[PROLOGUE]

.

"Kurasa aku tidak perlu menanyakannya tapi aku penasaran, apa yang kalian ketahui tentang keluarga?"

.

"E-eto~ keluarga itu yang selalu bersamamu dan berbagi suka duka dengan caranya sendiri."

"Keluarga itu yang mendukungmu ketika terjadi masalah."

"Maa... maa... keluarga itu pendukung setia dari belakang, kan?"

"KELUARGA ITU KUMPULAN ORANG-ORANG KYOKUGEEEEEN~!"

"Are~ apakah keluarga itu rasanya manis?"

"Keluarga itu... hmm... kamikorosu!"

"Khufufufu~ beneran nih mau tahu keluarga itu apa?"

.

*twitch*

DOR!

.

.

Disclaimer:

All of KHR characters and their characterizations are belongs to Amano Akira-sensei

All stories contain belongs to KareshiKanojo

Genre:

Random

Pairing:

None, unless the author change their mind *peace*

Rate:

T – T+

Title:

When It Comes

Warning:

May(be) AU, may(be) fail, may(be) OOC, may(be) typo a lot, may(be) you're gonna NOT enjoying this whole stories until the end and no Reborn in this story, sorry

.

I'VE WARNED YOU

.

.

.

Sweet Orange, Sexy Red, and Romantic Blue

.

Ada kalanya menjadi trio bodoh itu menyenangkan, terlebih ketika melihat dua orang yang lainnya begitu populer di kalangan kaum hawa. Ya... kau tahu, trio bodoh. Terdiri dari Sawada Tsunayoshi, Gokudera Hayato, dan Yamamoto Takeshi. Meskipun terkadang selalu monoton, namun tetap saja ketiganya mendapatkan kejutan-kejutan kecil dibalik hari yang mereka lalui. Sebut saja dengan keberuntungan dan selebihnya justru kesialan.

Kenapa seperti itu?

Katakanlah jalan ceritanya seperti ini.

Si pendek bersurai brunette jabrik tengah tersenyum akibat percekcokkan yang terjadi antara si surai putih silver dan si surai raven jabrik di tengah-tengah jalan pulang dari sekolah. Masalahnya sederhana, si surai raven jabrik mendapatkan sebuah surat di lokernya.

Eh? Itu normal bukan?

Ya, cukup normal. Lalu seharusnya mereka berdua tidak bertengkar mengenai hal tersebut. Tapi sikap Yamamoto lah yang membuat Gokudera naik pitam sekarang ini, karena si yakyuu-baka itu malah cengar-cengir sembari melambaikan isi surat yang penuh dengan tulisan dari darah. Bukan dari pena bertinta merah maupun pewarna merah lainnya, namun benar-benar darah yang sudah mengering beberapa saat lalu. Cukup dari baunya saja si tako-atama langsung memahaminya, begitu pula dengan Tsuna yang mengangguk mengiyakan keterangan Gokudera.

"Maa...maa... Gokudera-kun, tenanglah. Ini hanya surat." Senyum a la Yamamoto terpancar jelas.

"Tenang bagaimana? Itu ditulis memakai darah, yakyuu-baka! Peka sedikit dong."

"Su-sudah, teman-teman. Jangan bertengkar."

Tsuna menggigit bibir bawahnya perlahan, tentu saja ia sekarang memposisikan dirinya antara kedua sahabatnya yang bertolak belakang secara sifat itu. Iris brunette-nya dalam hitungan detik melihat Gokudera dan Yamamoto bergantian, sementara otaknya dipenuhi pikiran mengenai surat aneh di genggaman Yamamoto.

"JUUDAIME, tolong jangan halangi saya. Akan saya hajar si yakyuu-baka, semoga dengan begitu otaknya akan bisa berfikir jernih."

Yamamoto tak menjawab sedikitpun, justru senyuman bodohnya berkembang menjadi kekehan kemudian disusul suara tertawa yang membahana. Langit sore rupanya ikut senang dan hembusan angin yang sepoi-sepoi membuat suasana yang 'agak panas' tadi sedikit mereda. Si surai putih silver itupun menghela nafas panjang, tahu dirinya takkan pernah bisa menang melawan si surai raven jabrik yang memang kelewat bodoh. Sama sepertinya (dari sudut pandang berbeda).

"Tapi... kenapa penulis surat itu memakai darah? Jangan-jangan, karena gadis itu tergila-gila dengan Yamamoto-kun?"

"Wow JUUDAIME, anda memang cerdas. Saya bangga menjadi tangan kanan anda!"

Pemuda pindahan dari Itali tersebut segera bersimpuh, membuat Tsuna harus menahan malu karena beberapa pejalan kaki yang melewati jalan yang sama mau tak mau menyaksikan secuil adegan drama roman picisan. Yamamoto sendiri masih terkekeh antara surat aneh dan aura telenovela yang terpatri melalui iris raven miliknya itu, dan pada akhirnya Yamamoto menangkap sekilas sesuatu yang sedikit mencurigakan dalam surat yang sedari tadi dipegangnya.

"Aa~ kurasa penulis surat ini bukan seorang gadis."

Gokudera memicingkan matanya ke arah Yamamoto, dan Tsuna hanya mengerutkan dahinya tak paham. Entah Yamamoto harus dibilang smart atau idiot ketika hal-hal semacam ini terjadi.

"Apa maksudmu, yakyuu-baka?"

"Lihatlah ini, Gokudera. Tulisan yang acak-acakan seperti ini bukan tulisan tangan seorang gadis."

"Coba aku lihat..." Tsuna mengambil surat aneh itu dari tangan Yamamoto dan menelitinya sebentar, "Hmm... iya juga, tulisan semacam rumput ini tidak mungkin berasal dari jari perempuan." Lanjut si brunette jabrik sambil mengangguk tanpa sadar.

"Maa... maa... benar kan apa yang kukatakan?" tanya Yamamoto penuh ragu, namun ekspresi di wajahnya memancarkan bahwa ia puas karena masalah darah di atas secarik kertas menurutnya sudah usai.

"Bolehkah saya melihatnya, JUUDAIME?" pinta si iris light green yang membuat Tsuna mengalihkan surat itu dari tangannya ke Gokudera.

Gokudera segera membaca isinya...

.

Apa yang kalian ketahui tentang keluarga?

Kalian tidak mengerti apapun, itu hanyalah sebuah definisi...

Dan hari-hari kalian sebagai apa yang kalian sebut dengan keluarga akan berakhir...

Bersiaplah menyambut kedatanganku yang penuh cinta ini.

AoDea

.

Jeda sejenak, otak cerdas Gokudera mencoba menganalisa apa maksud dan tujuan si pengirim surat. Tapi yang pasti sekarang ini jalan pikirannya sedang buntu dikarenakan urusan lain, yaitu nama penulis surat.

"AoDea? Nama yang unfamiliar sekali. Hmm... atau bisa jadi itu hanya sebuah anagram, tapi tidak mungkin. OH! Saya paham JUUDAIME! Pasti AoDea adalah nama sesosok alien, itu sudah jelas!"

"Hahaha... kau sungguh lucu, Gokudera."

Alis pemuda bersurai putih silver tersebut berkedut, rasanya ia ingin menyumpal mulut si baseball maniac dengan sejumlah batangan dinamit yang berada dibalik jas sekolahnya. Sayangnya, ia terpaksa harus menahan keinginan untuk membunuh mengingat Tsuna berada di tengah-tengah antara dirinya dan Yamamoto. Gokudera terdiam.

"A-ano Gokudera-kun... alien itu fiktif, jadi tidak mungkin makhluk seperti mereka ada di dunia ini kan?"

"Tapi JUUDAIME...?"

"Maafkan aku, Gokudera-kun... tapi alien, UFO, dan hal-hal semacamnya tidaklah nyata bagiku."

Bagai tersapu badai, orang yang dipujanya berkata demikian. Ah... segumpal asap putih melayang ke atas langit dari dalam mulut Gokudera yang menganga. Kasihan.

"Maa... maa... kalau begitu surat ini biar aku saja yang simpan, dan kita tidak usah memikirkannya terlalu serius. Bisa-bisa kepala kita nanti jadi botak, hahaha..."

"Ide bagus!" teriak Tsuna dan Gokudera bersamaan, disaksikan oleh senyuman mentari yang pelan-pelan mulai beranjak dari kursi tahtanya untuk menenggelamkan diri.

Tak jauh dari tempat ketiganya berjalan menyusuri jalanan menuju ke rumah masing-masing, kelebatan sesosok makhluk siluet membagi tubuhnya menjadi tiga dimana setelahnya makhluk menyerupai puding hitam tersebut masing-masing menembus kepala trio bodoh itu dan membuat mereka terjatuh tak sadarkan diri.

.

.

Active Yellow and Blithe Green

.

Seperti biasa... sehabis sekolah usai, ketua boxing club di sekolah menengah Namimori tengah melakukan pemanasan yang kadang kala terlihat tak lazim bagi banyak orang yang 'normal'. Dua buah ban truk gandeng (yang entah didapatkan darimana) segera diikat menggunakan tali tambang (yang entah dapat darimana juga), setelah itu barulah dikaitkan ke pinggang si ketua. Namanya Sasagawa Ryohei, siswa-siswi di SMP Namimori sangat mengenalnya berkat teriakan kyokugen miliknya.

Beberapa menganggap suara lantang Ryohei sebagai hal yang biasa, selebihnya tak sependapat.

Yah... anggap saja itu sekedar info kilat, bahkan si penggila boxing itupun tak mengeluarkan reaksi apapun mengenai kebiasaan aneh yang dideritanya. Terlebih ketika ia kini harus menyeret dua ban yang lebih besar dan berat daripada ban mobil hanya dengan kekuatan semangatnya plus kata-kata kyokugen-nya.

"Niichan!"

Seorang gadis manis bersurai pendek brown yellowish tengah memanggil Ryohei dari pinggir lapangan dan berupaya menghentikan kegiatan sang kakak. Tampaknya ia membawa sesuatu, namun si surai perak jabrik sama sekali tak mendengarkan suara adik manisnya yang sedari tadi memanggil-manggil.

"Ah... mungkin niichan sedang berkonsentrasi." Ujar Kyoko pada dirinya sendiri, "Sebaiknya aku tunggu niichan disini saja."

"Wohaaaa~~ apa itu? Lambo-san mau lihat!"

Seorang bocah bersurai dark afro dengan tanduk dan baju motif totol sapi kini melambai-lambaikan sebuah surat yang tadi diambilnya secepat kilat dari tangan Kyoko, membuat gadis itu terkejut.

"Lambo-chan, tolong kembalikan. Surat itu untuk niichan."

"Nyahahaha... Lambo-san tidak akan kembalikan, ini surat milik Lambo-san."

"Lambo-chan, onegai~" pinta Kyoko memelas.

Bocah kecil dan nakal itu malah berlari ke tengah lapangan, tanpa sengaja ia bertubrukan dengan Ryohei yang notabene tengah berlari sembari menarik double ban yang tampaknya begitu berat ditarik seorang diri bagi orang normal. Ah... bisa dikatakan bahwa seorang Sasagawa Ryohei adalah manusia yang jauh dari kata normal, plus Lambo dengan caranya sendiri.

Untung hanya kedua jidat mereka yang saling berpapasan.

Kalau dagu dan bagian atasnya sedikit?

Lupakan itu, sekarang fokus kembali kepada dua makhluk malang yang sama-sama memang tidak peka akan keadaan sekitar akibat mengalami kehebohan di waktu yang sama dan tempat yang sama pula. Kyoko mendekati keduanya yang jatuh tersungkur bersamaan dengan wajah penuh rasa cemas.

"Huwaaaaa~ sakiiiiiiittt!" jerit Lambo manja.

"Sakitnya KYOKUGEEEEEEENNN!" balas Ryohei bersama kepalan tangan kanannya yang mengarah ke langit sore.

"Kalian berdua tidak apa-apa kan? Lambo-chan? Niichan?"

Hah?

Pandangan si surai putih pendek dan si surai dark afro sekarang tertuju kepada Kyoko, mereka baru menyadari bahwa keberadaan gadis manis tersebut diakibatkan oleh perbuatan mereka berdua.

"Ada apa Kyoko?" suara lantang Ryohei tiba-tiba melunak.

"Niichan baik-baik saja kan? Jangan terlalu keras berlatih, nanti niichan bisa sakit. Lambo-chan juga jangan nakal ya? Oh iya, tadi di dalam loker sepatuku ada sebuah surat untuk niichan."

"Pasti surat cinta, KYOKUGEN!"

"Ne... ne... apakah surat cinta itu manis?" tanya Lambo watados sembari mengulum bongkahan permen rasa lemon, kemungkinan ia sudah lupa akan rasa sakit yang bersarang di dahinya.

"Umm... Lambo-chan. Bisakah Lambo-chan bermain sebentar di sebelah sana?"

Lambo yang memang rasa penasarannya tergelitik berkat arah ujung jari telunjuk Kyoko yang lentik itu, segera menolehkan kepalanya ke titik pusat yang tengah ditunjuk oleh gadis manis bersurai pendek brown yellowish dan mendapati hal yang membuat mulutnya menganga. Matanya berbinar.

Oh ya ampun, ia sangatlah imut.

Di pojokan lapangan, berdiri trio bodoh yang sedang melambaikan tangan mereka ke arah Lambo, Kyoko, dan juga Ryohei tentu saja. Tapi yang dilihat bocah sapi itu bukanlah ketiganya melainkan apa yang berada di dekatnya.

Kembang api.

Ah... sudah musim panas?

Lho? Memangnya sekarang bulan apa?

"Woy baka-ushi. Ayo kesini!"

Suara Gokudera –yang dicap sebagai salah satu dari trio bodoh– terdengar sayup-sayup namun masih bisa didengarkan dengan baik dari sisi lapangan yang lain dimana hanya tinggal pasangan kakak-adik Sasagawa disana. Lambo? Jangan tanya. Ia sudah lebih dulu berlari ke arah kawanan Tsuna, Gokudera, serta Yamamoto yang tersenyum kepadanya.

"Heh, tumben si tako-atama riang begitu menghadapi bocah aneh berkostum sapi itu. Sangat tidak kyokugen."

"Niichan, suratnya hilang."

"Surat apa, Kyoko?" Ryohei memandang lekat-lekat wajah adiknya yang tampak kebingungan, ia sepertinya lupa.

"Tadi aku sudah bilang pada niichan soal sebuah surat yang ada di lokerku, tapi tulisan kepadanya justru untuk niichan. Dan sekarang surat itu entah hilang kemana."

Belum beberapa lama, secara aneh bin ajaib sebuah amplop putih bertuliskan 'Kepada: Mr. Sasagawa Ryohei' mendadak muncul di atas tangan Kyoko.

"Wow! KYOKUGEEEEEEENN!" teriak si kakak.

"Da-darimana datangnya?" Kyoko sedikit panik, "Apa kita harus membukanya?"

Seolah tahu apa yang sedang dipikirkan oleh Kyoko, Ryohei hanya mengangguk mengiyakan satu kali. Setelah terbuka sempurna, beginilah kira-kira isinya...

.

Maafkan apabila kedatanganku terlalu mendadak...

Kuharap kalian bisa memakluminya sebagai satu saudara...

Tapi bisakah aku mendapatkan sebuah permintaan spesial?

Tidak sulit, sungguh.

AoDea

.

Huh?

Sumpah demi apapun, kedua kakak beradik Sasagawa dalam keadaan tercengang kini. Keduanya tidak mampu berkata-kata apalagi mendeskripsikan hanya empat baris kalimat sebagai surat yang datang kepada mereka.

"Niichan, apa niichan mengerti maksud suratnya? Siapa AoDea itu?"

Ryohei tidak menjawab, ia kini tengah mengacak-acak rambut pendek mencuatnya yang mirip rumput. Bukan karena ketombe, akan tetapi karena otaknya kemungkinan besar hampir shutdown otomatis ketika adik manisnya membutuhkan jawaban pasti. Terlebih, surat itu ditulis menggunakan darah.

Jangan pernah menanyakan itu darah siapa atau darah apa.

"GYAAAAAAAA~ jangan dekati Lambo-san! Lambo-san tidak mauuuuu! Kau bukan bakadera!"

Jeritan yang berbarengan dengan tangisan khas Lambo cukup membahana, mengingat lapangan Namimori seusai sekolah memang sudah lumayan sepi.

Lambo melompat ke arah Kyoko yang menangkapnya dengan sigap, entah dikarenakan sifat keibuannya atau memang karena sudah kebiasaan keduanya. Yang pasti, di mata bocah berbusana serba totol sapi itu, bakadera –Gokudera– yang dilihatnya sekarang bukanlah sosok yang asli. Ada yang aneh. Bahkan kedua kakak beradik Sasagawa pun ikut merasakannya.

"Kyoko, berlindung dibelakangku!" perintahnya sontak sembari memasang kuda-kuda dalam tinju.

"Nii-niichan!?"

"Lambo-san takut!"

Terlambat.

Siluet bayangan hitam kembali muncul dan membelah diri layaknya amoeba, lalu setelahnya tiga bagian itu memasuki masing-masing kepala Ryohei, Kyoko, serta Lambo hingga mereka pingsan tidak berdaya.

.

Tranquil Purple and Mischievous Indigo

.

"HACHIH!"

Seraut wajah tampak cemas melihat raut wajah lainnya yang baru saja menimbulkan bunyi imut namun juga menggemaskan itu.

Chrome –gadis yang tengah bersin untuk kedua kalinya– menahan rasa malu luar biasa ketika Haru –gadis satunya– kini sibuk mengambil beberapa helai tisu berparfum, yang anehnya sama sekali tidak tertawa seperti biasanya.

"HAHI? Chrome-chan baik-baik saja kan, de-su?"

Chrome cukup mengangguk, "I-iya, Haru-san tenang saja."

Dua gadis itu sedang dalam perjalanan pulang dari minimarket saat mereka tidak sengaja bertemu di dalamnya. Chrome berniat membeli macam-macam camilan untuk siapa lagi kalau bukan duo bawahan setia Mukuro di Kokuyo land dan Haru kebetulan ingin sekali membeli produk terbaru lipgloss yang sedang ngetrend tahun ini.

Tunggu, ini tahun berapa?

Oke, lupakan saja.

Kembali ke topik, gadis dengan surai setipe bob curve berwarna ungu dan memakai eyepatch di mata kanannya itu akhirnya berhasil mengatasi bersin yang menyerangnya tiga kali tadi memakai tisu milik gadis bersurai pine cone ponytail.

"Khufufufu~ Chrome-chan, apa kau sakit?"

Telapak tangan seorang pemuda terlihat tengah memegangi dahi Chrome, pemuda dengan potongan rambut yang hampir serupa dengan gadis pemalu tersebut –rambut nanas– sekarang berada dibelakangnya. Tidak diketahui pasti sejak kapan seorang Rokudo Mukuro berada bersama Chrome juga Haru.

"Mukuro-sama?"

"HA-HAHI? Me-mengagetkan Haru saja, de-su."

"Oya... oya... maafkan aku," ucap pemuda beriris heterochrome itu sembari memeluk pinggang Chrome yang berada didepannya, "Kalian berdua darimana? Mau mampir ke SMP Namimori?" ajaknya lagi.

Bukan tanpa alasan, seorang Rokudo Mukuro ingin hengkang secepatnya ke sekolah yang terkenal berkat keberadaan salah seorang di bagian komite kedisiplinan yang membuatnya selalu berdecak kagum tiada henti sewaktu bertemu muka kerap kali. Kemungkinan besar si pemuda berambut nanas itu menyandang title keabnormalan sebagai seorang gay, karena entah mengapa hanya Hibari Kyoya yang terus menerus terngiang di otaknya.

Kedua gadis itu mengangguk bersamaan, tanda setuju.

Sementara itu, di depan gerbang Namimori highschool berdiri seorang pemuda bersurai raven diikuti wajah stoic andalannya yang sering meluluhlantakkan keberanian para siswa-siswi disitu, ditambah dengan jubah hitam a la kostum kebesaran komite kedisiplinan yang memeluk bahunya.

Hibari... Hibari... Hibari...

Seekor burung kecil berwarna kuning cerah tengah memanggil-manggil si empunya nama sambil terbang melayang memutari pemuda bersurai raven itu. Namanya Hibird. Entah kenapa burung itu tidak terlihat takut terhadap prefect yang sudah terlanjur dicap mengerikan oleh seantero penghuni SMP Namimori.

Hibari... Hibari... Hibari...

Lagi.

Namanya dipanggil lagi berkali-kali.

Si pemuda stoic menolehkan kepalanya pada Hibird dengan malas-malasan, dan setelahnya ia membelalakkan matanya. Burung kecil itu terluka, tidak... bukan itu. Bercak-bercak tinta merah menghiasi beberapa spot bulu Hibird, sementara kedua kaki mungilnya mencengkeram sebuah surat. Hibari kemudian mengambilnya perlahan.

"Surat?"

Seolah mengerti apa yang ditanyakan tuannya, Hibird berkicau semakin sering dan berputar-putar semakin cepat mengelilingi kepala Hibari. Pertanda bahwa ia pun tidak tahu. Ia hanya mengambil surat itu dari atas meja komite, entah siapa pelaku yang telah meletakkannya ketika sang skylark tidak ada di tempat.

Rasa penasaran begitu menggerogoti hati dan juga otak cerdasnya, membuat jemarinya terasa gatal serta tak sabaran untuk membuka amplop di tangannya tersebut. Ketika amplop hendak dibuka, justru datang seorang pengganggu yang selalu ia ingat untuk tidak diundang ke SMP Namimori.

"Khufufufu~ surat cinta?"

Hibari menatap lekat-lekat iris heterochrome Mukuro, musuh alaminya, untuk kemudian mendecih sebal. Namun naas baginya, surat itu telah berpindah tempat ke tangan Haru sedetik kemudian. Haru yang memang pada dasarnya seorang gadis kepo, mulai membuka isi amplop itu lalu membacanya keras-keras.

.

1 menjadi kuat dan tak tergoyahkan...

2 kemungkinan linglung atau justru percaya diri...

3 tercerai berai...

Yang manakah dirimu diantara kalian? Pilih dan lawanlah aku!

AoDea

.

"HAHI? Surat aneh apa ini, de-su?" pekik Haru.

"Darah..." gumam Chrome yang rupanya dimengerti oleh Mukuro.

Surat... surat... surat...

Hibird masih terus mengoceh ria, pun sembari mengitari kepala dan juga tubuh majikannya. Sementara Hibari tetap terus mempertahankan raut wajah datar andalannya. Hingga selang beberapa menit berlalu dan masih tidak ada ucapan apapun kecuali kekehan menyebalkan andalan si pemilik manik heterochrome itu.

"Jadi," Hibari mulai angkat bicara setelahnya, "Siapa diantara kalian yang telah berbuat iseng semacam ini padaku, hn? Pasti kau pelakunya." Hardik Hibari pelan sembari mengarahkan pandangannya pada Mukuro, hampir seperti gumaman.

"Khufufufu~ jahat sekali kau menuduhku." Jawab pemuda berambut nanas dengan muka sok polos.

"Mukuro-sama ti-tidak mungkin me-melakukan hal seperti itu." Bela Chrome cepat.

"HAHI? Chrome-chan benar de-su!" Haru ikut membenarkan.

"Kau racuni otak mereka dengan apa, hn?"

Mukuro mengedikkan bahunya bersamaan dengan pandangan heterochrome yang berbinar seolah mengejek Hibari dan ditambah senyuman super menyebalkannya. Sang skylark hampir saja berang, namun sedetik kemudian harga dirinya membuat emosinya stabil kembali.

Bahaya... bahaya... bahaya...

Seketika itu juga, entah mendapat intuisi darimana, Hibari dan Mukuro bergegas melindungi Haru serta Chrome sambil sesekali mengedarkan pandangan waspada. Hanya double tonfa juga trident lah yang menjadi satu-satunya alat komunikasi diantara kedua pemuda itu, mereka mulai bersekutu.

"HAHI? A-ada apa Hibari-san?"

"Mukuro...sama?"

Hening.

Tapi kewaspadaan kedua guardian itu meningkat drastis, seiring ketakutan yang dirasakan oleh gadis bersurai pine cone ponytail dan juga gadis dengan surai setipe bob curve berwarna ungu dan memakai eyepatch di mata kanannya tersebut. Dan memang benar, ketakutan yang menjalari Haru juga Chrome terbukti nyata beberapa detik kemudian ketika teman-teman yang mereka kenali muncul tiba-tiba lalu menyeringai bersamaan dengan pandangan kosong kemudian terkekeh awal mula berganti tawa-tawa kecil yang tidak mengenakkan.

"Kamikorosu!" erang Hibari makin bengis.

"Oya... oya... sungguh cara yang luar biasa licik. Bukan begitu, tuan komite kedisiplinan SMP Namimori yang Agung?"

Bahaya... bahaya... bahaya...

Hibird terus saja berputar-putar, mungkin ia tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Namun sebuah kelebatan bayangan membungkus dirinya sampai burung kecil berwarna kuning itu terhapuskan jejaknya dari udara.

"HIBIRD!" Hibari murka.

"KYAAAAAAAAA~!"

Sontak Hibari memalingkan wajahnya ke belakang, mendapati bagian tengah tubuh Haru terlilit sesuatu berwarna hitam kelam. Begitu pula dengan Mukuro yang tengah sibuk membebaskan gadis –induk semangnya– yang mengalami hal serupa. Sayangnya, lilitan itu semakin mengencang seiring bertambah kerasnya suara tertawa dari teman-teman mereka yang terhipnotis entah oleh siapa, atau mungkin apa.

UHUK!

UHUK!

Kedua gadis itu sama-sama memuntahkan cairan anyir pekat yang sangat segar dari mulut masing-masing, wajah Haru dan Chrome menjadi pucat pasi menahan rasa sakit yang teramat sangat menyiksa keduanya. Setelah itu, Haru dan Chrome pingsan bersamaan dan dua buah bayangan hitam memasuki kepala mereka.

Dua pemuda yang tersisa, mendadak tidak bergerak layaknya patung kesenian di ruang club seni sekolah. Kemana rasa percaya diri juga keberanian mereka?

Ah... sial!

Semua ini terjadi gara-gara surat aneh itu. Lalu, beberapa saat kemudian Hibari dan Mukuro terjatuh dengan suara berdebam di jalanan depan gerbang SMP Namimori ketika dua buah siluet bayangan hitam menghampiri bagian dalam kepala mereka.

.

.

~ Tsuzuku ~


Author's Note,

Arara~ prologue-nya terlalu panjang *baru nyadar*, tapi biarlah... biarlah para pembaca fic ini aja yang bercuap-cuap ria soal panjang prologue yang tak lazim. Bahkan ceritanya aja belum dimulai, dan bahkan cerita ke depannya aja masih dalam 'proses' pembuatan. *nangis ah!* #lho?

Semoga prologue ini gak membingungkan kalian yang telah rela dan sudi membacanya dari awal hingga akhir kalimat, padahal kami sendiri 'agak' kesulitan. *kedip2 akibat mata lelah* #WOY!

Isi suratnya aneh gak? Kami sampai putar otak soal apa yang harus ditulis pada tiga surat sekaligus, tapi harus berkesinambungan. Uff~ otak kami didera 3L jadinya... LAMBAT mengenai plot, LEMBEK tentang konflik, dan LAPAR akan bantuan ide. #dor

Kami juga ingin minta maaf apabila nantinya setelah meng-upload cerita ini, chapter berikutnya bakalan 'ngadat' lama dalam 'proses' pembuatannya, hehe... *worried smile* padahal juga tanggungan fic kami banyak selain yang ini sih... haaah... anggap aja kami cuma pemalas yang membuat fic hanya untuk sekedar bersenang-senang dan mencari teman.

Semoga ada yang berminat dengan fic ini [walau masih prologue]. Kami tunggu reaksi kalian!