Disclaimer: All Naruto characters belong to Masashi Kishimoto.

Prologue

"Kalian paham?!"

Wanita berambut pirang itu menjerit dengan gusarnya. Bagaimana tidak, wanita yang berusia 50 tahun yang tak lain adalah sang kepala sekolah bernama Tsunade ini lagi-lagi mendapati dua siswa yang saat ini sedang duduk di hadapannya, yang untuk kesekian kalinya melakukan hal yang melanggar peraturan sekolah.

Dan seperti biasanya pula, kedua siswa itu hanya bisa menjawab dengan enteng, "Ya, Bu..."

Merasa dipermainkan, Tsunade kembali berseru, "Kalian ini! Kenapa kalian selalu bertingkah semau kalian? Kalian ini kan bukan anak kecil lagi! Kalian sudah 17 tahun! Kalian sadar tidak bahwa tahun depan kalian sudah harus mengikuti ujian masuk universitas?!"

Mereka berdua mengangguk. "Ya, Bu."

"Kalau begitu kenapa kalian tak bisa mengikuti pelajaran di sini dengan baik walau hanya sehari saja?! Hei, Uzumaki! Siapa yang meletakkan ember itu di atas pintu tadi, hah?!" Tsunade bertanya dengan mata melotot.

"Saya." jawab pemuda berambut kuning yang bernama lengkap Uzumaki Naruto tersebut.

"Untuk apa kamu lakukan itu?!" tanya Tsunade lagi.

"Yah, sekali-sekali iseng apa salahnya sih, Bu?" ujar Naruto dengan santainya. "Tapi yang salah bukan cuma saya, kan? Yang tadi itu ide orisinilnya Sasuke!"

Siswa berambut hitam yang berada di sebelah Naruto dengan nama lengkap Uchiha Sasuke itu hanya bereaksi dengan tenang. "Apa boleh buat, siapa juga murid yang bisa tetap tenang kalau punya guru biologi narsis seperti si Itachi itu? Dia pantas diberi pelajaran."

"Jangan bicara begitu! Itachi itu kan kakak kandungmu! Lagipula--" Tsunade yang hendak marah segera membatalkan niatnya untuk meledakkan emosinya lagi. Ia tahu, beradu mulut dengan sepasang siswa pembuat onar itu tak ada gunanya. Namun tentu saja, tak mungkin ia melepaskan kedua pemuda menyebalkan itu tanpa sebuah hukuman. "Baiklah, sudah cukup. Sebagai hukumannya, istirahat nanti kalian harus tetap tinggal di kelas dan tidak boleh pergi ke kantin."

"APA?!" pekik Naruto. "Itu namanya diskriminasi, Bu! Saya mohon, beri hukuman apa saja asal jangan memenjarakan saya di dalam kelas tanpa jajanan!"

Tsunade mengacuhkan jeritan sumbang Naruto dan segera bangkit dari kursinya. "Pembicaraan selesai. Kalian boleh pergi."

Sebelum Naruto sempat protes lagi, Tsunade segera mendorong kedua siswa itu keluar dari ruangannya. Naruto mendengus kesal, sementara Sasuke hanya bisa mengangkat bahu.


"Ini semua gara-gara kamu, Teme!" Naruto menggebrak mejanya. Ia tak perlu khawatir akan dimarahi kali ini, toh yang saat ini sedang berada di dalam kelas hanya ia dan Sasuke. "Kalau saja kamu bisa menyusun rencananya dengan lebih rapi, kita pasti nggak akan..."

Daripada menghiraukan ocehan Naruto yang tak ada habis-habisnya, Sasuke lebih memilih untuk duduk di kursinya dengan tenang sambil membaca buku pelajaran. Siswa cool satu ini benar-benar seorang kutu buku sejati yang menggemari semua jenis buku, bahkan buku pelajaran yang membosankan sekalipun. Siapa sangka karena sifat "rajin"nya Sasuke si salah satu pembuat onar ini selalu berhasil mendapatkan peringkat teratas?

Berbeda dengan Sasuke, Naruto berhasil masuk ke SMA favorit ini karena uangnya. Naruto adalah anak pejabat, sedangkan Sasuke hanyalah murid beasiswa yang berasal dari keluarga yang kurang mampu. Ya, kedua orang ini memang memiliki banyak perbedaan yang entah kenapa malah membuat mereka ditakdirkan menjadi sahabat sejak kecil. Karena kelebihan mereka masing-masing hampir semua warga sekolah mengenal mereka dan karena kenakalan mereka juga mereka menjadi terkenal. Sayangnya kebanyakan orang di sekitar mereka lebih memandang sisi buruk mereka dan karena itulah, mereka belum pernah sekalipun memiliki apa yang paling ingin dimiliki oleh semua lelaki, yaitu...

...seorang kekasih.

"...Padahal tadi rencananya aku mau menraktir anak kelas C yang cantik itu di kantin untuk mendekati dia! Tapi gara-gara hukuman si nenek Tsunade itu aku jadi tidak bisa ke kantin dan menemui anak kelas C itu! Mana sekarang perutku terus-terusan protes karena keroncongan, lagi! Kita dikurung di sini karena kamu, Sasuke! Kamu harus tanggung jawab!" Naruto segera menghembuskan napasnya setelah menyelesaikan "omelan 10 menit nonstop"-nyadan kembali mempelototi Sasuke. "Hoi, Teme! Kau dengar, tidak?!"

Akhirnya, Sasuke menurunkan buku sejarahnya untuk menatap Naruto. "Kamu barusan bilang apa?"

"GRRR!! Kau iniii!" Naruto mengepalkan tangannya, bersiap-siap untuk meninju Sasuke. Namun sebelum Naruto sempat melayangkan tinjunya, Sasuke tiba-tiba menunduk ke laci mejanya dan mengambil sesuatu dari tasnya. Naruto langsung membelalakkan matanya begitu melihat apa yang baru saja diambil Sasuke. "I...itu kan...k-keripik...r-ramen!"

Mengacuhkan pemuda berambut kuning itu lagi, Sasuke segera membuka bungkus keripik tersebut dan melahapnya. Perlahan-lahan, air liur Naruto mulai menetes. Sejak kapan si brengsek itu membawa cemilan favoritku? Diam-diam, lagi! pikir Naruto dengan irinya.

Mendekati Sasuke dengan perlahan, dengan nada merayu Naruto memanggil sahabatnya, "Saasuukee..."

"Hm?"

"Bagi doong..."

"Tidak."

"Seediikiit sajaa..."

"Tidak."

"Secuil deeh..."

"Berapa kali aku harus menjawab supaya kamu mengerti? Pergi sana, membuatku geli saja." ketus Sasuke yang kemudian bangkit dari kursinya dan melempar bungkus keripik ramen yang telah kosong melompong itu.

"Dasar pelit! Pantas saja meskipun kau sudah 17 tahun hidup di dunia, tapi belum pernah dapat pacar!" Naruto mulai mengeluarkan "senjata maut"nya; menyinggung kelemahan Sasuke. "Lelaki pelit mana yang disukai perempuan? Kau belagu sih! Sudah miskin, pelit lagi!"

Ejekan Naruto dengan mudah telah memancing emosi Sasuke yang biasanya dapat dikendalikan. Bukan tersinggung karena dihina miskin ataupun pelit, tapi karena Naruto membahas ketidakmampuannya dalam mendapatkan seorang gadis. "Berisik kamu, Dobe. Kau sendiri juga belum pernah berhasil menggaet satu gadispun."

"E...enak saja! Dengar ya, bukannya belum berhasil, tapi karena aku belum menemukan yang benar-benar cocok! Aku kan tidak bisa memilih sembarangan perempuan! Jangan samakan aku denganmu, ya!" ujar Naruto.

Sasuke membalas, "Huh, bilang saja kalau kau juga tidak laku."

"Apa kau bilang?! Dengar ya, aku ini--mmph!" Naruto tak sempat menyelesaikan kalimatnya karena Sasuke segera menyumpal mulutnya dengan kertas.

"Bisa diam tidak?" Sasuke kembali duduk dan mengambil buku sejarahnya lagi.

Naruto memuntahkan kertas itu dari mulutnya dan memulai omelannya kembali. Sementara itu, Sasuke hanya bisa membaca dengan tenang tanpa menghiraukan sahabatnya yang cerewet itu sedikitpun. Dan pada akhirnya keadaan seperti ini terulang lagi, Naruto terus-terusan berbicara sendiri sedangkan Sasuke tetap mengunci mulutnya.


Sebagai sepasang sahabat sejak kecil, tentu saja Naruto dan Sasuke selalu pulang sekolah bersama. Mereka memang selalu berselisih, tapi entah kenapa mereka tak pernah jenuh untuk melewatkan banyak waktu dan melakukan banyak hal bersama-sama, bahkan hampir semua kegiatan di sekolah mereka lakukan bersama.

"Teme, aku lapar..." desah Naruto dengan lemah.

Sasuke menghela napas. "Makanya cepat jalan, supaya kau bisa segera makan siang. Kau kan kaya, kenapa dari dulu tidak minta dijemput saja?"

"Aku kan sudah SMA, masa pulang sekolah saja pakai jemputan segala! Nanti cewek-cewek berpikir kalau aku ini anak manja, lagi." jawab Naruto. "Lagipula, rumahku kan dekat dari sini."

"Hm." hanyalah yang Sasuke katakan untuk merespon Naruto. Sejujurnya, ia sendiri juga ingin sampai ke rumah secepatnya. Bukan karena ia kelaparan, tapi karena ia harus menggantikan ayahnya mengojek. Ayahnya yang bekerja sebagai tukang ojek sudah tua, karena itulah beliau hanya bisa bekerja setengah hari dan
selebihnya, Sasuke yang menangani pekerjaannya. Ya, keluarga Uchiha memang miskin, tapi jangan tanya mengapa si kakak sulung, Uchiha Itachi bisa sukses menjadi guru SMA favorit tempat Sasuke bersekolah. Ia telah lama meninggalkan keluarga Uchiha dan tak pernah ada niat sedikitpun untuk membantu keluarganya meskipun sebenarnya ia mampu.

"AH! Hampir saja aku lupa! Besok kan ada PR kimia!" teriak Naruto dengan tiba-tiba. "Aku kan paling benci sama kimia! Akh, mana gurunya kolot begitu! Kalau tidak mengerjakan PR sekali saja, pasti langsung main hukum! Sasuke, tolong aku, dong!"

"Hah?" Sasuke mengernyitkan dahinya.

Naruto kembali memasang wajah merayunya yang sangat memuakkan di mata Sasuke. "Aku benar-benar tidak sanggup mengerjakan PR itu! Sumpah! Jadi tolong kerjakan PR-ku, ya? Sasuke kan pintar, pasti bisa deh!"

"Kerjakan saja sendiri, dasar pemalas." desis Sasuke dengan cuek sambil mendahului Naruto.

Naruto segera menyusul sahabatnya dan kembali memohon, "Ayolah! Aku kan sahabat karibmu, masa menolongku sedikit saja tidak mau? Aku mohon, Sasuke! Aku mohon aku mohon aku mohooon!!"

Tak tahan mendengarkan rengekan Naruto, Sasuke akhirnya menyerah. "Ck...iya, iya. Tapi aku hanya akan mengajarimu dan PRnya kau kerjakan sendiri. Puas?"

"Horee! Terima kasih, Sasuke!" Naruto menjerit kegirangan seraya melompat untuk memeluk Sasuke. "Ternyata kau tidak terlalu pelit, ya! Tidak rugi aku memilih kamu sebagai partnerku!"

"Siapa yang partnermu?" cibir Sasuke dengan kesal. "Dan kalau kamu tidak melepaskan pelukanmu, mungkin aku akan membatalkan niatku untuk membantumu mengerjakan PR itu. Sesak, nih."

Mendengar itu, Naruto segera menjauh dari Sasuke dan menunduk dalam-dalam. "Maaf! Maafkan kelancanganku, Teme! Tapi tolong jangan berubah pikiran soal PR kimiaku yaa...maaf maaf maaf!!"

Tanpa mereka sadari, sejak tadi dua pasang mata wanita sedang mengawasi mereka. Salah satu dari dua wanita itu, yang ternyata adalah Tsunade berkata kepada orang yang ada di sebelahnya, "Itu mereka. Merekalah dua pengacau yang aku maksud."

"Begitu..." Wanita yang berada di sebelah Tsunade itu bergumam. "Jadi mereka yang bernama Uzumaki Naruto dan Uchiha Sasuke?"

Tsunade mengangguk. "Aku benar-benar tak tahu harus berbuat apa untuk membuat mereka kapok. Karena itulah, aku sengaja memanggilmu untuk menangani mereka. Kau sudah paham akan tugasmu, kan, Haruno Sakura?"

"Ya." Wanita itu tersenyum dengan penuh kepercayaan diri.

Prologue - End


A/N: Huwaa, cerita aneh macam apa yang udah aku buat? Bodohnya aku, bukannya mengapdet cerita2ku yang lain, aku malah bikin cerita baru yang gag jelas gini! Maaf yaa! T.T

So... Lagi-lagi aku bikin SasuSakuNaru...hhh...padahal kayaknya gag ada yang setuju kalo Sakura dipasangin sama Naruto...bakal gag laku nih cerita...-pesimis berat-

Anyways, ini beneran AU, jadi jangan kaget yawh kalo kalian menemukan banyak OOCness di chapter berikutnya. Otreh?

'Till next time!

Chiby Angel-chan