuhan untuk membuat Jungkook berubah 180o, semoga dengan kehadiran Taehyung, bocah itu jadi lebih sopan didepanya.
Namjoon memperhatikan adiknya tersenyum dengan wajah memerah, saat tak sengaja tatapan mereka bertemu, Namjoon memberikan thumbs upkepada bangga sekali. Melihat adiknya tersenyum seperti itu, Namjoon merasa semua kepedihan yang dialami Taehyung pada akhirnya akan musnah, ia harus berterima kasih pada Jungkook kapan-kapan.
"Jimin-ah, kau tinggu akan mengantri agar kita bisa masuk" Baru saja Namjoon hendak jalan ikut mengantri, lagi-lagi Jimin menggandeng tangannya dan membuatnya berhenti.
"Sepertinya sudah cukup, Hyung…Kita bisa mempercayai Jungkook, bocah itu akan menjaga Taehyung dengan baik" Jimin berkata seperti itu, kini Namjoon tahu Jungkook itu anak yang baik. Hanya saja, entah kenapa iamemiliki firasat buruk bahwa akan terjadi sesuatu pada adiknya.
"Tenang saja" Kata-kata Jimin pada akhirnya membuat Namjoon memilih untuk menghiraukan firasat buruknya. Jimin merangkul kakak dari sahabatnya dan berjalan dengan riang gembira, mengira kencan Jungkook dan Taehyung akan berjalan sempurna. Itu sih menurut Jimin, jika saja ia melihat tatapan Lisa tadi, asumsi kencan mereka akan berjalan lancer tak akan pernah hinggap di kepalanya. Wanita dengan poni yang menutupi keningnya tersebut ikut mengantri dan berniat mengacaukan hari penting Taehyung.
Taehyung dengan polosnya menunggu sambil membaca artikel tentang dirinya, ia sangat suka membaca suatu hal tentang dirinya, ia bisa menyombongkannya didepan Jimin. Ia suka bagaimana semua orang yang membaca dan memberikan komentar yang baik tentang dirinya. Hingga tiba-tiba saja ketenangannya di ganggu oleh panggilan dari Jungkook dengan suaranya yang kelewat bersemangat.
"Hyung, aku sudah dapat tiketnya, ayo masuk" Jungkook menunjukkan senyum gigi kelincinya di depan Taehyung dan Taehyung tak bisa mengkontrol dirinya untuk tidak mencolek dagu Jungkook karena ia begitu imut. Jungkook sendiri malah tersenyum semakin Lisa yang masih mengantri diam-diam memoerhatikan mereka berdua dengan tangan yang tertekuk di depan dadanya dan tatapan mata yang siap menerkam Taehyung.
Sedangkan di lain tempat, Namjoon dan Jimin harus rela menaiki bus dua kali. Namjoon benar-benar bodoh. Kenapa ia harus menaiki bus tadi kalau ia bisa membawa mobilnya sendiri yang ia parkirkan di parkiran tempat pertama yang menjadi saksi bicu kencan Taehyung dan Jungkook.
"Sekarang mau kemana kita ?" Jimin bertanya, karena sejujurnya ia ingin sekali mengikuti Taehyung dan Jungkook. Hanya saja ia percaya jika Jungkook akan menjaga Taehyung baik-baik dari Lisa.
"Aku mau pulang…" Namjoon menjawab dengan firasat khawatir yang muncul lagi di dadanya.
"Aku ikut" Jimin membalas dengan nada hanya memutar bola sambil memasang ekspresi datar.
Di rogohnya ponsel yang ada di kantungnya dan ia segera mengetik sesuatu. Jimin mengintip penasaran.
'Tae, Hyung akan pulang dengan Jimin, kau bersenang-senanglah dengan teman kencanmu. Hyung suka dia, dia terpercaya, kalau terjadi sesuatu hubungi Hyung atau Jimin, ok ?Hyung dan Jimin akan membunuhnya. Nikmati kencanmu'-Send to TaeTae
Jimin tersenyum, ia setuju dengan Namjoon. Jika Jungkook melakukan sesuatu yang diluar nalar ataupun membahayakan Taehyung atau mungkin menyakiti perasaan Taehyung, ia dan Namjoon sendiri yang akan menghampiri bocah itu dan membunuhnya. Namjoon kaya tentu saja ia bisa menutupi pembunuhan yang telah ia lakukan bersama dengannya.
'Ok, pulanglah Hyung, kau masih memiliki kerjaan yang belum selesai. Ia pria yang baik, ia tidak akan melakukan apapun padaku, hati-hati di jalan'-Message from TaeTae
Setelah membaca balasan Taehyung, Namjoon memasukkan ponselnya ke kantungnya berdua harus kembali ke restoran sebelumnya dan mengambil mobil Namjoon yang di tinggal merana kesepian di parkiran Cafe sebelumnya.
.
.
.
{Must Protect}
.
.
.
Sesampainya mereka berdua di rumah yang dihuni saudara langsung menuju ke ruang kerjanya khusus dirumahnya, sedangkan Jimin langsung pergi ke ruang tengah kediaman Kim dan menuju ke salah satu rak buku yang ada untuk membaca semua buku novel karya Taehyung yang dibeli oleh sipitnya melebar saat melihat semua novel yang Namjoon beli sudah di tandatangani oleh penulisnya. Jimin iri, ia ingin meminjam semua novel ini dan memamerkannya ke teman-teman di kampusnya. Banyak mahasiswa serta mahasiswi di kampusnya yang tergila-gila dengan semua karya sastra milik 'V'.Ia beruntung bisa memiliki sahabat seorang novelis terkenal di Korea, dan kini sahabatnya yang satunya sangat beruntung bisa mengencani Taehyung. Seharusnya Jimin mendaftarkan dirinya sendiri untuk pergi mengencani novelis Kim, dasar bodoh.
Keadaan begitu tenang, tidak seperti biasanya. Bila ada Taehyung, Namjoon tak akan bia konsentrasi untuk bekerja karena adiknya itu selalu bermain overwatch di kamarnya tanpa bisa menutup mulutnya. Mungkin sesekali Namjoon harus bermain berdua dengan adiknya, sudah lama ia tidak bermain game.
Sesekali Jimin tersenyum saat membaca beberapa bagian yang ada di novel bangga tapi juga geli membaca karya sahabatnya yang banyak menggunakan majas perbandingan, majas pertentangan, majas sindiran, serta majas penegasan. Ia hanya tidak menyangka teman aliennya ini pintar sekali bermain-main dengan kalimat. Menjadikannya sebuah kalimat yang rumit namun juga di ruang kerjanya hanya terus menatap layar laptopnya dan mengetik sesuatu sih tidak peduli, hingga akhirnya satu pertanyaan muncul di benaknya.
"Namjoon Hyung" Panggilnya setengah berteriak.
"Hmm" Namjoon balik menyahut tanpa mengalihkan matanya dari layar laptop.
"Bagaimana rasanya menjadi salah satu pemilik perusahaan termuda di Korea ?" Jimin hanya bertanya basa-basi, tapi netah kenapa pertanyaan tersebut mengenai Namjoon tepat di memikirkan untuk istirahat sejenak dan ikut bergabung dengan Jimin di ruang tengah senang-senang saja Namjoon menemaninya.
"Jadi…?" Jimin berucap, ia ingin Namjoon melanjutkan kalimat yang ia sengaja ia potong, ia juga ingin tahu bagaimana rasanya menjadi pemilik perusahaan termuda kaya yang wajahnya di kenal oleh semua orang dan namanya selalu tercantum di berita manapun.
"Yah, jadi…Begitulah" Jimin merengut tidak senang, apa yang dimaksud dengan 'Begitulah' ?Ia tidak puas dengan jawaban Namjoon.
"Hah ? Begitulah, bagaimana ?"Jimin kembali tidak suka saat ada orang yang memberinya jawaban tidak jelas.
"Jimin-ah…Kau mungkin berpikir menjadi seseorang sepertiku sangatlah menyenangkan, sebenarnya tidak kali namamu tertera di topik hangat harian di saat itu juga banyak orang yang berekspetasi kau meraih sesuatu yang lebih, hanya melihat perusahaanmu turun sejenak dan semua orang mulai berkata yang kau masih menjadi mahasiswa, aku iri padamu" Jimin menatap Namjoon dengan tatapan tidak percaya. Sebagai seseorang yang juga menjadikan Namjoon sebagai motivasi, ia tidak mengerti kalau ternyata Namjoon menanggung beban mental yang sangat berat.
"Semua ini sangat berat, jika kau tidak memiliki ide yang sempurna untuk menjaga perusahaanmu tetap di atas, maka hancur sudah."Kalimat yang dibarengi dengan helaan nafas pasrah dari Namjoon membuat Jimin merasakan empati.
"Tapi semua beban itu terbayar begitu aku melihat senyum Taehyung."Jimin ikut tersenyum saat Namjoon mengucapkan kalimat tidak bisa menangkal kalau senyum Taehyung menyembuhkan segalanya.
"Melihat ia tersenyum dan menyambutku sepulang kerja sangatlah memuaskan, aku melakukan ini demi kebahagiaan Taehyung yang tak pernah ia dapatkan selagi ia saja, semua pekerjaan ini membuatku sibuk sampai tidak bisa menikmati senyum itu, aku hanya bisa itu disaat ku memiliki jatah libur walau hanya sehari, kumanfaatkan baik-baik untuk bisa menghabiskan waktuku dari itu, melihat Taehyung dengan Jungkook tadi membuatku senang sekaligus senang ada seseorang yang bisa berada disisinya selagi aku fokus pada pekerjaanku, tapi aku juga sedih karena itu artinya Taehyung tidak lagi membutuhkanku untuk membuat dirinya merasa disayang" Namjoon mengatakan semua itu dengan senyum miris di wajahnya, Jimin bisa merasakan emosi yang sedang Namjoon ikut merasa sedih, dengan baiknya Jimin mengelus pundak Namjoon memakai tangan mungilnya.
"Taehyung akan tetap membutuhkanmu, menyayangimu lebih dari apapun, kau bagaikan kakak, ayah, dan ibu baginya. Kau adalah keluarganya, satu-satunya yang ia miliki ketika yang lainnya memilih untuk membuangnya. Buktinya, walau Taehyung memiliki sahabat seperti aku, ia tetap membutuhkanmu. Kau tidak perlu merasa tersaingi oleh bocah Jeon itu, Hyung. Pada akhirnya bocah Jeon itu pasti juga akan menjadi salah satu temanmu. Seperti aku" Jimin berusaha menghibur Namjoon. Sepertinya ia berhasil, kini bukan senyum miris lagi yang Namjoon tunjukkan. Kemudian Namjoon menepuk pundak Jimin.
"Thanks, Bro…Kapan-kapan ayo kita minum bersama" Mereka berdua tersenyum.
"Lagipula kau tidak akan sendirian. Aku yakin Jin Hyung akan menyukaimu"
"Bagus, tolong atur kencan kita"
"Tergantung, kapan kau bebas dari pekerjaanmu ?" Kedua alis Jimin bergerak naik dan turun dengan nakalnya. Melihat ekspresi menyebalkan Jimin, Namjoon tertawa dan kemudian mereka tertawa bersama.
.
.
.
{Must Protect}
.
.
.
Namjoon membawa laptopnya ke ruang tengah untuk menemani masih asik membaca novel karya Taehyung. Jimin sudah membaca tiga novel karya 'V' dan kini ia hampir menyelesaikan yang ke empat. Mereka beruda asik dalam dunianya sendiri sampai Namjoon mendengar suara ponsel miliknya berdering, ia pun berdiri dan hendak mengambilnya. Namun tinggal sedikit lagi dan si penelpon sudah membatalkan telponnya ke ponsel Namjoon. Maka dari itulah Namjoon hanya mengangkat bahunya dan kembali ke ruang tengah, ia pun kembali duduk di bersila di lantai. Tiba-tiba saja ponsel yang ada di sebelah Jimin juga berdering, beruntungnya Jimin langsung mengangkatnya tanpa melihat siapa yang menelponnya.
"Ya ?"
"Hiks…Jimin" Mata Jimin membulat saat mendengar suara isakan Taehyung dan suaranya yang bergetar.
"Tae ? Kau kenapa ?" Mendengar nama adiknya keluar dari mulut Jimin, Namjoon berhenti memperhatikan layar laptopnya dan menyuruh Jimin untuk mengaktifkan speaker ponselnya. Jimin pun melaksanakan yang Namjoon mau.
"Hiks…Jimin…Aku mau pulang, hiks-"
"Taehyung, dimana kau sekarang ?"Kini giliran Namjoon yang berbicara, nadanya berubah khawatir saat mendengar Taehyung menangis. Firasat khawatir yang ia rasakan tadi benar-benar terjadi.
"Namjoon Hyung, jemput aku...Hiks, a-aku hiks ada di restoran, hiks"
"Tunggu di sana Tae. Hyung akan datang"
Namjoon segera menyambar kunci mobil yang ia letakkan di meja kerjanya dan langsung berlari keluar rumah menuju ke mobil yang terpakir di garasi, Jimin yang juga panik mengikuti dari belakang. Perasaan mereka semua berantakan, Jimin merasa menyesal telah membujuk Namjoon untuk meninggalkan Taehyung sendiri dengan Jungkook, sedangkan Namjoon menyesal karena sudah mempercayakan adiknya pada pria yang penampilannya sudah tampak seperti berandalan. Namjoon menginjak pedal gas, ia ingin cepat berada dimanapun Taehyung berada. Ia ingin memeluk adiknya dan menenangkannya.
Tak perlu membutuhkan waktu lama, Namjoon sampai di tempat Taehyung berada. Pria itu bisa melihat adiknya berdiri di depan restoran tempat ia dan Jungkook pertama kali bertemu. Secepat kilat, Namjoon dan Jimin keluar dari mobil dan menghampiri Taehyung, tidak pedli mereka parkir bisa melihat adiknya berdiri layaknya orang hilang dan menutupi wajahnya untuk meyembunyikan tangisannya.
"Taehyung !"Namjoon berteriak, Taehyung menoleh dan kemudian mendapati dirinya berada di pelukan kakaknya serta sahabat baiknya.
"Hyung, hiks…Aku benci Jungkook, hiks…Benci, benci, mau pulang Hyung, hiks" Taehyung menangis sejadi-jadinya.
"Tentu, ayo kita pulang" Namjoon merangkul adiknya dan Jimin menggenggam erat tangan sahabatnya, mereka berdua begitu menyesal meninggalkan Taehyung sendiri.
Namjoon membukakan pintu mobil bagian belakang untuk Taehyung dan Jimin. Sementara ia fokus menyetir, ia ingin Jimin menenangkan adik manisnya yang masih menangis sesegukan. Mendengar Taehyung kecilnya menangis Namjoon teringat dengan masa lalu dimana Taehyung tidak mendapatkan kasih sayang yang ia mau.
"Tae, hentikan buat aku ikut menangis" Jimin berusaha menghibur Taehyung, sahabat adiknya itu terus memeluk Taehyung sedangkan Taehyung menyembunyikan wajahnya di pelukan tangisan Taehyung yang terendam oleh pelukan Jimin rasanya Namjoon juga ingin ikut menangis. Taehyung tidak pernah seperti ini bila kencan butanya gagal, biasanya ia hanya akan merasakan amarah bukan sedih sampai menangis seperti anak kecil seperti ini.
"Aku carikan orang lain, Tae…Atau kau mau kencan denganku semalaman ini ?Hmm ?Bagaimana ? Aku tidak akan membuatmu menangis seperti ini ? Bagaimana kalau hari ini kita main overwatch, kau suka ? Aku akan bawa coklat dari rumahku, aku juga akan bawakan es krim vanilla kesukaanmu, ayo pesan pizza setelah ini, aku-"
Jimin bahkan tidak bisa melanjutkan kata-katanya, diam-diam ia juga menangis, ia menahan semua isakan yang hendak keluar dari mulutnya. Sementara Taehyung terus menggeleng di pelukannya, ia merasa paling bersalah diantara dirinya dan Namjoon. Ia lah yang memilih Jungkook sebagai teman kencan Taehyung. Taehyung mempercayainya untuk memilih seseorang yang baik untuknya, setelah banyaknya pria brengsek yang Taehyung kenal dan temui dari aplikasi kencan yang menyakiti hatinya, pilihan Jimin lah yang membuat Taehyung sakit hati sampai menangis parah seperti ini.
Namjoon melajukan mobilnya dengan cepat agar mereka bisa sampai di rumah, Jimin merangkul Taehyung, masih berusaha menenangkan Taehyung yang sudah tidak menangis separah tetap saja, Namjoon tidak bisa melihat adiknya terus menangis seperti ini. Mereka memasuki rumah dan Taehyung segera menyingkir dari Jimin, ia memasuki kamarnya sendiri serta tak lupa membanting pintu lalu menguncinya, meninggalkan Jimin dan Namjoon di luar kamar Taehyung.
Keadaan menjadi hening, tak ada satupun yang berbicara. Jimin masih menahan isakannya sedangkan Namjoon menatap ke bawah, ia berusaha menahan tangisnya.
"Hyung" Jimin memanggil Namjoon dengan suara yang bergetar.
Namjoon tidak membalas panggilan Jimin, melihat pun masih berusaha menahan air matanya di depan Jimin.
"Maafkan aku, aku sudah salah memilih teman kencan Taehyung" Lanjut Jimin.
Namjoon terdiam, melihat Namjoon yang tak memberikan respon pun melangkahkan kakinya keluar dari rumah saudara Namjoon tersiksa sendriian mendengarkan adiknya menangis. Tapi Namjoon tidak putus asa, ia mendekatkan dirinya ke pintu kamar Taehyung dan mengetuk pintu tersebut.
"Tae, maukah kau keluar dan cerita pada Hyung apa yang terjadi ?" Suara Namjoon bergetar, isakan Taehyung berhenti namun ia tak kunjung mendapat balasan dari adiknya.
"Ayolah Tae, ceritakan pada Hyung apa yang telah ia lakukan padamu ?" Namjoon menempelkan keningnya di pintu kamar Taehyung hingga kemudian ia mendengar Taehyung memutar kunci pintu ke arah sebaliknya dan barulah setelah itu Namjoon memundurkan dirinya. Taehyung membuka pintu dan memunculkan dirinya di hadapan Namjoon dengan wajah memerah dan mata tuhan, Namjoon tak ingin melihat adiknya seperti ini.
Jimin tidak bisa menyingkirkan bayangan dimana Taehyung terus menggeleng di pelukannya saat ia berusaha menghiburnya. Taehyung tidak pernah menolak game overwatch, ia tidak pernah menolak coklat, ia tidak pernah menolak es krim vanilla, Taehyung juga tidak pernah menolak pizza. Separah itukah Jungkook melukainya ?Dengan cekatan, Jimin merogoh ponselnya dan menghubungi butuh penjelasan dari keparat Jeon itu sekarang.
"Jimin, kau tahu dimana Taehyu-"
"Kau senang sudah membuat sahabatku menangis, Jeon ?"Jimin berujar dengan sarkastiknya.
"Jim, Taehyung menangis ?"Jungkook balik bertanya di sebrang ponsel.
"Aku bertanya padamu, brengsek ! Kau senang ?Kurang ajar sekali kau, jangan kira karena kau tampan dan terkenal, punya banyak follower di instagram kau bertingkah seenaknya Jeon, Taehyung bukan seperti gadis-gadis lacur yang kau kencani, bodoh. Kenapa Taehyung menangis ? Jelaskan padaku sekarang sebelum aku datang ke tempatmu sendiri dan menghanjarmu dengan tanganku sendiri"Ia tidak bisa menahan amarahnya, Jimin keluarkan semua yang ia ingin katakana pada Jungkook.
"Jimin-…Hyung-…A-aku bahkan tidak mengerti apa yang terjadi dengannya, aku hanya sedang membelikan cemilan untuknya dan sesaat kemudian aku melihat Lisa berjalan menjauhinya setelah berbicara dengannya, aku melihat dengan mata kepalaku sendiri Taehyung tampak begitu sedih, aku pun mendekati Taehyung dan kemudian ia mendorongku begitu saja. Aku khawatir Lisa mengatakan sesuatu yang buruk tentangku dan membuat dirinya seperti itu, kumohon Hyung, bantu aku…Dimana Taehyung ?"
Jimin tak lagi marah, ia tercengang mendengar penjelasan dari Jungkook. Kesalahan yang ia lakukan bukanlah membujuk Namjoon untuk meninggalkan Taehyung berdua dengan Jungkook, seharusnya ia tidak melakukan itu. Ia salah besar karena sudah membujuk Namjoon untuk meninggalkan Taehyung dan Jungkook sendirian saat disana ada Lisa.
"Hyung ?...Jimin ?"Dirinya ditarik kembali ke dunia setelah mendengar namanya dipanggil oleh Jungkook di sebrang ponsel.
"Kumohon Hyung, beritahu aku dimana Taehyung ? Atau bisakah kau katakan pada Taehyung apa yang terjadi ?"
"Dasar bodoh, jelaskanlah semuanya sendiri, aku tidak ikut campur dengan masalahmu kali ini, Jeon" Bentak Jimin.
"Lalu…Aku harus bagaimana ?Aku tidak tahu dimana Taehyung aku tidak menanyakan tempat tinggalnya" Jungkook merutuki dirinya bisa mendengar suara Jungkook yang bergetar.
Taehyung benar-benar hebat. Malam ini ia membuat 3 orang menangis berkat dirinya. Jangan kira Jimin tidak tahu kalau Namjoon juga menangis, pria itu menundukkan kepalanya dan pundaknya bergetar, bagaimana Jimin bisa tidak tahu bila ia melihatnya dengan mata kepalanya sendiri ?
"Tenang, Kook. Kau masih bisa meluruskan kesalahpahaman ini, ku kirim alamat rumah Taehyung sekarang lewat chat, aku harus memberitahu Taehyung dahulu"
Pip
Jimin memutuskan sambungan dan berlari masuk lagi ke dalam rumah dua Kim.
.
.
.
{Must Protect}
.
.
.
Namjoon mengerti semuanya benar-benar patah hati. Tidak ada yang boleh menghancurkan adiknya, ia bersumpah akan menemukan bocah Jeon Jungkook itu dan menghajarnya sendiri, kalau perlu ia akan mengirimkan orang suruhan untuk menghajar sudah menceritakan semuanya, semua detail dari awal saat mereka bertemu sampai akhir mereka berpisah. Mau sampai kapan air mata Taehyung mengalir ?Namjoon tidak tahu. Taehyung memeluknya begitu erat, ia menceritakan semuanya di ruang tengah, tempat dimana ia dan Jimin sedang santai tadi. Untuk saat ini, Namjoon tidak peduli pada pekerjaannya. Persetan dengan semua pekerjaannya, adiknya sedang dalam keadaan susah ia tidak bisa membiarkannya begitu saja. Namjoon tahu bagi semua orang yang tidak memiliki perasaan patah hati adalah hal yang wajar bagi siapa saja, tapi Namjoon bukanlah tipikal seseorang yang akan mengatakan seseorang yang baru saja mengalami patah hati untuk move on dan menjadi tegar. Ia tidak setega itu pada adiknya
Brak !
Mereka berdua terkejut, Namjoon dan Taehyung terkejut begitu melihat Jimin masuk dengan ganasnya.
"Taehyung ! Namjoon ! Jungkook akan datang !"Jimin mengucapkannya sembari berlari ke arah ruang tengah yang di tempati Namjoon dan Taehyung. Jimin tahu ia tidak perlu berlari, tapi rumah yang ditempati kedua Kim itu sangatlah besar serta luas.
"BAJINGAN KAU PARK JIMIN !" Namjoon berteriak, disaat adiknya harus menghindari Jeon Jungkook, Jimin malah memberitahu alamat tempat tinggal dia dan adiknya. Tanpa Jimin mengaku pun Namjoon sudah tahu kalau Jimin yang melakukannya.
"Tidak, Hyung dengar…Jungkook perlu menjelaskan sesuatu pada Taehyung, semua hanya kesalah pahaman belaka" Jimin sudah sampai di depan Namjoon dan Taehyung. Taehyung menatap Jimin dengan tatapan berbinar. Mau seberapa besar ia membenci Jungkook saat ini, ia masih ingin melihat pria dengan jaket kulit tersebut dan berharap ia meminta maaf padanya, menjelaskan semuanya.
"Tidak, aku tidak peduli apa yang perlu dijelaskan olehnya. Ia dilarang mendekati Taehyug mulai sekarang" Balas Namjoon, ia tidak ingin kehadiran bocah bermarga Jeon tersebut membuat Taehyung semakin sedih.
"Kau harus mendengarkannya, Hyung. Jungkook tidak bermaksud membuat Taehyung menangis seperti ini" Jimin menjelaskan, ia berusaha membujuk Namjoon ke arah yang benar kali ini. Apapun caranya, Jimin harus berhasil menenangkan Namjoon dan membuatnya mendengarkan semua yang akan Jungkook jelaskan nanti.
"Bullshit, Jim !…Bedebah Jeon itu berani-beraninya berkencan dengan Taehyung hanya agar ia tahu bagaimana rasanya meniduri seorang laki-laki, bagaimana rasanya meniduri adikku ! Aku tak ingin ia menginjakkan kaki kotornya disini" Taehyung menunduk ia tidak suka kata-kata itu. Ia berharap Jungkook tidak bermaksud seperti apa yang Namjoon katakana.
"Kata siapa ? Jungkook tidak pernah main-main Hyung, ia memang memiliki banyak mantan tapi ia tidak sebrengsek itu…" Disini Jimin berusaha melindungi nama baik Jeon Jungkook.
"Taehyung menceritakan semuanya. Ia baru saja menceritakannya, akui saja Jungkook adalah seorang lelaki brengsek yang suka bergonta-ganti pasangan untuk menikmati satu-persatu alat kelamin siapapun yang ia kencani"
Jimin membelalakkan hening untuk sementara, dan Namjoon menyadari kesalahannya. Walaupun setahunya Jungkook adalah pria brengsek yang menghancurkan adiknya, tapi ia tidak memiliki tempat pantas untuk mengatakan semua kalimat yang baru saja keluar dari mulutnya. Ia tidak merendahkan harga diri pria yang belum tentu saalah itu,
Plak !
Semuanya terjadi begitu maju selangkah dan menampar pipi Namjoon. Membuat dua orang dengan marga sama terdiam, tidak menduga Jimin akan berani melakukan hal yang belum pernah mereka lihat dilakukan oleh Jimin.
"KARENA DIA SAHABATKU !"Jimin berteriak begitu tidak terima dengan semua yang Namjoon ucapkan.
"Aku mengerti dirinya ! Aku lah yang selalu ada disaat ia merutuki dirinya sendiri karena tak bisa melanjutkan hubungan dengan seseorang yang bahkan tidak ia sukai. Jungkook memang tampak seperti berandalan, tapi ia memiliki hati yang lembut. Ia tidak tega menyakiti hati siapapun karena itulah ia selalu setuju dengan ajakan kencan ataupun ajakan berpacaran…Tarik kata-katamu kembali, Hyung. Jungkook bukan-"
"Taehyung" Jimin terdiam saat ia mendengar suara sahabatnya berujar lirih saat memanggil nama Taehyung. Semua dapat mendengar nada syukur dari suara Jungkook saat menyebut nama Taehyung.
"Jungkook bagaimana kau bisa masuk ?"Setelah pertengkaran hebat antara Namjoon dan Jimin hanya karena masalah yang merasa bersalah bersuara.
Jungkook tersenyum penuh syukur, ia begerak hendak mendekati Taehyung sebelum Namjoon bergerak dan berdiri di depan Taehyung sambil melipat tangannya di depan dada.
"Ah…Maaf, aku masuk tanpa ijin. Aku mendengar semua teriakan kalian, aku kesini untuk menjelaskan semuanya…Bolehkah ?"
Baru saja Namjoon hendak membuka mulutnya sebelum tiba-tiba saja Jimin menarik tangannya dan membawanya keluar dari rumahnya sendiri, meningalkan Jungkook yang ingin menjelaskan semuanya pada Taehyung dan Taehyung yang ingin mendengar cerita sebenarnya. Kini mereka berada menjadi canggung untuk keduanya, setelah semua teriakan yang mereka tujukan pada masing-masing dari keduanya. Berdiri berjauh-jauhan di depan rumahnya sendiri bersama dengan Jimin membuat Namjoon merasa tidak nyaman.
"Hyung" Jimin memanggil dengan suara imut yang biasanya memang selalu keluar dari merasa canggung ataupun tidak, Namjoon harus menoleh ke arah Jimin.
"Dengar…Aku minta maaf karena sudah menamparmu, kata-katamu tentang Jungkook tidaklah anak yang baik" Jimin menjelaskan kembali.
"Aku tahu…Ia memang anak yang baik, hanya terlalu emosi tadi, melihat Taehyung seperti itu membuat emosiku tidak terkendali, Jimin."
"Yah…Tadi itu benar-benar gila…hehe" Jimin terkekeh kecil, di ikuti oleh Namjoon.
Di dalam, Namjoon tidak mendengar suara teriakan. Sepertinya kedua bocah itu menangani masalah mereka lebih mature daripada ia dan Jimin tadi.
"Hyung, bagaimana kau bisa menganggap Jungkook bocah yang tidak baik ?"
"Well, Taehyung menceritakan bahwa motif asli Jungkook mengencaninya adalah untuk berhubungan badan dengannya, ia juga menceritakan Jungkook memiliki banyak mantan, Taehyung menangis karena selama ini ia mengira Jungkook menganggapnya spesial, dan ia mengira itu semua hanya tipuan belaka. Sepertinya Taehyung benar-benar jatuh ke dalam pesona Jungkook"
Jimin masih mendengarkan sisi lain yang Namjoon lihat. Namjoon berhenti sejenak untuk memastikan Jimin masih memperhatikan, dan Jimin memang masih memperhatikan. Senyum dari bibir tebal tersebut merekah, Jimin menggeleng.
"Aku tidak pernah melihat ia jatuh cinta dalam waktu cepat seperti ini. Sepertinya Jungkook memang orang yang cocok untuknya"
Namjoon sedikit terkeju dan barulah kemudian ia ikut tersenyum, adiknya itu memang tidak mudah jatuh cinta, namun saat bertemu dnegan Jungkook, Namjoon sebagai kakak bisa melihat persis apa yang ada dalam mata Taehyung. Ia melihat cinta, anggap saja Namjoon delusional tapi memang itu apa yang ada di dlaam mata Taehyung selama kencannya dengan Jungkook.
"…Darimana Taehyung tahu semua itu ?"Kini giliran Jimin yang bertanya.
"Aku…Tidak tahu, ia tidak bisa menceritakan yang selanjutnya, ia terus saja menangis" Namjoon menjawab.
"Begini Hyung, Jungkook bercerita. Sebelum Taehyung menangis seperti itu dan pergi meninggalkan Jungkook di Coex Aquarium, Jungkook sedang mengantri untuk membeli camilan untuk mereka berdua, saat ia memutar tubuh dan hendak berjalan ke arah Taehyung, ia melihat seorang perempuan yang berjalan meninggalkan Taehyung, ia melihat Taehyung memasang ekspresi sedih kemudian Taehyung mendorong Jungkook begitu saja dan pergi. Jungkook berasumsi kalau wanita itu sudah mencoreng nama baik Jungkook"
Namjoon sudah mendengarkan semua ceritanya dan kini ia semakin bersalah karena sudah menuduh Jungkook yang tidak-tidak.
"...Bodoh sekali aku" Jimin tahu Namjoon akan menyalahkan dirinya karena itu Jimin berusaha menghiburnya. Ia merangkulkan tangannya di pundak Namjoon dan berkata.
"Jangan khawatir Hyung, aku tidak akan meng-cancel kencanmu dengan Jin Hyung"
.
.
.
{Must Protect}
.
.
.
"Jimin Hyung, kau yakin pria Seokjin itu orang yang baik ?" Taehyung bertanya sembari mengunyah kentang goreng, disebelahnya kirinya terdapat Jimin yang hanya mengangguk sambil meminum milkshake strawberry, sedangkan di sebelah kanan Taehyung ada Jungkook yang mengenakan hoddie hitam dengan tudung yang sengaja ia pakaikan untuk menutupi rambutnya. Kini giliran Taehyung yang memonitori kencan kakaknya dengan pria berbahu lebar bernama Kim Seokjin yang Taehyung ketahui penyuka warna pink, heh tampak tersenyum, malu-malu berada di satu meja dengan teman kencannya. Sedangkan pria bernama Jin tersebut malah tertawa dan terus meluncurkan dad jokes.
"Hehehe, aku tak pernah melihat Namjoon Hyung malu seperti itu" Taehyung berujar dan Jungkook mengangguk empat bulan berpacaran dengan Taehyung, Jungkook sudah cukup mengenal bulan merupakan rekor yang cukup lama bagi seorang Jeon Jungkook, menurut Jimin.
Jungkook tidak bertahan selama dua minggu dan kini semenjak ia mengenal Taehyung tiba-tiba saja ia berubah menjadi loyal. Efek Kim Taehyung benar-benar lagi di misi mereka, Jimin harus memakai pakaian paling menutup di antara semuanya. Pada saat itu jika saja ia tidak memakai pakaian yang menutupi identitasnya Jungkook akan mengenalinya, dan kali ini ia harus bersembunyi dari Jin.
"Tunggu…" Kali ini giliran Jungkook yang bersuara. Sepertinya ia menyadari sesuatu, Taehyung dan Jimin sudah menolehkan kepalanya ke Jungkook dan secara dramatisnya Jungkook bilang.
"Apa Namjoon Hyung dan kau melakukan ini saat aku dan Taehyung kencan ?"
Sepertinya saat ini Jungkook bertanya pada Jimin…
.
.
.
.
.
Shiiiiiiiit~
Yeay !ff nya udh selesa, maaf kalau banyak typo. Ini udah aku bikin lama banget pas tahun 2017 kemarin bulan September, dan aku lupa kalau aku pernah bikin ff ini, kebetulan aku lagi cek-cek folder terus kelanjut deh, nyehe
Peace~
