Ginko memasuki sebuah kedai dango dan duduk di kursi yang paling dekat dengan jendela kedai. Ia memesan tiga tusuk Hanami Dango dan sebuah ocha panas. Sembari menunggu pesanannya, ia menatap keluar jendela kedai. Ginko menatap salju-salju yang berturunan dari langit, beberapa terbang terbawa hembusan angin. Ngomong-ngomong, ia jadi teringat dengan masa lalunya saat ia, Shouyou, Takasugi dan Zura menghabiskan waktu bersama di Shouka Sonjuku pada hari bersalju. Ginko terkikik geli saat mengingat saat Takasugi terjatuh karena terkena lemparan bola salju darinya, sayang sekali, itu hanya kenangan indah yang takkan pernah terjadi lagi.
"Yorozuya, ada apa kau memanggilku?" Tanya seorang pria berseragam Shinsengumi dan berponi V, tentu saja pria tersebut adalah Hijikata Toshirou, sang Oni No Fukuchou di Shinsengumi.
Gintoki menaikkan sebelah alisnya "eh, bukankah kau Mayora yang memanggilku?" Tanya balik Ginko.
"Hontou ni? Siapa yang memberitahumu?" Tanya Hijikata sembari menaikkan sebelah alisnya.
"Sougo?/Souichiro" ucap mereka secara bersamaan.
"Sougo-teme! Awas saja jika bertemu nanti!" Seru Hijikta dengan kesal, Ginko hanya mendengus kesal. Entah kenapa akhir-akhir ini Sougo selalu membuat mereka berpapasan, bahkan hampir membuat mereka berciuman di tempat umum, tentu saja mereka kesal dengan kelakuan si bocah sadis tersebut.
"Jika saja aku tidak mempercayainya, sekarang aku pasti sedang menonton drama favoritku bersama Kagura. Hari ini sial sekali, apalagi harus bertemu dengan polisi menyebalkan ini" gumam Ginko sembari menatap kearah jendela.
"Siapa yang kau bilang polisi menyebalkan Teme!?" Urat pertigaan muncul di dahi Hijikata, menandakan ia sangat kesal sekarang.
"Lupakan, kau boleh pergi. Aku masih ingin makan dango di sini" ucap Ginko hingga akhirnya pesanan yang ia minta datang.
Hijikata akhirnya duduk di kursi yang bersebrangan dengan kursi Ginko, ia mengambil sepuntung rokok dan menyalakannya.
"Bisakah satu hari saja kau tidak merokok? Rokok bisa membuat organ pernapasanmu terganggu, aku heran mengapa perokok berat sepertimu tidak pernah merasakan sesak nafas jika terlalu banyak merokok" omel Ginko ketika melihat Hijikata menghembuskan asap rokok dari mulutnya.
"Sejak kapan kau jadi perhatian keriting alami? Bisanya kau tidak pernah peduli dengan alam sekitar, apa jangan-jangan kau kesurupan?" Tanya Hijikata.
Ginko hanya mendengus kesal sembari melahap dango miliknya. Sekilas ia melihat tiga anak kecil dan seorang pria dewasa berjalan beriringan di jalanan bersalju Kabuki-chou. Melihat mereka, Ginko jadi ingat kenangan masa lalunya.
"Hijikata"
"Hn?"
"Kau tidak keberatan kan jika aku menceritakan kenangan masa laluku?" Tanya Ginko sembari meminum ochanya.
"Aku tidak keberatan, memangnya kenapa?" Tanya balik Hijikata.
"Kau tahu, kenangan indah selalu terjadi sekali bukan" gumam Ginko sembari memulai ceritanya
#flashback
Salju berturunan dari langit bagaikan bintang jatuh, beberapa terbawa terbang oleh hembusan angin. Didalam sebuah kamar, seorang gadis masih terlelap tidur meskipun matahari sudah naik. Seorang remaja laki laki menggeser fusuma kamar tersebut dan membangunkan gadis tersebut.
"Oi Ginko, me o samasu. Matahari sudah naik, masak kau masih mau tidur" ujar remaja laki laki tersebut sembari menggerak-gerakkan tubuh sang gadis.
"Damare yo Zura! Aku mimpi buruk semalam, biarkan aku tidur sampai siang" gumam Ginko sembari menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut tebal.
"Zura ja nai, Katsura da! Ayo bangun! Nanti Sensei akan memarahimu!" Seru Katsura sembari terus menggerak-gerakkan tubuh Ginko, namun nihil hasilnya, Ginko tetap tidak ingin beranjak dari futtonnya.
"tidak ada cara lain. Oi Ginko, aku janji jika kau bangun, aku akan mentraktirmu parfa-" sebelum Katsura dapat menyelesaikan kalimatnya, Ginko sudah berdiri di ambang pintu fusuma dengan wajah ceria, bahkan ia juga sudah berganti baju. Katsura yang melihatnya hanya bisa melongo.
"Ikuzo Zura!" Serunya sebelum meninggalkan Katsura sendirian di kamar.
"ZURA JA NAI, KATSURA DA!" Seru Katsura sebelum meninggalkkan kamar tersebut.
