Summary : Kuchiki Rukia, berdoa pada Tuhan agar diberi pacar yang sesuai harapannya. Kurosaki Ichigo, dikutuk oleh penyihir jahat dan berdoa pada Tuhan agar segera mendatangkan jodohnya. Tetapi Tuhan memang selalu memiliki banyak cara untuk mengabulkan keinginan hambanya…
Bleach © Tite Kubo
.
.
Jodohku? © Alexandra
.
.
A/N : Cerita ini merupakan fict pertama saya, jadi mohon bimbingannya dan mohon maaf bila terdapat banyak kesalahan. Terima kasih.
Happy Reading, everybody!
*Chapter 01*
Kerajaan Seireitei, Tahun 1600…
Kelahiran seorang anak dari Raja dan Ratu, merupakan sebuah hal yang sangat ditunggu-tunggu oleh seluruh penduduk Kerajaan Seireitei. Seluruh penduduk kini berkumpul di halaman depan istana, karena anak pertama dari Raja dan Ratu mereka telah lahir dengan selamat. Para penduduk diundang untuk menghadiri sebuah pesta untuk merayakan kelahiran sang pangeran.
Raja, Ratu, dan seluruh penduduk bersuka cita dalam acara tersebut. Ada yang makan, minum, mengobrol, bernyanyi-nyanyi, dan sebagainya. Namun, kegembiraan itu tidak berlangsung lama karena tiba-tiba angin bertiup kencang, petir menggelegar dan sebuah asap hitam pekat muncul di hadapan Raja dan Ratu.
Perlahan-lahan wujud dari asap itu muncul, dan tampaklah sesosok wanita dengan jubah hitam dan rambutnya diikat ekor kuda. "Hahahahaha…." Tawa membahana dari wanita itu terdengar begitu keras. "Kalian… Kenapa tidak mengundangku, hah?!" Teriak wanita itu.
Wanita dengan jubah hitam itu adalah Yoruichi Shihouin, seorang penyihir yang terkenal dengan aliran gelapnya. Dia tinggal jauh dikedalaman hutan terlarang, dan tak ada seorang pun yang berani memasuki kawasan hutan tersebut. Konon katanya, hutan tersebut telah merenggut banyak nyawa penduduk yang nekat memasukinya.
Penyihir itu menatap tajam Sang Raja dan Ratu. "Jawab! Kenapa aku tidak diundang?! Apakah seburuk itukah aku, hingga kalian tidak mengundangku di acara bahagia seperti ini?" Amarahnya meledak-ledak, sepertinya dia tidak terima karena menjadi satu-satunya yang tidak diundang.
Sang Raja menjawab, "Maafkah aku, Yoruichi, tetapi bukankah aku sudah mengundang seluruh penduduk? Itu berarti kau juga termasuk." Ujarnya tenang, berusaha untuk meredakan amarah Si Penyihir.
Yoruichi mendengus, "Kenapa kau tidak mengatakannya langsung padaku? Aku ini pemimpin di wilayahku. Kau tidak menghargaiku?!" Hardiknya, masih tidak terima. "Apa kau gila? Tidak ada seorang pun yang bisa pergi ke hutan terlarang! Salahmu sendiri tinggal di tempat seperti itu!" Kata Raja.
Hening sesaat, kemudian Yoruichi berkata, "Baiklah, Baik. Aku akan pergi dari sini saja, tampaknya aku tidak diterima disini." Yoruichi memejamkan mata, "Aku akan mengutuk anak ini. Anak ini tidak akan mendapatkan jodohnya untuk melangsungkan pernikahan!" Lanjutnya, dia sudah membuka mata dan kali ini berkata dengan suara lebih keras.
Kontan saja semua yang hadir disana membelalakkan mata tidak percaya. Bagaimana bisa seorang penyihir menjatuhkan kutukan kepada seorang bayi yang bahkan mengingat saja belum bisa. "Jangan macam-macam kau, penyihir jahat!" Sang Raja berteriak dengan lantang, merasa tidak terima dengan kutukan yang dilayangkan kepada anaknya.
Yoruichi menutup matanya lagi, kemudian mulutnya berkomat-kamit seperti sedang merapal mantra. Dari tangan kanannya mengeluarkan cahaya, yang segera berubah bentuk menjadi sebuah pedang. "Hahaha, pedang ini akan kutancapkan disini. Dan sudah ku beri mantra yang sangat kuat. Siapa yang bisa mencabut pedang ini, maka dialah yang akan mematahkan kutukan bocah itu. Tetapi, tidak semudah itu anakmu mendapatkan cintanya. Akan ada banyak halangan dan rintangan. Hahahahahaha…"
Setelah tertawa dengan begitu keras, Yoruichi merubah dirinya menjadi seekor kelelawar hitam besar dan pergi meninggalkan istana tanpa menghiraukan teriakan dan sumpah serapah dari bawahnya.
Raja, Ratu, dan seluruh penduduk merasa bersedih atas apa yang menimpa pangeran mereka.
"Bagaimana ini, suamiku? Anak kita tidak akan mendapatkan jodohnya dan tidak akan bisa meneruskan keturunan." Sang Ratu berujar sedih, diiringi dengan isak tangis. Sang Raja merangkul pundak istrinya sambil meremasnya pelan, bermaksud untuk menguatkan. "Jangan khawatir, istriku. Kita akan menemukan gadis yang bisa mencabut pedang itu dan mematahkan sihir wanita busuk itu." Kata Sang Raja bersungguh-sungguh.
~oOo~
Karakura, Tahun 2013.
Rukia's POV
"Rukia, lihatlah ini, produk kecantikan yang katanya bisa mempercantik wajah dan membuat wajah bening putih merona!"
"Rukia, cicipi ini, kue buatanku yang tidak kalah lezat dengan yang ada di toko kue!"
"Rukia, cowok ganteng! Cowok ganteng!"
"Rukia! Rukia! Rukiaaaa….."
Arrrgghhh! Kenapa sih mereka itu teriak-teriak terus! Aku lelah, tahu! Setiap hari kerjanya teriak-teriak. Lama-lama kupingku tumbuh kuping baru, nih!
Oh iya, biar aku perkenalkan diriku dulu. Namaku Kuchiki Rukia. Aku hidup berempat dengan ibu dan kedua kakak tiriku. Orang tua kandungku sudah lama meninggal. Pertama ibuku, meninggal ketika melahirkan aku. Sepuluh tahun kemudian, ayahku menikah dengan seorang wanita yang berhati lembut, sangat baik dan ramah. Anaknya ada dua, perempuan semua. Tetapi mereka juga berbeda ayah, jadi marga mereka berbeda-beda. Tetapi sayang, saat aku berusia tiga belas tahun, ayahku meninggal karena kecelakaan. Sekarang usiaku enam belas tahun.
"Hei, Rukia, lihatlah katalog ini! Ini merek kosmetik terkenal, loh. Dan aku jamin wajahmu yang dekil itu pasti akan terlihat cantik kalau memakai ini." Huh, kakak tiriku yang tertua sangat cerewet sekali, namanya Matsumoto Rangiku. Kalau tidak seputar kosmetik, fashion, ya cowok ganteng dan kaya yang dia bicarakan. Beda lagi dengan kakak tiriku yang kedua.
"Rukiaaaaa, aku baru saja membuat kue yang lezat dan tidak kalah dengan kue yang ada di toko kue! Sini, cobalah satu." Tuh kan, baru juga dibicarakan, sudah muncul batang hidungnya. Panjang umur sekali.
Namanya Hinamori Momo, sangat suka membuat kue dan sangat suka memberiku uang jajan. Kadang kalau sedang ada maunya, aku akan membantunya membuat kue. Tidak sepenuhnya membantu sih, hanya duduk diam di meja sambil memperhatikannya, itu sudah masuk hitungan membantu, kan? Membantu dengan doa maksudku, agar kuenya cepat matang. Setelah selesai, aku tidak hanya dapat kue enak, tetapi juga uang jajan darinya. Asyik, kan!
Hm, kemudian ada ibu tiriku, namanya Unohana Retsu. Sifatnya sangat lembut, berbeda sekali dengan anak-anaknya ini. Masakannya sangat lezat, dan tidak ada tandingannya! Bahkan, aku dan kakakku sering berebut lauk pauk. Rasanya sayang kalau piringnya dicuci, inginnya aku makan saja sekalian beserta sisa-sisa bumbunya, soalnya masakan ibuku benar-benar lezat!
Kata orang, aku ini sifatnya cuek dan agak tomboy. Huh, aku ini hanya menjadi diriku sendiri yang apa adanya. Toh wajahku sudah cantik begini, untuk apa aku bersolek layaknya Kak Rangiku atau yang lainnya? Yah, meskipun tercantik diantara teman-temanku sih, habisnya temanku laki-laki semua.
End of Rukia's POV
Sinar matahari menyelinap masuk ke kamar seorang gadis, membuatnya mengerjapkan mata dan membangunkannya dari mimpi indah. Menguap lebar dan menggaruk kepalanya hingga rambut menjadi kusut, kemudian bangkit dari posisi tidurnya yang menyerupai katak bermain bola.
Tok tok tok…
Pintu kamarnya diketuk tiga kali.
Dok dok dok dok dok dok…
Terdengar ketukan pintu yang lebih panjang dan keras dari sebelumnya. Tetapi Si Gadis masih enggan menanggapi.
Duar duar duar duar duar duar….
"OIIII, RUKIAAAA! CEPAT BANGUN DAN BERSIAP-SIAP KE SEKOLAH! ATAU AKU HANCURKAN PINTU KAMARMU DAN KUSERET KAU!" Teriakan Rangiku menggema di seluruh penjuru ruangan. Teriakannya baru berhenti ketika adiknya menjawab 'iya' dengan makna ambigu, antara 'iya akan bangun' atau 'iya silahkan hancurkan pintunya'.
Menghela napas, kemudian beranjak dari tempat tidurnya. Tetapi apa daya, nasib berkata lain. Kakinya tersandung selimut, dan…
Gedebruaaaakkkk!
…Punggungnya mendarat lebih dahulu dari pada kakinya.
Sedikit meringis, Rukia berusaha berdiri dengan sisa-sisa jiwanya yang sempat tercecer karena jatuh dengan tidak elit. "Adududuh, sial sekali aku hari ini, punggungku rasanya mau patah." Sang Gadis terus menggerutu sambil menyiapkan dirinya untuk segera berangkat ke sekolah.
Tiga puluh menit kemudian, Rukia turun dengan seragam lengkapnya dan bersiap untuk sarapan bersama kakak dan ibunya. Selesai sarapan, Rukia segera meninggalkan rumah setelah mengucapkan salam.
Biasanya dia berangkat sekolah dengan menggunakan bus, kemudian duduk di kursi penumpang di pojok paling belakang. Menuntut ilmu, setelah selesai dia kembali ke rumah, mendengar celotehan super riang dari kakak-kakaknya, begitu terus setiap hari. Sebenarnya, Rukia sangat ingin memiliki pacar. Rukia sendiri juga dikelilingi banyak laki-laki, tetapi tidak ada yang memenuhi syarat. Sudah dekil, kantong kering, hobi berantem lagi. Bukannya bermaksud bagaimana, tetapi jaman sekarang cewek cenderung memilih cowok yang kalau tidak ganteng, minimal dompetnya berisi, lah. Lumayan buat pamer dengan teman-teman (tentu saja kata Rangiku, siapa lagi?).
Pulang sekolah, tidak seperti biasanya, Rukia memilih untuk jalan kaki. Alasannya sih supaya sehat, padahal alasan sebenarnya kantong sedang sekarat. Di jalan, dia terus memikirkan pacar impiannya. Dalam hati dia berdoa, "Tuhan, berikanlah hambamu yang malang ini pacar yang ganteng, banyak uang, dan memiliki jabatan penting di negaranya. Lumayan untuk pamer dengan Kak Rangiku." Selesai mengucap doa, Rukia mengusap wajahnya seraya menggumamkan 'amin'.
Rukia tidak pernah tahu, kalau doanya akan segera dikabulkan.
~oOo~
Kerajaan Seireitei
Seorang pemuda tampak sedang duduk di beranda kamar pribadinya. Cuaca siang hari yang panas tidak menghalanginya untuk tidak beranjak dari tempatnya. Usianya sudah menginjak dua puluh tahun, tetapi dia belum juga mendapatkan kekasih. Huh, padahal teman-temannya yang lainnya sudah mendapatkan pacar. Kurosaki Ichigo, nama pemuda itu, kini sudah tumbuh menjadi pemuda dengan paras rupawan, bertubuh tinggi tegap lengkap dengan otot-otot tubuh yang tercetak sempurna. Dia juga adalah pewaris tahta kerajaan. Kalau kata Rangiku sih, paket lengkap plus plus.
Sepertinya kutukan dari penyihir jahat itu masih setia menemaninya, sehingga dia kesulitan untuk mendapatkan kekasih. Padahal, syarat utama untuk menjadi raja dan menggantikan ayahnya adalah dia harus menikah terlebih dahulu! Payah!
Setiap hari, ayahnya mengundang gadis-gadis baik anggota kerajaan maupun rakyat biasa, untuk mencoba mencabut pedang terkutuk itu, tetapi hasilnya nihil. Tidak satupun diantara mereka bisa mengangkatnya. Ichigo sempat takut juga, jangan-jangan perawan tua juga ikutan lagi!
Mengerang frustasi, Ichigo mengacak rambutnya kemudian memikirkan usulan temannya yang menurutnya patut dicoba disaat terdesak seperti ini.
Flashback on
"Hei, Ichigo, aku sudah mendapatkan kekasih baru, padahal baru kemarin aku putus dari Makino! Hahaha." Kata Abarai Renji, sahabat Ichigo.
Ichigo mendengus, "Jangan pamer, kau. Sebentar lagi juga aku akan mendapatkan kekasih yang tidak kalah dari milikmu." Ujarnya sebal.
Renji mengangkat alisnya, "Bukankah belum ada gadis yang sanggup mengangkat pedang itu, huh?" Ichigo merasa emosinya naik sampai ke ubun-ubun, tersinggung dengan ucapan Renji.
"Apa maksudmu, huh? Kau mau menghinaku?!" Sahutnya tidak terima. Renji segera mengibas-ngibaskan tangannya di depan dada. "Tidak, Ichigo. Sama sekali tidak. Aku hanya tidak habis pikir, mengapa kutukan itu kuat sekali. Kan sudah bertahun-tahun lamanya." Ujar Renji.
Ichigo hanya memalingkan wajahnya, tampaknya emosinya masih belum reda. Renji menjentikkan jarinya, "Kenapa kau tidak meminta pada Tuhan saja? Orang bilang, jodoh ada di tangan Tuhan, kan?"
Kali ini Ichigo tidak menanggapi. "Coba saja Ichigo, tidak ada salahnya mencoba, kan?" Renji terus saja mendesak Ichigo.
Ichigo masih tidak menanggapi, kemudian dia beranjak menuju kamar pribadinya.
Flashback off
Ichigo kembali mengingat percakapannya dengan Renji pagi tadi. Dia menutup mata, kemudian memanjatkan doa.
"Tuhan, berikanlah aku jodoh. Kirimkanlah gadis yang bisa mencabut pedang itu, entah bagaimana caranya. Aku pasti akan menikahinya. Amin."
Ichigo membuka kembali matanya, tampaknya dia benar-benar berharap doanya terkabul. Dirasa udara yang semakin panas, dia segera beranjak untuk menjalankan kegiatannya seperti biasanya.
Dan seorang Kurosaki Ichigo tidak pernah tahu, doanya akan segera dikabulkan.
To be continued…
A/N : Ini dia chapter satunya, maaf ya kalau jelek dan banyak kesalahan. Hehe. Tapi saya akan berusaha untuk memperbaikinya kok. Terima kasih sudah bersedia membaca, dan mohon review ya, biar saya bisa tahu dimana letak kesalahannya. Oh iya, sebaiknya fict ini masuk dalam genre apa ya? Saya kurang paham masalah penggolongan genre. Mohon pendapatnya ya, silahkan sampaikan di kotak review. Terima kasih!
