Overlapping Worlds - Chapter I

Title: Overlapping Worlds

Pairing: Sehun/Kai

Rating: M

Summary: They live in the same house, in the same space, at the same time. In the same world, but not really.

Real Author: seisdemayo

Translate Author: chanyeolbiceps

Tags: smut exo sehun sekai

Link: .

Don't forget to Review!

.

.

.

.

Overlapping

Worlds

.

.

.

.

Here we go

Sehun terbangun mendengar suara lembut hujan rintik-rintik di luar jendela, beberapa tetes jatuh membasahi beton dibalik dinding kamar tidur Sehun yang luas dan tenang ini. Mentalnya terjaga, ia merasa ada cahaya yang bersinar cerah di balik kelopak matanya yang tertutup, itu membuat dirinya tidak nyaman dan memaksanya untuk terbangun. Ia menggeser posisinya kembali berlawanan arah dengan jendela, melawan sinar matahari yang terang-terangan memasuki kamar tidurnya seperti seluruh dunia adalah kamarnya dan kamarnya sendiri. Ia menyukai sinar matahari, ia menyukai bagaimana mereka membaawa semua warna keluar saat mereka sedang bersinar. Ia suka kehangatan yang diberikan setiap kali ada hujan di hari yang cerah, seperti hari ini, ia secara mental mencatat bahwa dia menyukai itu.

Itu membutuhkan waktu lima menit sebelum dia akhirnya memutuskan untuk bangun dan segera memeriksa waktu. 11:56 Pagi. Ia yakin tidur lebih lama dari biasanya. Di tengah-tengah memperbaiki rambutnya, atau lebih tepatnya mengacak-acak, ia mendengar mesin yang menambah kecepatan dari luar. Ia mengambil kesimpulan dengan cepat bahwa dirinya harus menjadi salah satu pengunjung tetangganya, atau seseorang yang telah pindah di sebelah rumahnya. Pikiran tentang tetangga baru membuatnya gembira, tapi dia melupakan bahwa dia buruk dalam membuat pertemanan. Satu-satunya teman yang ia punya sudah kembali ke China dan mereka tidak bisa saling berhubungan terlalu sering karena mereka akan sibuk dengan sekolah masing-masing. Sementara dia hanya seperti anak pada umumnya yang tidak memliki hal menarik di hidupnya.

Dia akhirnya mengganti pakaiannya dari pakaian tidur menjadi pakaian biasa dan akan meninggalkan kamar tidur ketika seseorang secara kebetulan datang. Atau jadi dia pikir itu kebetulan.

Ada anak laki-laki lain, mungkin hanya beberapa bulan lebih tua dari dia, Tingginya hampir sama seperti dia, dengan kulit warna yang lebih gelap daripada nya, dan rambut sehitam batu bara, berdiri membeku di depan pintu kamar tidur. Matanya membulat dan melebar terkejut, sedangkan Sehun berdiri di seberang ruangan, dengan berekspresi menirukan anak itu.

"Kau siapa-"

"Kau siapa-"

Mereka berbicara di waktu yang sama. Sehun melirik tempat tidurnya, mencari hal-hal yang dapat memahaminya jika anak itu datang mendekat dan tiba-tiba menyerangnya. Dia pernah mendengar tentang hal ini sebelumnya, orang-orang memasuki rumah mu tanpa izin untuk merampok. Tapi di tengah hari ?! Sehun mencoba untuk menenangkan diri di depan anak laki-laki asing di seberang ruangan, mencoba untuk berakting menjadi orang yang kasar tapi dalam kasus ini untuk menakuti dia agar anak laki-laki itu pergi. Namun, anak laki-laki itu hanya menatap dirinya kaget, tak percaya seolah-olah dirinya adalah orang yang seharusnya tidak berada di ruangan. Sehun mengulangi pertanyaannya.

"Kau siapa?" Sehun menuntut

"Kau siapa?" Anak laki-laki itu menjawab dengan pertanyaan yang sama. Dia pasti pulih dari shock karena ia menegakkan postur tubuhnya dan menyilangkan lengannya di depan dada. "Apakah kau orang yang pervert (cabul)?"

Dia memberikan Sehun tatapan yang aneh, dan Sehun tersadar bahwa ia masih memiliki satu lengannya yang belum berhasil masuk ke lengan bajunya, dan yang lain masih setengah jadi, meninggalkan nya secara vertikal alhasil ia setengah topless. Sehun dengan cepat mendorong lengannya ke lengan baju yang lain dan menarik ke bawah kemejanya ke pinggang dengan panik.

"Hanya saja, Kau siapa?" Itu semua yang bisa ia katakan, sementara pipinya menghangat dari pernyataan penyusupnya—yeah anak itu memamg penyusup kan?.

"Aku Kai," jawab anak laki-laki itu, Kai. Dia dengan tenang masuk ke ruangan, memberikan Sehun lirikan penasaran, sementara Sehun tegang, tubuhnya mengikuti kemana pun anak ini, Kai, pergi. Dia berhenti di ujung lain tempat tidur Sehun, langsung berhadapan dengan Sehun.

"Dan kau?" Kai menyela tepat sebelum Sehun ingin mengatakan sesuatu.

"Mengapa aku harus memberitahu mu? Kau seharusnya keluar" Sehun menunjuk ke pintu, tapi dia menyadari ini sudah terlambat, sekarang jarinya mulai gemetar sedikit ketakutan.

"Aku berpikir bahwa kau benar-benar tidak tahu. Kau sekarang berada di kamarku" Kai berkata dengan blak-blakan.

"Kamar mu? Ini kamar ku" Sehun mencoba menenangkan diri lagi.

Dia bisa mengatasi hal ini. Ada seseorang di dalam kamarnya yang sebentar lagi menjadi gila, atau mungkin dia benar-benar gila, tapi dia bisa mengatasinya. Dia tidak akan kehilangan kamar tidurnya untuk seorang aneh yang muncul di pintu seseorang ketika mereka sedang berpakaian. Dia memang seseorang yang pervert, the real pervert, ia berpikir tentang dirinya sendiri dan merasa lebih baik untuk meyakinkan dirinya bahwa the real pervert bukan dirinya.

"Permisi?" Kai terdengar benar-benar bingung. Dan Sehun lebih bingung. "Aku kebetulan hanya bergerak di kasur hari ini dan Kau kebetulan muncul entah dari mana. Di kamar tidur ku, pada khususnya."

Sehun yakin bahwa Kai memang sudah benar-benar gila. Dia tertawa bermaksud mengejek tetapi yang keluar malah seperti tawa gugup. Apakah dia mengatakan dia baru saja pindah hari ini? Oh sial. Dia telah melakukannya. Mata Sehun melebar. Ibunya telah melakukannya.

"Shit!" Sehun mengutuk dan melesat keluar pintu, dia memberikan isyarat kepada Kai untuk menunggu dan diam.

Sehun menekan nomor ke telepon yang ada di dinding dan meletakkan gagang telepon ke telinganya. Dia telah mengatakan bahwa dia menelepon hanya jika ada keadaan darurat, dan sialan, menjual rumah tanpa sepengetahuannya adalah keadaan darurat.

"Apa?" Sebuah suara yang bisa kalian bayangkan memiliki wajah seperti gagak dengan mata tajam. "Aku pikir aku pernah bilang untuk-"

"EOMMA! Eomma menjual rumah?! Kenapa eomma bisa menjual rumah tanpa memberitahuku! Apa yang eomma pikirkan?!" Sehun berteriak pada seseorang melalui telepon, tidak peduli bahwa Kai telah mengikutinya ke ruang tamu.

"Siapa yang bilang eomma menjual rumah?! Kenapa kau menelepon eomma saat ini! Eomma tidak menjual rumah!" Wanita di ujung lain menaikkan nada, dan Sehun harus menarik gagang teleponnya beberapa sentimeter dari telinganya.

"Tapi ada seseorang di dalam rumah hari ini. Dia mengatakan dia baru saja pindah dan ... dan ..." Sehun terhenti. Apa yang dia pikirkan? Sehun saat ini melihat Kai hanya berbaring di sofa. Dia harus benar-benar pencuri, atau bahkan pembunuh, kecuali dia tidak terlihat seperti dari salah satu itu. Tapi tetap saja.

"Lalu singkirkan dia sendiri. Eomma sibuk dengan teman-teman eomma hari ini. Eomma tidak akan pulang. Jangan panggil eomma lagi kecuali kau berdarah. Bye." Nada panggil berubah menjadi tut tut tut dan dia tahu dia tidak sedang telepon lagi.

"Keluar dari rumahku." Sehun berbalik dan menemukan Kai yang sedang nyaman duduk bersandar di sofa.

"Katakan, kau sedang berpura-pura?" Ada hiburan di wajah Kai saat ia melirik Sehun. "Apa yang eomma mu katakan padamu lewat telepon?"

Sehun tidak mengerti pada awal dia menyiratkan apa. Dan kemudian itu memukulnya, dia sebenarnya mencoba untuk berkata bahwa Sehun bertindak seolah-olah ia sedang berbicara dengan seseorang di telepon untuk menutupi kebohongannya? Kebohongan bahwa rumah ini milik dia? Yang benar-benar memang milik dia, dan tidak pernah dalam hidupnya dia akan keliru tentang hal itu.

"Ini adalah rumahku. Eomma tidak mengatakan bahwa dia menjualnya kepada siapapun. Pernyataan mu tidak mendukung, kau gila"

Itu membuat Kai mengecek barang-barangnya ulang, walaupun ia tetap tenang. Ia tiba pagi tadi ke sebuah rumah kosong, ke sebuah rumah yang ia beli sendiri untuk hidup sendiri jauh dari rumah. Dan kemudian anak ini, Sehun, yang secara acak muncul keluar dari kamar tidurnya ketika ia hendak memperbaiki ruangan setelah membongkar beberapa barang-barang nya.

"Kalau begitu, bagaimana kau menjelaskan beberapa hal di sekitarmu?" Kai menunjuk bingkai foto di dinding. Dia bukanlah seseorang yang memasang wajah nya pada barang-barangnya, tapi gambar ini dari dia dan teman-temannya dari rumah dan dia memasangnya di pagi hari kedatangannya.

"Apa? Itu foto ku." Sehun mengangkat alisnya.

"Apa?" Kai mensurvey dirinya dengan matanya. Ini jelas adalah foto dirinya dan teman-temannya, ia telah memasangnya terutama di ruang tamu.

"Ini, adalah fotoku juga." Sehun meraih bingkai foto acak di dinding. "Dan ini adalah ibu ku." Sehun menunjuk bagian atas dinding dengan gambar seorang wanita di usia 20-an. Eomma nya ingin bahwa ada foto dirinya di rumah meskipun dia tidak akan pulang lagi.

Kai mentap kosong pada ruang kosong yang Sehun tunjuk.

"Apa" Mata Kai menggelap. Dia tidak mengharapkan itu terjadi. Apa yang sebenarnya terjadi?

Sehun menarik napas penuh kemenangan sepertinya dia telah membuat Kai tidak bisa berkata-kata. "Jadi apakah kau akan meninggalkan rumahku sekarang?"

Kai menatap Sehun sekali lagi. Kali ini, ia melihat setiap detail dari dia. Matanya, hidungnya, bibirnya, rambutnya, kulitnya, tangannya , lengannya, dan kakinya. Dan itu membuat Sehun merasa tidak nyaman.

"Apa yang masih kau tunggu?" Katanya pelan selagi Kai terus menatapnya.

"Jam berapa sekarang?" tanya Kai.

Sehun menatapnya ganjil tapi tetap melirik jam dinding di belakang Kai.

"Ini 12:10 siang."

Kai menggulung lengan bajunya dan memeriksa waktu. Bunyinya sama, 12:10 siang.

"Tanggal berapa ini?"

"1 Mei."

"Tahun?"

"Ini adalah sebuah kuis atau apa?" Sehun bertanya tak sabar tapi Kai tetap tenang dengan tatapan bingung di wajahnya. Sehun menghela napas dan menjawab, "2012."

"Tidak ada yang salah dengan waktu." Kai bergumam.

"Apa?" Sehun mulai merasa ada keanehan pada anak gila ini dan dia memiliki percakapan dengannya. Dia masih tidak mengerti mengapa dia tidak mendorongnya keluar ke pintu ketika ia memiliki hak untuk itu, tapi ia mengakui bahwa ia mungkin tidak cukup kuat untuk melakukannya . Dia hanya mengikuti tatapan Kai yang melihat ke sekitarnya.

"Apa yang kau lihat di bawah pintu depan?" Kai melemparkan pertanyaan acak lain.

"Sebuah karpet"

"Warna apa?"

"Merah." Sehun cukup bertekad bahwa setelah pertanyaan berikutnya, ia harus menariknya keluar dari rumahnnya sendiri.

Hijau. Kai melihat hijau. "Itu aneh."

"Ya, kau aneh." Sehun menyimpulkan. Kai tampaknya tidak keberatan komentarnya.

"Sekarang, apakah kau akan pergi-" dia akan menariknya keluar tapi Kai menatapnya tiba-tiba.

"Sehun." Sehun berhenti di tengah jalan menuju Kai. Panggilan namanya yang tiba-tiba tentu saja mengejutkannya. Dia memandang lurus Kai yang juga menatapnya.

.

.

.

.

.

.

.

"Apakah kau mati?"

.

.

.

.

.

.

.

To be Continued and Please Review

Kalian juga bisa request fanfict bahasa Inggris yang ingin aku translate kan. Cerita terbanyak yang di request akan aku translate ke Indonesia. Annyong!