CURSE OF PANGLIMA OH SEHUN
-Chapther I-
Summary :
Bagaimana jadinya liburan Kim Jongin yang harusnya menyenangkan malah menjadi bencana baginya karena harus menjadi penghapus kutukan dari seorang panglima?
Disclaimer: nyai Sooman
Cast:
Sehun
Jongin
Chanyeol
Baekhyun
Kris/Yifan
Xiumin/Minseok
Pair : Hunkai slight Chankai
Genre : Yaoi-Horor-Romance-Mistery-Mpreg
rate T plus emang nghehe
by : Mbk-pip
enjoy to reading
pip
pip
pip
pip
ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ
.
.
.
.
Aku tau ia pria… matanya seolah menghipnotisku untuk segera mengecup bibirnya yang tak bergerak itu, ku dekatkan wajahku padanya untuk menipiskan jarak diantara kami. Wajahnya tetap datar walaupun jarak diantara kami sangat dekat, ku katupkan bibir mataku ku kecup bibirnya dengan lembut. Aku tersenyum menyudahi kecupanku yang tak terbalaskan.
Kuperhatikan wajah datarnya yang terus memandangiku dengan baju besi panglima perang yang sangat berat bila dipakai orang biasa sepertiku, matanya yang tajam seolah hidup menatapku, warna kulitnya yang seputih salju, dan rahangnya yang tegas merupakan lekukan yang sangat pas membuatku kagum sekaligus iri. Lukisan yang dibuat kakeknya sahabatku ini ingin sekali aku bawa pulang. Ku dengarkan langkah kaki yang semakin mendekat ke arahku.
"Jongin kau menyukai lukisan ini?" Chanyeol menyentak lenganku pelan membuatku tersadar meleburkan keinginanku yang absurd ini untuk membawa lukisan yang dibuat kakek Chanyeol.
Hari ini aku dan Chanyeol berencana liburan di villa kakek Chanyeol yang telah meninggal, villa ini adalah warisan yang kakeknya berikan padanya. Aku senang karna Chanyeol mengajakku liburan gratis disini pfft dan aku berharap Chanyeol tidak melihat apa yang telah aku lakukan pada lukisan ini.
"Siapa nama didalam lukisan ini Chan?" aku bertanya tanpa mengalihkan pandanganku dari lukisan kuno itu, aku meraba lukisan 2 dimensi dengan lembut.
"Sebelum kakekku meninggal, beliau mengatakan namanya Oh Sehun Panglima Perang yang mendapat kutukan tidak akan pernah mendapatkan keturunan kecuali dia bersedia menikah dengan laki-laki."
"Aneh sekali kutukannya Chan pfft" aku mundur semakin penasaran mendengar tuturan Chanyeol yang membuatku ingin terjungkal, ku pandang dengan teliti wajah yodanya dengan senyum yang tak pernah luntur itu membuatku menahan tawaku.
"Aku serius Jong, ia menolak pinangan dari anak Kaisar Wu yang terkenal dengan kekuatan sihirnya dan akhirnya ia mendapat kutukan itu"
"Apa ia sudah menikah dengan laki-laki?"
"tidak ada yang tahu keberadaannya, jadi tidak ada yang tau pasti ia sudah menikah atau belum"
"Apakah ia sudah meninggal?"
"Kata kakekku ia takkan bisa meninggal kecuali ada laki-laki yang melahirkan anaknya." kuperhatikan wajah Chanyeol yang semakin serius membuat bulu kudukku berdiri.
"Chanyeol-ah jangan menakutiku, kau pikir aku anak sd ck, "ucapku melawan rasa takutku sendiri "lagian mana ada laki-laki yang melahirkan Chan"
"hahaha mungkin ini hanya mitos dari kakekku Jong"
"aishhh konyol" aku mendengus mendengar tawa chanyeol
"Ayo ke kamar utama, akan aku tunjukkan seberapa hebatnya villa ini padamu"
"Kau sombong sekali tuan Park" Aku berjalan mengikuti Chanyeol dibelakangnya, meninggalkan lukisan yang membuat jantungku berdetak kencang itu entah aku jatuh cinta atau takut karna mendengar cerita dari Chanyeol tadi.
-mbk-pip-
Kamar utama villa ini membuatku terkesima dengan luasnya yang hampir setara dengan 1 apartement, barang-barang antiknya juga menambah rasa kekagumanku, melihat semua yang didalam kamar ini membuat mulutku kaku untuk sekedar berucap sempurna, mataku tak berhenti meneliti setiap inci di kamar utama ini.
"Apa ini kamar milik kakekmu Chan?" Ku lempar pantatku ke ranjang king size ini, pantatku merasakan nyamannya kasur ini.
"Jangan duduk disini Jong" Aku terkejut saat chanyeol menarikku untuk berdiri, aku diam sesaat menyoba menyembunyikan rasa takutku karna telah berbuat sembrono ditempat yang agung ini.
"Apa aku telah melanggar sesuatu?"
"Ini Kamar Panglima Oh Sehun, kakekku melarang siapapun yang tidur disana"
"Jadi kakekmu tidak pernah tidur disini?"
"Kakekku cuma penjaga disini, bukan pemillik asli tanah ini"
"Ceritamu semakin horror Chan"
"Hahaha, Kau lihatlah wajahmu Jong-kau ketakutkan pffft !" Aku berjalan menghindari tatapan Chanyeol, menghindari agar dia tidak melihat wajah takutku.
"Seriuslah sedikit Chan" Aku menelan ludah karna gugup, ingin rasanya ku ikat Chanyeol dengan rantai yang ada jangkarnya dan menenggelamkannya di lautan yang terdalam. "Lalu kenapa kau menerima warisan tanah ini dari kakekmu kalau dia hanya penjaga disini?"
Kududukan pantatku di kursi kayu mengkilat yang penuh dengan ukiran rapi itu, kalau kau perhatikan lebih dekat kursi ini memiliki ukiran kuda kerajaan yang mengangkat ke dua kaki depannya seperti bersiap untuk berperang dan aku yakin bila di jual harganya pasti mahal ini kan barang antik.
"Kakekku tidak percaya pada ayahku karna ayahku selalu menyuruhnya untuk menjual tanah ini, ya dengan terpaksa akulah yang mewarisi tempat ini"
"Kau mewarisi tempat ini sebagai penjaga? hahaha" Ku simpulkan kalimat untuk melawan Chanyeol yang terus menggodaku dengan mitos yang dia ceritkan padaku, tawaku lepas dan membuat senyum diwajah Chanyeol memudar.
"Kau bisa menyebutnya seperti itu- ahh kenapa kata-katamu lembut tapi menusuk sangat tajam jong" Chanyeol mendengus pelan karna ucapanku.
-mbk-pip-
"Jong, cepatlah memanggang dagingnya aku sangat lapar" Ku lihat Chanyeol sedang mengaduk-aduk nasinya yang masih panas karena asap masih mengepul diatasnya.
"Jong, aku ingin makan"
"Jong, aku kedingan dan sangat lapar"
Seperti itulah Park Chanyeol aku hanya pura-pura tidak mendengarkan apapun, karena aku sudah biasa mendengar ocehan tanpa henti yang membuat telingaku tuli sesaat.
"Aku sangat sangat sangat lapar, aku kedinganan jong". Aku terkejut melihat lingkaran tangan Chanyeol yang berada di perutku, dan membuatku goyah untuk tidak mengacuhkannya. Chanyeol mengeratkan pelukannya pada perutku dan dia menenggelamkan dagunya di sela-sela tekuk leherku.
Di Villa ini benar-benar dingin aku harus memakai pakaian berlapis-lapis untuk menjaga kehangatan tubuhku. Aku tidak mengerti kenapa Chanyeol manja sekali padaku saat baru tiba di Villa ini, mungkin karena disini dingin jadi otak normalnya menjadi beku.
"Diamlah Chan, ucapanmu tidak akan membuat dagingnya cepat matang tau!" Aku menghela nafas pelan, kau tau Chanyeol itu sangat cerewet seperti ajhuma yang lagi pms.
"Aku sangat lapar Jong" kurasakan nafas Chanyeol yang berhembus di leherku, Ku balikan sisi daging yang belum matang itu dengan sabar.
"Aku bukan pacarmu, kau membuatku risih Chan"
"Aku hanya menghangatkan tubuhku saja Jong" Ku sentakkan badanku agar Chanyeol menjauh dariku, entah apa yang dipikirannya itu membuatku kesal.
"Jangan menggangguku atau ku laporkan perbuatanmu pada Baekhyun". Aku berharap ancamanku ini akan membuat Chanyeol jera "Sana duduk kembali ke tempatmu!"
Aku tersenyum kecil melihat Chanyeol menuruti perkataanku, Baekhyun memang kelemahannya dan salahkan saja tingkahnya yang konyol saat ini jangan salahkan ancamanku yang membuat senyum diwajahnya hilang.
-mbk-pip-
Aku terjaga disamping Chanyeol yang terlelap, setelah kami makan daging pangang Chanyeol mengajakku tidur mungkin dia kekenyangan sehingga dia mengantuk dan untungnya ada pemanas di kamar ini membuat badanku menjadi lebih hangat. Aku dan Chanyeol tidak tidur di kamar utama itu adalah pantangan yang di berikan almarhum kakek Chanyeol tentu aku harus menghormati pantangan itu walaupun sebenarnya aku ingin tidur disana. Aku hanya memperhatikan atap putih yang tak bergerak itu dan perlahan membuat mataku menutup.
"KAU KIM JONGIN"
Suara itu menggema di telingaku, suara itu terdengar sangat memerintah. "Haruskah aku menjawabnya" cicitku pelan
"KAU HARUS MENJAWABKU"
Aku membuka mataku karena terkejut suara itu membuat detakan jantungku meningkat pesat, suara tegas itu semakin tidak bisa di bantah, 'apa?' cicitku dalam hati. tanganku bergerak-
"KAU HARUS KEMARI TANPA SAHABATMU!"
-untuk membangunkan Chanyeol namun suara itu membuatku urung untuk membangunkannya. Ku kira suaraku yang sangat pelan didalam hatiku tidak akan terdengar oleh suara itu namun tetap saja dia tetap bisa mendengarkanku. "Kau siapa?" aku memberanikan diri untuk bertanya walaupun aku sangat takut sebenarnya.
"Kemarilah dan kau akan tau siapa aku Kim Jongin"
Suara itu melembut membuat rasa takutku agak turun dan aku penasaran ingin melihatnya, bagaikan tersihir oleh suara itu aku berjalan mengikuti perintah yang diucapkan suara itu. Kurasakan dinginnya lantai dibawahku yang mampu menusuk telapak kaki kulitku, dan disini aku melihat sosok dengan Yanggwan dikepalanya dia terlihat seperti baru menikah menggunakan baju Adat Korea. Mataku masih fokus menatap punggung lebar itu.
"Siap-a disana?" tanyaku ragu pada sosok yang memanggilku kemari.
"Kau sudah datang istriku"
"Maaf apa kau berbicara padaku?" sosok didepanku ini masih belum menampakan wajahnya, dia masih setia membelakangiku. Aku memasuki kamar ini dengan perlahan.
"Tidurlah bersamaku wahai istriku"
Betapa terkejutnya diriku tiba-tiba badanku melayang dan ada seseorang sepertinya yang menutup mataku sehingga aku hanya mampu mendengar suara tanpa melihat apapun. Kalau begini aku harus bagaimana? Niatku kemarikan hanya melihat wajahnya untuk mengobati rasa penasaranku.
"Aku sudah menunggu sangat lama istriku dan aku adalah suamimu"
Aku agak terganggu dengan ucapannya yang menyebutku pihak istri, aku pikir dia pasti tidak waras namun aku harus menjaga sopan santunku karna cara bicaranya pria ini padaku sangat sopan. "Kenapa kau menyebutku istrimu, aku laki-"
"Kau memang laki-laki yang ditakdirkan menjadi istriku"
Kurasakan sepasang lengan itu mengangkat tubuhku layaknya pengantin baru dan aku adalah pihak wanitanya. Sungguh memalukan. Aku ingin membuka penutup mata yang menghalangiku untuk melihat sosok yang menggendongku ini namun tanganku terhenti diudara yang hampa seakan ada yang menahannya.
Kurasakan sosok yang menjadi suamiku itu menidurkanku ditempat tidur, dia membelai pipiku dengan lembut seakan pipiku ini sangat rapuh.
"Kita akan melakukan ritual penyatuan malam ini istriku"
Aku ingin menolaknya tapi bibirku seperti terkunci bahkan bibir dalam hatiku juga menutup rapat. Entah bagaimana aku sudah merasakan bibirnya melumat bibirku sangat nafsu, dan tiba-tiba saja badanku sudah polos tanpa ada benang sedikitpun dengan kesejatiannya yang menghunjam lubang anusku membuat badanku terguncang kasar, aku sungguh binggung mengapa aku tidak bisa mengeluarkan kata-kata tapi aku bisa mengeluarkan desahan laknat seperti wanita. Awalnya cukup menyakitkan tapi jujur aku menikmati sentuhan sosok pria yang menggauli tubuhku ini. Ku dengarkan suara geraman rendahnya yang menggelitik telingaku tanda bahwa dia sudah klimaks dan entah seberapa banyak semen yang dia tumpahkan dalam diriku sampai membuatnya lumer keluar karna aku tak sanggup menampung semua benihnya.
"ahhh nghhhhh"
Tubuhku dibanjiri dengan keringat dan suhu tubuhku menjadi meningkat akibat perbuatan laknat manusia dia atasku ini, tapi benarkah dia manusia? Kenapa dia menumpahkan spermanya padaku hingga membuat perutku agak membuncit ini sangat mengerikan dan membuatku mual.
"Kim jongin istriku, aku mohon cepatlah lahirkan anakku". Bibir dingin itu mengecup lembut bibirku.
Itu adalah kata-kata terakhir saat kami telah melakukan ritual pembuatan anak kalau aku bilang, tapi aku kan laki-laki jadi aku tidak mungkin melahirkan anak iyakan. Dan aku sama sekali belum mengetahui wajah orang yang telah melakukan you-know-what-i-mind ehem ya seperti itu. Setelah itu aku tidak tau kalau aku sudah tertidur lelap di alam mimpi.
-mbk-pip-
Ku buka mataku perlahan pandangan yang kulihat pertama kali adalah atap putih, pagi ini terasa lebih dingin hingga mampu menusuk seluruh kulit tanganku.
"Kim Jongin apa yang kau lakukan disana?" Kutolehkan wajahku kearah sang pemberi suara, pancaran wajah Chanyeol sangat terkejut saat melihatku. Aku pun bertanya-tanya kenapa ia seperti itu.
"Aku bar-u bangun Chan" Aku meneliti badanku dan aku telanjang (?) ada kissmark ditubuhku aku juga merasakan sesuatu yang lengket di antara selakangan dan anusku. Aku baru mengerti sekarang Chanyeol melihatku seperti korban pemerkosaan. Otakku masih mencerna kejadian semalam 'jadi itu nyata' ucapku dalam hati. Aku ingin bergerak tapi badanku seperti sangat kaku, dan setiap aku bergerak rasa nyeri menyentak seluruh tubuhku. "Chan tolong aku?", aku berbicara dengan sangat halus padanya agar mau menolongku.
"Jongin kau benaran telanjang, bukankah aku sudah melarangmu untuk kemari!"
Chanyeol mengangkat tubuhku yang ringkih dan aku baru menyadari kalau aku tidur dikamar utama milik Panglima Oh Sehun, aku masih penasaran dengan wajah yang membuat badanku menjadi sangat ringkih seperti ini. Saat keluar dari kamar utama kami melewati lukisan Panglima Oh Sehun aku sangat terkejut saat lukisan itu hanya sebuah kanfas kosong tanpa ada gambar didalamnya, dalam pikiranku 'Apakah aku bercinta dengan hantu lukisan 2 dimensi?'. Aku ingin memberitahu Chanyeol kalau lukisannya kosong tapi Chanyeol terlihat sangat mengkhawatirkanku jadi aku urungkan niatku itu.
-mbk-pip-
Karena Chanyeol sangat mengkhawatirkanku ia segera membawaku ke Rumah Sakit dan mengakhiri liburan kami yang baru 2 hari disana, aku menyukai Villa itu tapi mengingat kejadian itu membuatku untuk tidak akan kesana kembali. Dokter itu menyuruhku untuk melakukan yang aneh menurutku karena tangannya masuk kedalam anusku membuatku semakin kesakitan. Bukankah harusnya Dokter menyembuhkanku bukan menyakitiku, anehnya lagi dia menyuruhku untuk melakukan tes urin untuk ibu hamil.
"Ini sangat aneh tapi selamat kau hamil" Tutur dokter berjas putih itu dengan santai.
"Ap-aa?" Aku sangat terkejut bagaimana mungkin aku hamil. Kalau yang hamil adalah istriku tentu aku akan dengan senang hati menerimannya tapi malah aku yang hamil, bagaimana perasaanmu aku bahkan belum menikah tapi aku malah hamil.
"Dokter mana mungkin dia hamil jangan bercanda kepada kami?" Chanyeol mengira Dokter itu sedang bercanda kepada kami, ia juga menyangkal aku hamil.
"Apa kau ayah dari bayi ini?"
"Iya aku ayahnya Dok" Chanyeol menoleh kearahku sebelum dia menjawab pertanyaan dari Dokter, sepertinya ia meminta izin padaku dan ia memastikan aku dalam keadaan baik atau tidak.
"Sungguh luar biasa dan sekali lagi selamat untukmu" Dokter itu berjabat tangan dengan Chanyeol, entah apa yang dipikirkan Dokter itu saat ini padaku.
"Kim Jongin ssi kau boleh pulang sekarang, dan kau harus menebus obat ini di Apotek sebelah Rumah Sakit ini"
"Terimaksih Dokter" ucap Chanyeol yang duduk di sampingku menemani pemeriksaan yang membuatku gila ini.
Lidahku kelu untuk menjawab Dokter yang telah memeriksaku tadi, aku pingsan saat akan berdiri entah kejadian apa selanjutnya yang terjadi.
tbc
mbk-pip kok diedit ulang? iya ini supaya enak dibacanya.. hehe
edit ketiga kalinya biar barokah /iya. Askepku udah jadi, Alhamdulillah #sujudsyukur
sekalian mau post chapter 2
Mohon bimbingan aku tau ceritanya ngebosenin tapi aku tetap akan melanjutkannya
silahkan review kritik atau saran biar ceritaku makin berkembang dan aku jadi author yang sebenarnya bukan otw mulu wks
