Game Over
By
17 FOSTER
(Gyupire18 & Bsion)
.
.
.
.
.
This world is full
Of empty people.
Malam semakin larut. Bulan benar-benar tengah menguasai bumi bagian yang telah di tinggal matahari. Jauh dari kota yang masih bersinar terang. Rerumputan tumbuh tinggi di sepanjang jalan di daerah pinggiran. Angin berembus kuat menggoyangkan dedaunan yang termenung menunggu datangnya surya, menanti pergantian hari untuk menyambut musim gugur yang akan membawanya pergi.
Di sebuah tanah lapang, berdiri satu sosok pria dengan seorang yang bersimpuh di hadapannya. Angin berembus. Mengacak surai lembut yang bermandikan cahaya purnama. Suara rintihan terdengar lirih. Memecah keheningan malam yang membisu sejak tadi.
Sebuah seringai terukir lembut di wajahnya.
Dengan satu tarikan dia mengeluarkan sebilah pedang dari balik punggungnya. Membuat ekspresi khawatir, takut serta tegang bercampur menjadi satu di wajah tua yang meremas kakinya. Memohon ampun atas segala dosa ataupun kesalahan yang ia perbuat dengan harapan pria ini membebaskannya. Cukup sudah kakinya bolong tertembak timah panas, kulit dadanya sobek dan wajahnya babak belur. Telinganya terisis hilang sebelah dan bahunya terdapat luka memanjang hingga punggung.
Tuhan mungkin menyayanginya. Masih memberikannya waktu untuk masih bisa bernapas dan dalam keadaan sadar. Tapi dia tidak tahu, apakah ini termasuk bentuk sayang atau bentuk kebencian Tuhan terhadapnya karena membiarkan ia merasakan sakitnya mati perlahan.
Lelaki tua itu memejamkan matanya. Air mata tidak berhenti mengalir mengingat waktunya tidak banyak lagi.
Dan seringai di wajah itu kian melebar.
Pedang dengan ujungnya yang tajam itu menyentuh pucuk kepalanya. Dengan perlahan semakin menusuk hingga ia merasakan sesuatu mengalir dari sana. Pria muda itu memasukkan sebelah tangannya ke saku celana. Pedangnya ia tarik dan menebaskannya ke bahu korban dengan kuat. Membuat pekikan pilu terdengar ke seluruh lapangan.
Pria itu tidak puas. Dia menendang korbannya hingga tersungkur ketanah dan menghujaninya dengan belati. Menancap tepat di dada, perut, paha juga pipi lelaki tua yang sudah menghembuskan napas terakhirnya.
Pria muda itu berjongkok. Mengambil sebuah belati yang tersisa di kantung celananya dan menancapkannya dengan kuat ke bola mata kanan korban. Kembali menyeringai sebelum bangkit dan pergi dari sana. Mencabut pedangnya dan menoleh untuk yang terakhir pada jasad mengenaskan di tengah tanah lapang luas ini.
Menaburkan bubuk berkilauan dari genggaman tangannya sebelum benar-benar meninggalkan tempat kejadian.
Angin kembali berembus. Hening kembali menguasai malam. Cahaya purnama menyinari gelap bersama kilauan bubuk yang memantulkan kembali cahayanya. Begitu indah dengan hiasan warna merah di sekitarnya.
.
.
.
Suara ramai sirene dan gaduh dari derap langkah langsung menyambut Kwon Soonyoung begitu dia memasuki gerbang gedung kepolisian tempatnya bekerja. Lelaki muda itu berjalan dengan heran dan menatap para anggota yang sibuk tidak jauh darinya. Mobil-mobil polisi melewatinya dengan cepat. Juga beberapa motor yang di pimpin oleh Inspektur Jenderal Cho Kyuhyun dan Ketua tim penyidik khusus Lee Jihoon.
Apa ada kasus besar hingga Inspektur Jenderal ikut turun ke lapangan?
Soonyoung langsung berlari menuju ruangannya. Di sana ia menemukan teman-teman satu timnya sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing.
Wen Junhui yang baru masuk setelah mengambil kopinya di pantry menyapa Soonyoung. "Pagi Kwon."
Soonyoung mengangguk kecil. Dia berjalan ke mejanya dan duduk dengan menghempaskan tubuhnya kuat.
"Ada kasus apa?"
"Pembunuhan."
Junghan melewati meja Soonyoung menuju mesin fotokopi di pojok ruangan. Soonyoung mengangguk-angguk mengerti.
"Hebat. Aku salut dengan pembunuhnya. Membunuh dua puluh tiga siswa dalam semalam. Dua. Puluh. Tiga. SISWA. Dalam. Satu! Malam. Wow!"
Soonyoung membulatkan matanya. "Dua puluh tiga siswa?!" jeritnya.
Minghao mengangguk dengan semangat. "Bukankah itu luar biasa?!"
"Tapi kenapa kasusnya tidak langsung di lempar ke kita seperti sebelumnya?"
Mingyu bermain dengan kursi putarnya. Menatap para kawan satu timnya yang kini memandangnya sekilas dan kembali sibuk dengan pekerjaan mereka.
"Itulah kenapa Ketua Lee langsung ke lapangan. Wonwoo juga ikut kan?"
Benar juga. Soonyoung belum melihat lelaki emo itu sejak masuk ruangan.
Mingyu menghela napasnya sedikit berat, "Semoga saja tidak akan lama. Aku merindukannya."
Junghan, Junhui, Minghao dan Soonyoung mendesis mendengarnya.
"Oh iya Mingyu, bagaimana makan malamnya? Sukses?"
Minghao menatap Mingyu dengan wajah berbinar. Mingyu tersenyum lebar dan mengangkat tangan, melakukan salam tinju dengan Junhui yang lewat di depan mejanya.
"Tentu saja."
Minghao bertepuk tangan senang. Junghan tersenyum di depan mesin printer dan Soonyoung mengangguk-angguk bangga.
"Jadi.. teman satu timku yang bodoh ini adalah calon menantu Jenderal Polisi Korea Selatan hem? Membanggakan.."
Soonyoung berucap jenaka. Seluruh ruangan tertawa dengan Mingyu sedikit cemberut.
"Aku ini tampan dan penembak terhebat yang Korea punya. Tentu saja membanggakan."
Mereka semua tertawa dan memberi selamat pada Mingyu yang semalam baru saja melamar kekasihnya.
"Jadi kalian resmi bertunangan sekarang?"
Mingyu tersenyum lebar mendengar pertanyaan -bodoh- Soonyoung. Menangguk semangat sembari mengangkat tangan kanannya. Memamerkan cincin emas putih di jari manisnya.
Mereka kembali heboh. Bertepuk tangan dengan ucapan selamat yang memantul di dinding memenuhi ruangan.
Suara ketukan keras mengalihkan pandangan mereka semua menuju pintu. Seorang polisi wanita terlihat begitu pintu tersebut terbuka.
"Panggilan dari Ketua Lee. Ruang rapat telah di siapkan."
Kelima lelaki tampan itu langsung sibuk mengambil berkas-berkas yang mungkin akan dibutuhkan saat rapat nanti. Satu persatu dari mereka bergegas meninggalkan ruangan menuju tempat rapat mereka yang di sediakan khusus. Hanya terpisahkan kaca transparan satu arah. Wajah ketua Lee Jihoon dan Jeon Wonwoo langsung menyambut mereka begitu kelima polisi muda itu memasuki ruangan. Duduk di bangkunya masing-masing dan memulai rapat pagi itu dengan serius.
Tim Penyidik Khusus dengan anggotanya yang berisi tujuh anggota pilihan.
Di ketuai oleh Lee Jihoon. Lelaki berpostur mungil namun kekuatan fisik maupun otaknya tidak perlu di ragukan lagi. Tatapannya dingin sedingin es di kutub selatan tapi sebenarnya dia pribadi yang baik. Dia adalah sosok ketua yang begitu tegas dan galak. Sedikit tidak sinkron memang antara wajahnya yang menggemaskan dan wibawanya sebagai pemimpin. Ketua yang menyebalkan dengan kepala batunya tapi juga sosok yang menggemaskan bila di perhatikan lebih lagi. Jihoon ini hampir ahli di segala bidang.
Kedua ada Yoon Junghan. Sebagai anggota tertua wajahnya terlalu cantik. Laki-laki ini bertugas sebagai ahli penyamaran di Tim. Dianggap sebagai anggota yang paling penting dan berbahaya karena ia juga merupakan seorang Informan dan tenaga IT terbaik bersama Wonwoo. Tambahan, laki-laki berambut panjang ini sangat ahli merakit senjata.
Selanjutnya ada Wen Junhui. Polisi asal China yang sangat ahli dalam bermain pedang. Direkrut langsung oleh Jenderal Polisi Korea Selatan yang melihat kemampuannya sungguh luar biasa. Junhui juga jago bela diri tapi lebih fokus mengembangkan keahliannya bermain pedang dan berbagai senjata tajam lainnya.
Lalu yang juga dari negeri tirai bambu, Xu Minghao. Seorang lelaki polos yang menggemaskan tapi sayangnya dia bisa saja menghabisimu dengan jurus-jurus Wushunya. Lelaki dengan potongan rambut bagai boy group ini sangat menguasai bela diri Kungfu, Wushu, juga Wingchun. Dan baru-baru ini ia juga mengembangkan kemampuan dalam bermain Anggar bersama Junhui.
Kemudian ada Kim Mingyu. Lelaki tinggi, tampan, tegap, berwibawa dan juga seorang penembak jitu terbaik yang dimiliki Korea Selatan. Itu katanya sendiri. Tapi memang benar, Kim Mingyu memang memiliki kemampuan menembak yang sangat luar biasa. Bahkan hanya berbekal sebuah pistol biasa dia mampu melumpuhkan lawan yang bergerak gesit menghindari polisi. Jenderal Polisi tentu saja tanpa ragu langsung merekrutnya untuk masuk dalam Tim Khusus ini. Dan juga tidak menolak begitu Mingyu berniat meminang putra angkatnya yang bernama Jeon Wonwoo.
Jeon Wonwoo. Calon menantu keluarga Kim ini adalah pemanah dan informan Handal dalam Tim. Bersama Junghan, ia bekerja sama menyamar dan mengumpulkan informasi dengan begitu halus. Kemampuan membidik lawannya sangat mencengangkan. Walaupun dia lebih sering bermain di balik layar namun begitu lelaki manis ini mengeluarkan busurnya, maka ia tidak akan segan memanah lawannya hingga mati di tempat. Anak angkat dari pasangan Jung Yunho dan istrinya Kim Jaejoong. Jung Yunho sendiri adalah Jenderal Polisi Korea Selatan. Bapak seluruh polisi yang ada di Korea Selatan ini.
Dan terakhir, Kwon Soonyoung. Taekwondo, Karate, Capoeira, dan Hapkido adalah seni bela diri yang sangat di kuasainya. Kekuatan utamanya terletak pada kedua kakinya. Sedikit berbeda dengan Minghao yang mengandalkan kekuatan tangan juga beberapa senjata. Soonyoung lebih sering melumpuhkan lawan dengan tangan kosong. Lelaki tampan bermata sipit ini juga lihai menari dan tidak jarang memadu padankan keahlian bela dirinya dan tarian yang -kalau saja tidak di gunakan untuk menumbangkan lawan- terlihat begitu memukau.
Satu Tim. Tujuh anggota dengan kemampuan luar biasa, wajah tampan memukau lawan jenis, juga dikenal dengan sebutan flower boy kepolisian. Silakan beri tepuk tangan untuk Jenderal Kepolisian yang sudah merekrut mereka semua.
Bagaimana para polisi ini menuntaskan kasus? Kisah cinta yang meliputi, kerasnya dunia kriminal dan tersangka tidak terduga.
Kill 'em With Kindness vs Turn Back Crime!
GAME OVER.
.
.
.
.
.
-TBC-
Done.
[16.04.16 - 23.04.16]
21.40 pm
