"Eliza, pastikan kau tidak ada les maupun acara lainnya sore ini," ucap Marquis, ayah Elizabeth.

"Tidak ada Ayah, memangnya kenapa?" jawab Elizabeth sambil melanjutkan membaca.

"Kita akan kedatangan tamu penting."

Elizabeth bangkit dan langsung duduk tegak mendengar ucapan ayahnya. Kira-kira siapa, ya? Batinnya dalam hati.

"Dia adalah Sebastian Michaelis, maid kita yang baru, ia menggantikan Tn. Tanaka-san yang sudah pensiun. Selain itu, Sebastianlah yang akan mengantarmu ke sekolah. Jadi, kau tak perlu repot-repot lagi naik bus," sambung ayah.

Elizabeth baru ingat, pelayan pribadi keluarganya sudah pensiun sejak dua bulan yang lalu karena ia sudah tua. Minggu lalu, ayah juga bilang kalau ia sudah mendapat maid pengganti, katanya sih, ia masih muda. Tapi… maid, sekaligus sopir? Ia pasti orang yang hebat, maid yang telah berpengalaman. Dari mana ayah mendapatkan sosok seperti itu? Pikir Elizabeth.

Sore yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba (maksudnya ditunggu oleh ayah, kalau Elizabeth, dia rada ogah-ogahan). Ayah telah mengatur semuanya untuk menyambut 'tamu penting', si Sebastian.

Bel kamar berdering, ayah segera membukakan pintu. Dan… dari balik pintu berdiri seorang lelaki bertubuh tinggi yang tampaknya beberapa tahun lebih tua dari Elizabeth tersenyum, senyum yang aneh dan tidak menunjukkan keramahan sedikit pun. Ia mengenakan jas hitam dan berdandan layaknya maid yang telah berpengalaman. Rambutnya yang sedikit gondrong ditata rapi, tampangnya cukup keren untuk seorang maid, parfait! Jadi ini, yang namanya Sebastian Michaelis, batin Elizabeth.

"Selamat sore, perkenalkan saya Sebastian Michaelis, maid yang menggantikan Tn. Tanaka-san, berjanji akan bekerja dengan sungguh-sungguh untuk keluarga Middleford," sapa Sebastian sambil menyodorkan tangannya. Ayah menyambut uluran tangannya dengan senyum yang ramah.

"Perkenalkan juga, ini Elizabeth, putri satu-satunya yang saya miliki."

Lagi-lagi, ketika menjabat tangannya, Sebastian menyuguhkan senyum yang aneh. Elizabeth hanya membalas dengan senyuman kecil.

Usai perkenalan tersebut ayah mengajak Sebastian berbincang-bincang. Sebuah perbincangan yang sepertinya amat membosankan. Elizabeth memilih untuk masuk ke kamarnya daripada mengikuti perbincangan tersebut.