Jeon Jungkook, umurnya 14 tahun saat menduduki bangku tahun keduanya di sekolah menengah akhir. Tergolong anak yang cerdas, sampai-sampai ia bisa melompat ke bangku SMA lebih cepat 2 tahun. Giginya seperti kelinci pantas saja melompat tingkat sampai 2 tahun, huh! Apa hubungannya? Sebenarnya ia hanya masuk sekolah lebih cepat 2 tahun, tak tahu bagaimana caranya, intinya tentang Jungkook yang cerdas bukanlah suatu keraguan.

Sejujurnya ia menyukai sahabatnya yang bernama Yugyeom, tapi apa daya, pujaan hatinya telah kepincut oleh primadona kelas tetangga. Tipe-tipenya sama seperti Jungkook, namun tubuhnya kian lebih ramping. Pantas saja Yugyeom suka!

Yah, apa daya nasi telah mejadi bubur. Tinggal ditambah kecap, sambal, kerupuk. Kalau bisa dijadikan sarapan sih akan Jungkook makan. Tapi itu kan hanya ibarat. Ibarat yang ia buat tak sepahit kenyataannya. Ingin rasanya Jungkook meninju wajah Yugyeom dan berteriak bahwa ia menyukainya. Tapi sekali lagi, nasi sudah menjadi bubur, tinggal ditambah kecap, samb— stop.

Jadi Jungkook memutuskan untuk melupakan perasaannya. Mencoba move on yang katanya akan memakan waktu bertahun-tahun. Nyatanya ia sudah bisa move on dalam waktu singkat.

Berkat sahabat karibnya, Park Jimin. Dengan segala kuliah tujuh menit-nya, akhirnya Jungkook bisa berpindah hati. Tapi hatinya belum bermuara, masih dibiarkan mengalir di sungai air matanya. Ugh, drama.

Tapi brengsek juga sahabatnya itu. Diam-diam masih menggebet kakak kelasnya, padahal sudah ditolak berkali-kali tetap saja dipepet. Seperti motivator jaman sekarang saja, bisa ngomong tapi tidak bisa bertindak. Menyuruh Jungkook move on bisa, tapi move on dari Yoongi hyung tidak bisa.

Saat Jungkook menyuruhnya move on ia bilang, "tidak bisa, Kook. Dia cinta pertamaku" dengan wajah yang ia buat semelas mungkin. Rasanya Jungkook ingin muntah lava ke wajah Jimin. Omong-omong soal cinta pertama, ia jadi ingat Kim Taehyung. Cinta pertamanya saat ia kelas 5 sekolah dasar.

Saat itu Jungkook baru pindah dari Busan ke Seoul, karena ayahnya pindah dinas. Ia mulai memperkenalkan dirinya di depan kelas. Ia merutuki dirinya saat itu karena termangu melihat Taehyung yang menatap bosan ke arahnya. Jungkook mendengus pelan. "mohon bantuannya teman-teman!" kemudian tersenyum manis sambil menampakkan gigi kelincinya yang membuatnya semakin manis. Lalu ia bisa melihat Taehyung tersenyum kecil.

Semakin ia memperhatikan Taehyung, ia menganggap Taehyung itu imut. Rambut mangkuknya, pipi gembilnya, jangan lupa kacamatanya. Ia pikir Taehyung terlalu sering main ps jadi pakai kacamata, ternyata Taehyung asli pintar, terlalu sering belajar jadi pandangannya sedikit mengabur.

"Hyung" Jungkook kecil memberanikan diri untuk menyapa Taehyung.

"Hm?" matanya tetap fokus pada soal di depannya.

"Aku Jungkook." sambil menggigit bibirnya cemas.

"Aku tahu, bayi." mengerucutkan bibirnya kesal. Ia masih muda tapi bukan bayi!

Tiba saatnya ketika mereka melakukan study tour ke luar kota. Ibunya tidak mengizinkan Jungkook ikut, karena ibunya tahu Jungkook sangat ceroboh dan tidak ingat waktu. Bisa-bisa Jungkook hilang di tengah acara. Awalnya kecewa saat dilarang oleh ibunya, namun mendengar Taehyung juga tidak ikut setidaknya mengobati kekecewaannya.

Ia masih ingat saat pertama kalinya Taehyung membuat jantungnya berdegup tak karuan. Padahal Taehyung hanya bertanya "Bagaimana study tour-nya?" tempatnya di kantin sekolah, dengan posisi tangan kanan Jungkook memegang susu pisang kesukaannya. Hampir saja Jungkook tidak menjawabnya, karena ia pikir itu hanya halusinasinya. Tapi ketika ia menoleh ke arah Taehyung, yang ia dapatkan adalah pujaannya yang sedang menatap kepadanya. Oh, Tuhan! Jungkook harus apa!

"U-uh... aku tidak diizini ibu, katanya aku bisa hilang disana, soalnya aku ceroboh" Jungkook menggigit pipi dalamnya. Wajahnya memerah sempurna, mendadak ia keringat dingin. Sebegini hebatnya pengaruh obrolan Taehyung?

Dan kemudian Taehyung hanya mengangguk paham kemudian melengos pergi. Tak apa, setidaknya Taehyung bertanya. Jungkook tak bisa menahan diri untuk tidak tersenyum. Duh! Pujaan hatinya bertanya padanya!

Lalu saat ia naik ke kelas 6, Taehyung mengatakan sesuatu yang sangat membuat Jungkook malu. Bukan dipermalukan, tapi ia malu. Ya seperti itulah.

"Jeon, kau itu lucu" kata Taehyung, dari belakang bangkunya. Jungkook tak bergeming, masih berkutat dengan tugasnya. Sebenarnya jantung miliknya tak bisa berhenti maraton.

"Serius, deh. Kau itu lucu seperti boneka" imbuhnya

"kau lucu, Kook"

"Seperti boneka"

"Boneka Dakochan" dan Jungkook tak tahu apa boneka itu. Yang pasti dari namanya saja sudah tidak baik apalagi lucu. Benar saja, ketika ia cari di komputer ayahnya, yang ia dapati adalah boneka hitam berbibir tebal. Taehyung! Rasanya ia ingin mengumpat, tapi tidak bisa, ia kan masih kecil.

Lalu temannya yang duduk di depannya, namanya Kim Mingyu. Jungkook pikir temannya itu suka kepadanya. Habis ia sangat perhatian. Waktu Jungkook panas saja ia dengan hati-hati menempelkan tangannya pada dahi Jungkook. Lalu melaporkannya pada guru mereka. Tapi Jungkook hanya disuruh tidur, tidak disuruh pulang. Alhasil Mingyu jadi setengah cemas melihatnya. Sesekali mengelus surai hitam milik Jungkook.

Lalu juga saat Jungkook mengantuk, ia akan menenggelamkan wajahnya di lipatan tangannya. Saat ia bangun ia akan melihat wajah Mingyu di depannya. Sangat dekat. Jungkook sampai deg-degan. Mingyu itu sangat suka memegang hidung dan pipi Jungkook. Gemas tahu!, katanya.

Hari itu hari pertamanya menjadi murid smp. Boleh dibilang sekolah barunya ini merupakan sekolah nomor satu se-kota. Dan sekolah Taehyung nomor duanya. Antara beruntung atau memang ini sengaja, sekolah Taehyung sedang di renovasi jadi ia menumpang di sekolah Jungkook. Senangnya bukan main. Hampir setiap hari Jungkook melihat Taehyung. Tapi itu hanya berjalan 6 bulan. Setelahnya sekolah Taehyung menumpang ke sekolah lain. Pupus sudah harapan si manis.

Saat ulangtahunnya di kelas 2 smp, Jungkook make a wish. "Tolong buat Taehyung menyukai aku" lalu mematikan api lilin dalam sekali tiup. Jungkook tidak punya ponsel, lalu saat ia diberi ponsel bekas kakaknya, ia langsung menjerit heboh. Akhirnya ia punya ponsel. Ia masih ingat saat sedang les bersama Minghao, Taehyung mengundangnya sebagai teman di aplikasi chatting. Hampir saja Jungkook berteriak kalau saja ia tidak ingat sedang di tempat les. secepatnya ia mengadu kepada Minghao. Matanya buram saking senangnya. Rasanya ingin menangis terharu.

Ternyata itu bukan apa-apa, karena setelahnya Taehyung mengiriminya pesan "Kook"

Dag

Dig

Dug

serr

Ya Tuhan, ini nikmat atau cobaan darimu?

"Apa?" balasnya.

"Tak apa, hanya mengetes"

Menyebalkan.

Sampai sekarang ia bersyukur. Doanya terkabul, tentang Taehyung suka kepadanya. Sudah 2 kali Taehyung menembaknya. Namun karena Jungkook dilarang untuk berpacaran ia jadi menolak. Rasanya sulit menolak pujaan hati. Mana ada kesempatan seperti ini lagi, bung. Tapi, ya, Jungkook juga masih kecil. Belum ngerti apa-apa.

Sampai sekarang ia masih belum bisa melupakan cinta pertamanya itu. Dengar-dengar Taehyung sudah 6 kali ganti pacar. Wajar, sih. Sudah 3 tahun semenjak Jungkook menolaknya. Terhitung 6 tahun Jungkook menyukainya. Tak tahu perasaannya yang sekarang bagaimana. Karena saat ia melihat teman Yoongi hyung, yang senyumnya secerah matahari, sapaan ramahnya, ia berpikir untuk melupakan Taehyung. Persetan dengan Yugyeom, ia menyesal pernah suka kepadanya.

"Jung Hoseok, namanya. Sekelas dengan Yoongi hyung. Paling dekat dengan Yoongi hyung. Rival abadiku" kata Jimin saat menangkap sosok Jungkook yang tak berkedip melihat Hoseok.

"Kau suka padanya?"

"Mungkin" Jungkook nyengir lucu.

"Mau tahu tentangnya lagi?" tawar Jimin

"Dia hot dancer di sekolah ini. Dancer nomor satu. Aku pernah bertemu dengannya beberapa kali di dance club"

"Kalau ia dekat dengan Yoongi hyung, kenapa aku tidak pernah melihatnya?"

"Itu karena ia baru pulang dari Jepang untuk kontes dance. Aku tidak tahu kau akan menyukainya"

"Tahu tidak?"

"Apa?"

"Aku menyesal telah menyuruhmu move on karena sifat gamon mu itu membuat ku untung. Aku dengan mudah mendapatkan informasi darimu" Jimin mendengus pelan. Dasar bocah licik!