Chapter 1 : Prologue
Summary : Saat kelihatannya semuanya telah berakhir, suatu hal yang merupakan berkat sekaligus kutukan, penuh keputus-asaan dan juga harapan, terjadi pada Naegi.
Sudut pandang orang ketiga:
"Semuanya sudah berakhir." Naegi berkata dengan lega. Memang bukan akhir yang membahagiakan, tetapi Naegi, Togami, Asahina, Kirigiri, Hagakure, dan Fukawa berhasil mengalahkan Junko Enoshima, sang Super Duper Highschool Level Despair yang telah mengurung dan membuat Naegi dan teman-temannya saling membunuh. Beruntung Naegi dapat mengalahkannya pada Class Trial yang terakhir ini.
"Apakah benar kita sudah bisa keluar?" kali ini terdengar suara wanita yang terdengar ragu.
"Yup, itu benar Syo... eh, maksudku Fuka-san." Asahina menanggapi komentar Fuka. Fuka yang menghabiskan setengah Class Trial sebagai Genocider Syo terdengar tidak yakin. Maklum saja, karena Fuka sendiri tidak sadar saat Naegi dan kawan-kawan berhasil mengalahkan Junko.
"Walau... aku masih khawatir dengan apa yang akan kita jumpai diluar sana." Asahina terdengar ragu-ragu juga. Fakta bahwa ternyata mereka semua dikurung di sekolah untuk melindungi diri mereka dari huru-hara para pengikut Junko di dunia luar memang terdengar menakutkan. Dan mereka memutuskan untuk keluar dari sekolah untuk menghadapi dunia itu pada Class Trial yang terakhir.
"Tenang saja." Naegi menenangkan semua temannya. "Dunia itu luas, tak seperti sekolah ini. Dan karena begitu luas, tentu saja akan ada banyak keputus-asaan di luar sana... " Naegi menghentikan perkataannya sejenak dan tersenyum. "Tetapi, disana juga pasti ada harapan! Aku yakin itu." Naegi berkata dengan penuh wibawa.
"Mencari harapan... Menemukan harapan... begitulah seharusnya harapan. Iya kan Super Duper Highschool Level Hope-kun?" Kirigiri yang awalnya terdiam akhirnya tersenyum dan membalas perkataan Naegi.
"Yup, hal pertama yang akan aku lakukan setelah keluar dari sini adalah pergi ke toko donat, lalu memikirkan masa depanku!" Asahina berkata dengan ceria.
"Kalau di dunia sudah nggak ada toko donat lagi kamu mau gimana?" Hagakure menyindir Asahina.
"Kalau begitu, aku akan membangun toko donatku sendiri, lalu memikirkan masa depanku." Asahina berbicara dengan tegas.
Semua orang tertawa ringan kecuali Togami, terlihat jelas bahwa dia sedang memikirkan sesuatu. Menyadari bahwa seluruh perusahaan keluarganya sudah hancur pasti sangat membuatnya terpukul. Menyadari itu Naegi mencoba menghiburnya.
"Togami-san, tak usah khawatir. Aku yakin kita pasti dapat melakukannya. Terutama kau, aku yakin kau pasti bisa menghidupkan kembali perusahaan keluargamu." Naegi mencoba menghibur Togami. Yang mengejutkan semua orang, Togami tersenyum mendengar perkataan itu.
"Hmph.. Aku tak butuh rakyat jelata sepertimu untuk menghiburku Naegi..." Togami mulai memasang wajah sombong yang biasanya dia gunakan. "Aku hanya sedang berpikir bagaimana caranya untuk menghidupkan kembali perusahaan keluargaku. Yah, jika kalian beruntung, kalian semua mungkin bisa menjadi bawahanku suatu saat nanti." Togami mencoba untuk bersikap sombong, tapi terlihat sedikit bahwa sebenarnya perkataan Naegi memang telah sedikit menenangkannya.
"Naegi, ayo lakukan." Kirigiri menggengam tangan Naegi, tentu saja hal ini membuatnya terkejut. Wajah Naegi mulai memerah.
"Dengan orang sepertimu di sisi kita, aku yakin kita pasti dapat melakukannya." Senyuman Kirigiri membuat Naegi tersipu malu.
"Baiklah! Kirigiri-san, Togami-san, semuanya ayo..." Naegi mulai memberikan aba-aba, sambil mengeluarkan tombol merah besar yang diterimanya setelah berhasil mengalahkan Junko. Naegi menekan tombolnya, dan pintu besi raksasa yang menutupi sekolah pun akhirnya terbuka, sinar matahari yang menyilaukan langsung menyerang indera penglihatan dari keenam siswa tersebut.
"Ya!" Semuanya mengangguk bersamaan dan melangkahkan kaki mereka keluar dari sekolah tersebut.
Semuanya terasa sangat melegakan, tetapi hanya beberapa langkah saja, tiba-tiba Naegi roboh dan terjatuh ke tanah. Naegi menggengam kepalanya dengan keras. Semuanya kebingungan dan mencoba untuk menolong Naegi.
"Naegi! Kau tak apa-apa?" Kirigiri berteriak.
"Tidak, jangan-jangan udara di dunia luar ini beracun!" Fukawa berteriak histeris sambil menutupi hidungnya.
"Itu tak mungkin, Naegi! Tetaplah bersama kami kawan!" Hagakure mencoba untuk membantu Naegi berdiri.
"K..Kepala..., saki...it..." Naegi mengenggam kepalanya semakin erat.
"Naegi! Naegiiiiiii!" Suara Asahina-lah yang terakhir mengisi kepala Naegi, sampai akhirnya semuanya putih. Naegi kehilangan kesadarannya seolah-olah seperti mengalami serangan jantung mendadak. Bedanya, rasa sakit yang sangat tajam itu bukannya menyerang jantungnya, tetapi otaknya. Sebetulnya apa yang terjadi, apa yang akan terjadi selanjutnya? Sayang sekali, tapi hanya Naegi yang akan mengetahui jawabannya.
Author Note: Yup, jadi dengan ini, selesai sudah prologue dari cerita yang kelihatannya bakal jadi banyak chapter ini. Memang agak telat kayaknya buat mbikin fanfic Dangan Ronpa, tapi namanya aja just for fun. Maaf yang sebesar-besarnya kalo ada banyak kesalahan, karena ini fanfic pertama saya. Mohon dukungannya, kritik dan sarannya, kalau berkenan, mungkin di follow story nya hehehe. Rencananya chapter 2 nya bakal di post secepat mungkin, sekali lagi, maaf kalau ada kesalahan. Peace ._.v
