Tittle: Kiss and Cigarette
Author: Restia Titanreeves Ningsih/Choi Eun Joon
Lenght: twoshoot
Pairing: KyuMin
Cast:
- Cho Kyuhyun as Cho Kyuhyun
- Lee Sungmin as Lee Sungmin
- Jung Ui Chul as Cho Ui Chul
- Choi Jiwon as Choi Jiwon (OC)
Genre: Yaoi, little humor, Happy Ending
Rate: T
Warning: YAOI, gaje, Typos, dll-
Backsound: Kim Hyun Joong-Kiss Kiss
Disclaimer: Kyuhyun dan Sungmin adalah milik Tuhan YME. Kedua Umma-Appa mereka, dan tentu saja mereka saling memiliki. Tapi setidaknya izinkan saya berharap jodoh saya nanti mirip Kyuhyun ya... #PlakK
Summary: Kyuhyun adalah seorang perokok aktif. sejak SMP dia sudah akrab dengan benda perusak paru-paru itu. Namun, bukan ia tak ingin terlepas dari barang itu, tapi apa daya, setelah terlepas, Kyu akan kembali lagi. Seperti 'Yoyo' yang begitu diulur akan tertarik kembali keatas. Sampai akhirnya dia bertemu dengan "Sungmin with His Therapy"
###
...
"Hei anak muda, apa tidak bisa kau matikan rokokmu itu? Kau tidak lihat disini banyak anak-anak?"
Seorang ibu yang sedang menggendong bayinya, mencoba meminta pengertian namja bertubuh jangkung yang dengan seenaknya menghisap dan mnghembuskan asap rokoknya kemana-mana.
"Kenapa tidak kalian saja yang menjauh. Ini bukan satu-satunya halte kan?" jawab namja itu santai.
Sang ibu itu menggeram kesal, namun kelihatan tidak berani atau justru tidak ingin menghabiskan waktu hanya untuk namja tidak punya perasaan seperti dia, kemudian mengajak pergi orang-orang disana yang juga terganggu dengan kepulan asap yang berasal dari rokok si namja apatis itu.
"Kalau seperti itu sejak tadi kan kalian tidak perlu menghirupnya, pabbo..." dengan sebelah kakinya terangkat diatas tempat duduk, namja itu menghembuskan kembali asap rokoknya.
.
.
.
"Annyeonghaseo, Lee Sungmin imnida. Aku pindahan dari Universitas Kyoto Jepang. Bangapta yorobeun". Namja manis itu memperkenalkan dirinya dihadapan puluhan teman-teman barunya di Universitas Kyunghee. Dengan balas tersenyum, mereka semua menyambut kedatangan namja yang terlewat imut dengan hoodie pink itu.
Perlahan Sungmin melangkahkan kakinya menuju sisi tempat duduk yang kosong, tepat disebelah namja kurus, tinggi berkulit pucat yang kini tengah menempelkan kepalanya keatas meja, persis sepeti orang sakit. Dengan sedikit ragu, Sungmin mendudukan dirinya disebelah namja itu. Sungmin terus memandangi namja yang tak kelihatan wajahnya itu. Dengan mengumpulkan segenap keberaniannya, Sungmin mencoba menyentuh bahu namja itu, sekedar menyapa sekaligus menanyakan keadaan si namja yang seperti orang sakit itu. Hanya 3 cm lagi saja, sebelum dia menarik kembali lengannya karena Dosen di depan kelas mereka menginterupsi usahanya itu.
"Kalau begitu sampai disini dulu perjumpaan kita, kita lanjutkan minggu depan, selamat siang".
Sungmin menghela napas panjang. Dilihatnya perlahan-lahan namja disebelahnya itu mulai mengangkat kepalanya. Dan...
"Kawaii..." gumamnya saat ia berhasil melihat wajah namja itu secara keseluruhan.
"Mwo? Kau bilang apa?" tanya namja itu dengan mata yang dikerjapkan beberapa kali, tampak seperti bangun tidur.
Sungmin mendadak gugup. 'untung aku menggunakan bahasa jepang. Hmm, namja ini... tampan'
"Hei, kau kenapa? Ditanya malah diam". Tanya namja itu menyadarkan Sungmin dari keterpesonaannya.
"Ha? Wae? Aku tidak bilang apa-apa." Sungmin menggelengkan kepalanya beberapa kali dengan lucunya.
"Kenalkan, namaku Sungmin. Kulihat tadi saat aku memperkenalkan diri kau tidur" Sungmin mengulurkan tangannya kedepan namja itu.
"Aku tidak tidur. Kepalaku pusing, Prof. Song bicara terus dari tadi..." balasnya tanpa berniat menyambut uluran tangan Sungmin, dan mulai bersiap untuk merebahkan kepalanya lagi.
Sungmin menatap nanar tangannya yang diabaikan oleh namja itu. Ini pertama kalinya ada orang yang menolak bersalaman dengannya. Tapi tiba-tiba, saat Sungmin akan menarik tangannya kembali...
"Cho Kyuhyun imnida. Aku harap kau tidak menyesal memilih duduk disebelahku". Dengan cepat namja yang akhirnya diketahui bernama Kyuhyun itu menjabat tangan Sungmin, menyebutkan namanya, menyampaikan satu hal yang sama sekali tidak dimengerti oleh Sungmin dan kembali merebahkan kepalanya diatas meja, menghadapp ke lantai.
"Eoh?"
.
.
.
Sungmin pov
Cepat sekali mahasiswa disini pulang kerumahnya. Padahal baru 15 menit yang lalu kelas dibubarkan. Huft, aku menghela napas panjang. Udara semakin dingin dengan waktu yang sudah masuk kepukul 5 sore. Aku masih harus menunggu jemputanku yang belum juga datang meski sudah kutelepon 2 kali. Alasannya macet. Baiklah, menunggu sebentar lagi mungkin tak apa. Suasana yang semakin gelap juga menambah kengerianku berada ditempat yang baru pertama kali aku datangi ini.
"Uhuk... Uhuk... Hmmp, asap apa ini?" sungmin melihat sekelilingnya, namun ia tidak menemukan apapun selain dirinya yang kini berdiri di pos satpam lama yang sudah ditinggal oleh petugasnya ke pos satpam yang baru.
"Asap darimana ini? ini asap rokok... Uhuk... Uhuk..." Sungmin mulai memegangi dadanya, merasa sesak dibagian itu.
Sedetik kemudian Sungmin terduduk dilantai pos yang dingin itu.
"Ummaaaa..."
Sungmin semakin mengeratkan remasan di dadanya yang terasa sesak.
"Appaaa..." teriakan Sungmin akhirnya meluncur disela usahanya menghirup oksigen sebanyak-banyaknya itu.
"Kenapa berisik sekali?" tanpa diduga Sungmin, Kyuhyun muncul dari balik pintu pos itu.
Dengan sisa tenaganya, Sungmin masih bisa melihat sosok Kyuhyun yang berdiri dibelakangnya.
"Kyu-hyun-ssi, k-kau be-lum pul-lang?" tanya Sungmin terputus-putus, dengan napas yang sesak dan kesadaran yang tinggal 5% saja.
Sungmin pov end
Normal pov
"Sungmin-ssi, Neo Gwaenchana? Sungmin-ssi?" Kyuhyun yang melihat Sungmin pingsan dihadapannya segera mematikan rokok ditangannya yang sejak tadi masih menyala,
"Sungmin-ssi, irreona... palli..." akhirnya Kyuhyun mengangkat Sungmin, membawanya ke mobil, dan pergi meninggalkan kampus itu.
.
.
.
"Apa dia baik-baik saja hyung?" Kyuhyun terlihat sangat khawatir karena insiden pingsan Sungmin tadi.
"Kenapa tidak kau bawa ke RS ? malah kau bawa pulang. Bagaimana kalau aku tidak ada dirumah?" Namja berstelan seragam dokter itu melepas stetoskopnya, dan mendudukan dirinya di salah satu kursi di kamar Kyuhyun. Sementara Kyuhyun memilih duduk dipinggir ranjang tempat Sungmin terbaring.
"Lebih dekat kemari daripada ke RS, dan instingku mengatakan hyung sudah pulang, karena itu aku bawa dia kemari". Jawab Kyu sembari menggenggam jemari Sungmin.
"Kelihatannya kau sangat mengkhawatirkannya Kyu? Dia punya asma, apa kau tahu itu?" Kyuhyun menoleh pelan kearah hyungnya itu.
"Awalnya tidak. Dia mahasiswa pindahan hyung, baru masuk tadi siang. Aku khawatir padanya karena aku yang membuat asmanya kambuh. Dia menghirup asap dari rokokku hyung". Ucapan Kyuhyun terdengar penuh penyesalan.
"Jangan khawatir, sebentar lagi dia pasti sadar. Lagipula, berapa kali harus aku ingatkan? Hentikan merokokmu, itu hanya akan menyiksa orang-orang disekitarmu dan dirimu kelak."
"Aku sedang berusaha Hyung. Berhenti merokok itu tidak semudah membalikan telapak tangan". Kyu merengut kepada hyungnya itu.
"Ne ne ne, arayo. Hyung hanya becanda. Kau harus berhasil Kyu. Nanti kalau kau punya anak bagaimana? Anakmu bisa terkena sakit paru-paru". Kyuhyun hanya mengangguk-angguk mengiyakan ucapan kakaknya itu.
"Hah, kau ini. aku akan kembali ke rumah sakit, nanti kalau dia sadar, biarkan dia istirahat sebentar, jangan langsung kau suruh pulang".
"Aku tidak setega itu Hyung".
"Haha, aku hanya bercanda." "Aku pergi Kyu".
"Hyung. Ui Chul Hyung, tunggu dulu. Aku mau pesan sesuatu...". Kyuhyun berlari kecil menyusul hyungnya yang sudah meninggalkan kamarnya itu.
Disaat yang bersamaan, rupanya Sungmin mulai tersadar dari acara pingsannya. Beberapa kali dia mengerjapkan mata, membiasakan penglihatannya akan warna biru langit yang mendominasi ruangan tempat ia berada saat ini.
"Aku dimana? Uhuk-uhuk, akh, sesak sekali." Sungmin mendudukan dirinya diranjang bermotif polkadot warna biru itu. Matanya mencari-cari sesuatu yang bisa ia jadikan kunci untuk mengetahui siapa yang membawanya kemari atau dimana ia berada kini.
"Kau sudah sadar?"
"K-Kyuhyun-ssi... Kau...?"
Kyuhyun berjalan mendekati Sungmin yang masih bingung dengan situasi ini.
"Mianhae, karena aku, kau jadi pingsan".
"Eh? Karenamu?"
"Ini" Kyuhyun menyodorkan segelas air mineral kearah Sungmin, dan namja imut itu segera menerimanya.
"Karena asap rokokku, kau jadi sesak napas. Aku minta maaf. Aku tidak tahu, ada orang selain aku disana. Biasanya tidak ada anak yang menunggu di pos satpam yang sudah tidak dipakai itu".
"Oooh, jadi asap itu berasal darimu. Hihihi..." Sungmin terkikik kecil, dan membuat Kyuhyun bingung sendiri.
"Wae? Apanya yang lucu?". Kyuhyun mengernyitkan dahinya.
"Tidak, aku hanya merasa lucu saja. Tadi itu sudah gelap, aku pikir asap itu adalah sebuah penampakan arwah... hihihi..."
Perlahan, Kyuhyun jadi ikut tertawa karena kekehan lucu namja seimut kelinci ini.
"Penampakan arwah? Haha, ada-ada saja".
"Bisa saja kan?" Sungmin masih tertawa dengan lucunya.
"Haha, ya sudah, istirahatlah dulu. Nanti, kau akan aku antarkan pulang".
.
.
.
"Pagiiii..."
"Pagi Sungmin-ssi".
Beberapa mahasiswa menjawab sapaan Sungmin, yang hari itu entah kenapa datang terlalu pagi. Tapi entah kenapa juga, mereka justru keluar kelas. Mmm, mencari sarapan mungkin. Pikir Sungmin polos.
"Pagi sekali Sungmin-ssi".
Seorang yeoja yang duduk di depan Sungmin, menyapa Sungmin dari balik buku tebalnya. Sungmin memang belum banyak tahu nama teman-teman barunya. Maklum saja, kemarin dia masuk saat jam terakhir. Tampaknya dia adalah kutu buku di kelas itu.
"Eh? Itu... aku hanya takut telambat". Sungmin menggaruk belakang lehernya yang sama sekali tidak gatal.
Sungmin merasa canggung pada yeoja yang kelihatannya bukan yeoja yang banyak bicara ini, akhirnya dia memutuskan untuk segera duduk di kursinya –disebelah Kyuhyun, di belakang yeoja itu-.
Sungmin Pov
"Namaku Jiwon". Yeoja berparas dingin itu menoleh kebelakang dan mengulurkan tangannya padaku. Refleks aku membalas uluran itu.
"Kau yakin akan duduk di samping Kyuhyun-ssi?". Pertanyaan itu kembali mengingatkanku pada ucapan Kyuhyun kemarin 'Aku harap kau tidak menyesal memilih duduk disebelahku', apa ini ada hubungannya.
"Emm, memangnya, kenapa dengan Kyuhyun-ssi?". Tanyaku pada yeoja berkacamata yang kini menutup buku tebalnya dan meletakkannya kedalam tas.
"Dia itu perokok berat. Kalau tidak ada Dosen yang masuk, dia pasti merokok di dalam kelas. Karena itu kami tidak ada yang mau duduk didekatnya. Tempat dudukku ini saja sebenarnya masih rawan oleh asap rokoknya". Usai mengatakan itu, Jiwon segera menolehkan pandangannya kedepan lagi. Aku tahu Kyuhyun merokok, tapi aku tidak tahu kalau separah itu. Merokok dalam kelas yang berisi mahasiswa.? Itu kejam.
Kuperhatikan, meja Jiwon yang tadi di penuhi buku, kini sudah bersih. Dan sedetik kemudian dia berdiri. Entah mau kemana.
"Kau mau kemana?" ku tanya yeoja itu sebelum ia benar-benar menghilang dari pandanganku.
"Perpustakaan. Kau tidak tahu? Dosen pertama berhalangan hadir dan sebentar lagi monster tembakau akan datang, aku masih sayang dengan paru-paruku." Setelah mengucapkan itu, dia berlalu meninggalkanku yang memang tinggal sendirian di kelas itu. Ternyata karena itu mahasiswa di kelas ini belum muncul dan yang sudah munculpun mulai menghilang.
Kalau begitu aku juga akan meninggalkan kelas ini, perpustakaan sepertinya tidak terlalu buruk. Mengingat 2 jam lagi kami akan masuk lagi, kalau pulang, itu akan buang-buang waktu di jalan saja.
"Kyuhyun-ssi?" langkahku terhenti, ketika aku melihat sosok tegap Kyuhyun melangkah memasuki kelas kami.
"Kau tidak tahu dosen pagi ini tidak masuk?". Langkahnya terlihat angkuh, tapi entah mengapa justru menurutku itu berkarisma.
"Aku tahu".
1 menit, aku kira ia akan melanjutkan kata-katanya. Ternyata tidak.
"Tahu tapi masih tetap datang". Entah kenapa aku, melihatnya mendudukan diri di kursinya –di sampingku-, kau jadi mengurungkan niatanku untuk meninggalkan kelas ini dan kembali duduk di kursiku.
"Memang ada peraturan, Tidak belajar tidak boleh masuk kelas?"
"Hahaha, tidak juga sih. Tapi hanya aneh saja, disaat anak-anak lain melarikan diri, kau justru datang kemari". Tanpa bisa kucegah, tawaku meledak saat kata-kata itu keluar dari mulutnya.
"Kau tidak akan mengerti." Nada suaranya terdengar serius. Aku jadi menyesal sudah tertawa keras dihadapannya tadi. Aku meluruskan dudukku yang tadi menghadapnya, jadi menghadap ke papan tulis. Jujur aku jadi tidak enak.
"Kau tidak ikut pergi? Aku mau merokok. anak-anak lain melarikan diri, karena kebiasaanku merokok dalam kelas. Sekarang kau tahu aku mau merokok, kau tidak mau pergi?" ingin sekali aku mendengar kata-katanya yang lembut seperti saat di rumahnya kemarin, tapi entah kenapa terlalu sulit mendapatkannya disini.
"Mengusirku? Kelas ini bukan milikmu, jadi kau tidak punya hak mengusirku".
"Aku tidak mengusirmu. Aku hanya bertanya. Kau itu kan penyakitan, aku hanya tidak ingin sakitmu kambuh karena aku."
Apa? Dia sebut aku apa?
"Kau bilang aku apa? Penyakitan? Dasar kau monster tembakau". Meski kukatai seperti itu, tetap saja ekspresinya datar. Ya Tuhan. Dia adalah makhluk terdingin yang pernah kutemui.
"Aku sudah mengingatkanmu kan?".
Tanpa mempertimbangkan lagi keberadaanku, dia menyalakan rokoknya, dan mulai menghisapnya tanpa perasaan. Aku mau protes, tapi begitu aku mau buka mulut, asap dari rokoknya itu langsung menyerang pernapasanku, dan membuat aku terbatuk-batuk.
"Uhukk... Uhukk, kau tega sekali..." aku meremas dadaku, sesak sekali. Dia ini memang tidak punya perasaan. Wajar saja tidak ada yang mau berada di dekatnya.
Sungmin pov end
Kyuhyun pov
"Uhukk... Uhukk..."
Aku hanya ingin mengetesnya. Dan rupanya dia memang tidak berpindah barang 5 centi pun dari tempat duduknya meski aku sudah mulai menghidupkan rokokku. Mendengarnya terbatuk-batuk, aku jadi tidak tega sendiri. Segera ku matikan api rokokku.
"Hah, kelas ini jadi tidak asik karenamu." Keluh ku.
Mata itu kemudian menatapku dengan tatapan protes yang sangat lucu. Cantik. Ya Tuhan, kenapa aku baru menyadari keindahan dalam dirinya. Meski dengan ringisan kecil, namun ia tetap terlihat cantik. Kenapa aku baru sadar kalau dia ini...
"Cantikkk..."
"Hmm, kau bilang apa? Rasa sesak ini membuat aku tidak bisa fokus pada ucapanmu". Hah, untung saja, dia tidak mendengar ucapanku.
"Aku tidak bilang apa-apa".
"Hmmm.. padahal jelas-jelas mengatakan sesuatu". Dengan seenaknya dia mempouty kan bibirnya, membuat aku mati-matian harus berperang dengan batinku karena keimutannya ini.
"Kenapa tetap disini? tidak takut asmamu kambuh?".
"Kenapa dimatikan rokoknya?" bukannya menjawab pertanyaanku, sigigi kelinci ini malah balik bertanya padaku. Tapi, mendengar dia bertanya sperti ini, membuat aku tenang. Setidaknya, asmanya tidak kambuh.
"Kau ingin aku tetap merokok?"
"Bukannya kau itu tidak punya perasaan? Bahkan kalau aku kehabisan napas sekalipun kau tidak akan berhenti".
"Ya! Memang siapa yang meggendongmu saat kau pingsan kemarin?" aku geram dengan wajah polosnya itu. Ini pertama kalinya aku melihat namja dengan wajah menawan seperti dia.
"Hehehe... Uhuk... Uhukkk...".
Aku berdiri dari dudukku, mengabaikan batuk randomnya dan melangkah menjauhinya, mendekati jendela kelas kami. Sepinya kampus ini ketika tidak ada jadwal kuliah. Pandanganku menerawang jauh ke halaman kampus ini. aku mengingat diriku beberapa tahun yang lalu. Masa laluku yang aku habiskan di SMP ini, SMA ini, dan Kampus ini. Sebenarnya, aku yang sekarang jauh lebih baik daripada aku yang dulu. Setidaknya, sekarang aku tidak bergantung pada obat-obatan lagi. Tapi, sungguh, aku sangat ingin terlepas dari rokok ini. aku tidak sanggup.
"Sungmin kenapa kau tidak pergi?" dan entah mengapa suaraku jadi begitu lemah pada namja yang imutnya diluar batas kewajaran ini.
"Pergi? Mau kemana? Aku ini kan anak baru, aku belum tahu banyak tentang tempat ini."
"Asma dan Rokok adalah dua hal yang sangat bertentangan."
"Mmmmm, memang. Tapi buktinya aku baik-baik saja kan? Aku tahu, kau tidak mungkin membiarkan aku mati sesak napas karena asap rokokmu itu. Karena itu kau matikan rokokmu kan?". Sungmin ikut berdiri di sampingku, menatap keluar jendela.
"Mereka yang lain tidak berpikir begitu. Mereka langsung buru-buru keluar ketika aku masuk. Padahal jika mereka tidak bersikap seolah-olah alergi padaku, aku juga tidak akan melanjutkan merokokku disini".
"Karena itukah, kau jadi apatis pada lingkunganmu?". Tanyanya dengan ekspresi yang menakjubkan.
Aku hanya menjawab pertanyaannya dengan anggukan. Memang benar, aku tidak akan merokok di dalam kelas jika sikap mereka tidak mendeskriminasikan aku. Sejak awal sikap mereka tidak ada yang peduli padaku, untuk apa aku memperdulikan mereka.
"Kalau begitu, bukan seperti ini caranya memberitahu mereka. Kau egois, hanya akan membuat mereka semakin menjauhimu. Harusnya, kau hentikan kebiasaan merokokmu. Aku rasa itu lebih baik". Dengan sedikit melompat, dia duduk dipinggiran jendela. Menghadapkan dirinya kearahku. Segera aku memegangi lengannya, takut jika lompatannya sedikit meleset dan dia terjatuh keluar jendela kelas kami yang berada di lantai 3.
"Bukannya aku tidak ingin. Aku sudah berusaha. Aku pernah terapi selama 3 bulan tanpa rokok, tapi hasilnya, aku tidak sanggup. Aku seperti menghadapi masa-masa kritis, jika tidak merokok". entah mengapa aku seperti ingin menceritakan semuanya pada Sungmin.
Lengan putih itu menepuk pundakku pelan. Entah mengapa, aku merasa ada sesuatu yang aneh ketika lengannya menempel di pundakku.
"Kau harus yakinkan dirimu. Mmmmmm... sebenarnya... aku... punya,,, satu terapi... ini pernah diterapkan sepupuku pada kekasihnya. Tapi aku ragu memberitahukannya padamu". aku bisa menangkap kesan segannya padaku saat ini.
"Terapi? Terapi apa?" Jujur aku memang sangat ingin menemukan terapi terampuh yang bisa melepaskanku dari rokok ini.
"Kiss Teraphy. Terapi Ciuman. Pacar sepupuku itu sudah mencoba mengalihkan perhatiannya dengan pekerjaan, dengan makanan, dengan game, tapi tetap saja gagal. Akhirnya sepupuku mengusulkan ini. dan aku lihat, usaha mereka berhasil." Sungguh wajahnya sangat menggemaskan saat ini.
"Aku rasa itu juga tidak bisa".
"Wae?"
"Bibir siapa yang rela menjadi terapiku? Aku tidak punya pacar Lee Sungmin".
"Kau tampan tapi tidak punya pacar?".
"Ya, aku memang tampan, tapi aku perokok, apa kau lupa?" aku bermaksud kembali ke mejaku. Tapi tiba-tiba aku merasa lenganku ditarik.
"Kalau begitu denganku. Aku akan menjadi terapis mu. Sampai kau sembuh."
"Mwo?"
"Kenapa? Tidak mau? Aku hanya sedang berbaik hati".
"Lee Sungmin, kau sudah gila? Kau namja dan aku namja? Berciuman? Aku ini masih normal". Ku lepaskan pegangannya dilenganku.
"Ya! Kau pikir aku ini gay? Apa yang aku tawarkan ini, semata-mmata karena aku ingin membantumu. Hanya itu. Kau bilang kau tidak punya pacar kan? Lagi pula, tidak mungkin kan kau akan berciuman di tempat umum? Dasar bodoh." Ucapan pedasnya cukup masuk akal menurutku.
"Hahaha, benar juga. Tapi, kenapa kau ingin membantuku?" aku masih bingung, orang bodoh mana yang rela menjadikan bibirnya sarana terapi ku. Itu hal yang langka.
"Entahlah, aku hanya ingin melihat kau hidup dengan normal, tanpa harus dijauhi anak-anak yang lain. Anggap saja ini ungkapan terimakasihku karena kau sudah menolongku saat aku pingsan kemarin. Meskipun aku pingsan juga karena ulahmu. Eotte?" matanya mengerjap lucu. Apa benar dia ini namja. Ya Tuhan.
"Baiklah, aku setuju"
"Bagus. Kalau begitu sekarang, kemarikan rokokmu!"
"Mwo? Wae?"
"Kalau benda itu masih tinggal bersamamu, kapan saja kau bisa menggunakannya. Tapi kalau benda itu bersamaku, kalau ingin menggunakannya kau harus mencariku dulu. Mengerti tidak?" aku akui, dia ini cerdik dan cantik. Entah mengapa tiap kali dia bicara aku seolah terhipnotis.
Kyuhyun pov end
.
.
.
"Hari libur seperti ini kau mau kemana Ming?"
Suara sang appa mengintrupsi Sungmin yang sedang sibuk memasukkan beberapa bekal kedalam tas pikniknya. Entah apa yang sedang direncanakan bunny satu itu.
"Aku mau jalan-jalan keluar, mengakrabkan diri dengan Seoul Appa." Sekilas Sungmin mengerlingkan matanya pada sang Appa, membuat appanya tersenyum.
"Baiklah. Memang mau pergi dengan siapa?"
"Teman baru. Suatu hari akan aku kenalkan dengan Appa." "Baiklah, aku sudah siap. Aku berangkat dulu ya Appa". Sungmin segera berpamitan pada ayahnya.
"Hm... Hm... Baiklah, appa menurut saja. Jangan lama-lama ya, kau bawa mantel kan? Diluar dingin, nanti asmamu kambuh."
"Arachi Appa. Geokjongma". Sungmin melambai-lambaikan mantel di tangannya dan berlalu pergi.
.
.
.
"Arrrghhtt... Lee Sungmin, tahu hari ini libur, kenapa aku izinkan dia membawa rokokku. Sekarang aku tersiksa. Kalau aku beli lagi, Ui Chul hyung bisa membunuhku". Harga rokok disana memang tidak bisa dibilang murah, dan lagi Kyuhyun memang sudah berjanji pada kakaknya, bahwa dia hanya akan menghabiskan 1 bungkus rokok selama 2 minggu, daripada dia dipaksa tidak boleh merokok seperti perintah dokter muda itu. Mengingat baru 2 hari yang lalu dia membeli rokok itu, bisa dipastikan Ui Chul akan marah besar.
Ini sudah ke 14 kalinya Kyuhyun bolak-balik dapur kamar hanya untuk minum dan kumur-kumur. Waktu baru menunjukan pukul 10 pagi, masih terlalu lama sampai hari esok, hari mereka kembali masuk kuliah. Dan ini benar-benar berat bagi Kyuhyun.
'ting... tong'
"Untuk apa Ui Chul hyung menekan bel? Apa dia tidak tahu aku sedang tidak punya tenaga untuk membuka pintu? Memangnya dia tidak bawa kunci?" dengan malas Kyuhyun bangun dari acara berbaringnya, dan melangkah ke pintu depan, membukakannya untuk orang yang menurutnya adalah Ui Chul.
'krieettt'
"Untuk apa menekan bel, hyung kan bisa buka send... Sungmin?" mata Kyuhyun terbelalak melihat sosok menggemaskan Sungmin berdiri di hadapannya saat ini.
"Bagaimana caranya aku buka sendiri?". Tanya Sungmin dengan wajah terlampau polos.
"Maaf, aku kira kakakku, tidak biasanya kami kedatangan tamu kalau Ui Chul hyung tidak dirumah". Ucap Kyuhyun dengan ekspresi ...terpesona...
"Aku tidak boleh masuk? Disini dingin sekali". Ucapan Sungmin ini menyadarkan Kyuhyun dari keterpukauannya pada sosok Sungmin yang dibalut mantel bulu berwarna pink ditambah lagi topi rajut yang juga berwarna pink. Orang yang tidak tahu akan mengira Sungmin adalah seorang yeoja.
"Ah mian, masuklah".
Kedua namja itu melangkah menuju ruang tamu.
"Rumahmu sepi sekali. Oh iya, ini". Sungmin menyodorkan tas piknik di tangannya kepada Kyuhyun.
"Aku hanya tinggal berdua dengan Ui Chul hyung. Apa ini?"
"Bekal. Kau belum makan kan?" tebak Sungmin, tepat sasaran.
"Haha, kau tahu saja". Jawab Kyuhyun sambil melangah kedapur untuk memindahkkan isi tas itu ke dalam piring.
Melihat Kyuhyun berjalan kedapur, Sungmin juga ingin mengikutinya kedapur.
"Memang UmmaAppa mu dimana?" tanya Sungmin tiba-tiba, saat kyuhyun sedang mencari piring di raknya. Dan pertanyaan itu membuat Kyuhyun menghentikan kegiatannya, diam sebentar. Sungmin jadi tidak enak. Merasa ada yang salah dengan pertanyaanya.
"Ah, lupakan saja. Aku tidak perlu tahu juga kan".
"Appaku meninggal saat usiaku 7 tahun dan Ui Chul hyung 13 tahun. Appa meninggalkan banyak hutang, yang membuat aku, Umma dan Ui Chul hyung harus mati-matian bekerja demi melunasi hutang appa." Kyuhyun bangkit dari posisi jongkoknya dan mendudukan dirinya di kursi meja makan. Melihat sikap Kyuhyun saat ini, Sungmin hanya bisa mendengarkan dengan baik. Ada rasa ingin tahu yang sangat besar dalam diri Sungmin.
"Umma melakukan semua pekerjaan, agar aku dan hyung bisa tetap bersekolah tanpa harus ikut terbebani. Tapi, kami tidak tega melihat umma berjuang sendirian. Tanpa sepengetahuan umma, aku dan hyung juga bekerja di pelabuhan dan tempat pelelangan ikan. Sayangnya, meski sudah bekerja 5 tahun, tapi hutang appa belum juga bisa terlunasi. Suatu hari, aku dan hyung ketahuan oleh umma bekerja di pelabuhan. Umma sangat marah. Aku tahu, umma marah pada dirinya sendiri, karena membuat anak-anaknya terseret dalam masalah ini. dalam keadaan seperti itu umma meninggalkan kami, masih di lingkungan pelabuhan itu juga, aku menyaksikan kematian ummaku sendiri. Melihat tubuhnya ditabrak mobil, terpental beberapa meter, aku merasa jantungku akan melompat keluar. Saat itu juga umma meninggalkan kami". Tanpa bisa di tahan, air mata Kyuhyun melesak keluar.
"Maaf..."
"Ini pertama kalinya aku menceritakan kisah hidupku pada orang lain Ming". Kyuhyun menatap Sungmin dengan tatapan sedihnya.
Untuk beberapa saat keduanya saling bertatapan. Mencoba mencari ketenangan dari masing-masing mereka. Objek pandang Kyuhyun tertuju pada bibir shape M sungmin yang begitu indah, membuat dia melupakan kisah sedihnya barusan. Entah apa yang ada dipikiran Kyuhyun saat ini. Disekanya jejak-jejak air mata di wajah putih pucatnya itu.
"Ming..."
"Ya?"
"Kau bawa rokokku?"
"Tidak".
"Aku hampir mati karena itu Ming"
"Kau harus berusaha, bahkan ini belum satu hari"
"Bibirku kelu. Lidahku pahit. Makanpun rasanya tidak enak." Kyuhyun mendekat kearah Sungmin, semakin mengintenskan tatapannya pada bibir merah itu. "Kau bilang kau akan menerapiku, tapi ..."
"Karena itulah aku datang kemari. Aku tahu, kau pasti tidak sanggup berjauhan dari temanmu ini". Sungmin menunjukan bungkus rokok ke hadapan Kyuhyun.
"Kau bilang tidak bawa". Protes Kyuhyun.
"Aku bawa tapi tidak ada isinya".
"Eoh?"
"Isinya ada disini".
Chu~
Tanpa permisi Sungmin mencium bibir Kyuhyun. Kyuhyun yang sejak tadi bersusah payah menahan diri agar dia tidak tiba-tiba mencium bunny itu, dibuat terbelalak karena justru Sungmin yang melakukannya lebih dulu.
Harus diakui Sungmin, sejak tadi juga ia mati-matian menahan diri dari godaan bibir tebal nan sexy itu. Dan kini ia tidak mampu menahannya lagi. Apalagi dengan jarak sedekat ini.
Untuk beberapa waktu mereka menikmati ciuman mereka. Perpagutan yang begitu hangat. Meski keduanya mengaku straight, tapi entah kenapa mereka justru terbuai dalam ciuman ini. dan parahnya lagi bukan ciuman biasa, tapi disertai lumatan dan pergulatan lidah yang begitu hebat. Entah bagaimana mereka menghadapi situasi setelah ini. jika mereka bisa hidup tanpa bernapas, dapat dipastikan, ciuman itu tidak akan ada ujungnya.
"Hah... hah... hah..." napas Sungmin terengah-engah bagitu juga dengan Kyuhyun.
Sedetik kemudian, keduanya bertatapan dan tertawa bersama.
"Ini gila".
"Aku rasa terapimu ini ada harapan".
"Benarkah? Kau tidak ingin merokok lagi?"
"Tapi mana mungkin hanya dengan sekali terapi bisa langsung sembuh".
"Iya, aku tahu". Ucap Sungmin sambil mnghapus jejak saliva di pipinya.
Jujur ada kecangguan yang sangat besar diantara mereka saat ini. terbukti dengan sikap mereka yang langsung salah tingkah saat saling bertatapan. Tidak sanggup mengahadapi situasi canggung itu lebih lama lagi, Sungmin memilih meninggalkan dapur dan kembali ke ruang tamu. Namun baru satu langkah, tangan Kyuhyun kembali menarik lengannya.
"Eh? Kyu?"
"Kau ini benar-benar namja kan?"
"Mwo?" mata Sungmin mendelik mendengar pertanyaan itu.
"Kau bahkan lebih cantik daripada yeoja. Dan aku rasa, setiap kali melihat wajahmu, aku jadi ingin merokok. Ehm, maksudku, jadi ingin terapi". Perlahan-lahan Kyuhyun kembali mendekatkan wajahnya kewajah Sungmin. Menghapus jarak diantara mereka, menyatukan kembali dua belahan bibir mereka dan saling menikmati sensasi yang ditunjukan masing-masing.
Dan jangan tanyakan Sungmin. Karena namja kelinci itu hanya menurut saja atas perlaukan Kyuhyun padanya saat ini.
'tahukah kau Cho Kyuhyun, sepertinya aku juga sudah terkena candu rokokmu setelah berciuman denganmu, jadi kau juga harus menerapiku' ucap Sungmin dalam hati di sela ciuman lembut tanpa menuntut mereka.
.
.
.
TBC
Jeongmal mianhae untuk kegajean ff ini ya Chingudeul. Ini ff pertama saya ffn. Sejujurnya, saya agak ragu untuk post cerita ini. tapi makin hari saya makin gerem, pengen ngepost. Gag papa yah aku nambah-nambahin dokument disini.
