TUBUH DAN KEPALA
Cast : EXO Lay (GS), Suho, Sehun, Kai, and Other
Genre : Romance, Supranatural, Slice of Life
Rated : T
Disclaimer : They're not mine. This story is mine.
Summary : "Apa yang bisa kulakukan?" / "Cuma mengantar barang pada seseorang" / Pekerjaan Lay sebagai kurir kadang membuatnya khawatir. / "Aku merindukanmu" / "Kita bertemu setiap hari" / Cerita tentang Dullahan bernama Lay yang sibuk mencari kepalanya di negara orang. EXO FICT. SUHOxLAY, SEHUNxLAY
HAPPY READING (^w^)
Lay, berjalan mengelilingi ruangan tengah apartemen itu. Sudah sekitar setengah jam hanya hal itu yang dilakukannya. Baginya yang diam tanpa melakukan apapun sejak setengah jam lalu ini sudah terasa sangat membosankan.
"Laaayyy~~" suara itu datang dari depan, disusul munculnya seseorang berjas lab panjang berwarna putih di pintu masuk ruangan itu. Lelaki bersurai coklat gelap itu tersenyum padanya. "Aku ada pekerjaan untukmu". Lay mengetikkan sesuatu diponselnya, kemudian menunjukkan pada lelaki berjas lab itu.
"Apa yang bisa kulakukan?"
"Cuma mengantar barang pada seseorang"
"Akan kulakukan" kemudian dia menyahut sebuah ransel dari tangan laki-laki didepannya itu. Lay berhenti sebentar, mengetik lagi di ponselnya. "Kirimkan alamatnya nanti, aku akan segera kembali".
"Yaaa~~ hati-hati di jalan" Lay kadang geli sendiri dengannya. Sikapnya sedikit tidak cocok dengan profesinya sebagai dokter illegal, itulah pikirnya. Laki-laki itu dia kenal 15 tahun lalu. Dimana 15 tahun itu pula sebuah kejadian harus membuatnya terlibat dengan keluarga Kim, keluarga lelaki yang kini tinggal dengannya itu.
Lay menggeleng pelan, 'Ini bukan waktunya memikirkan masa lalu'. Dia diatas motornya sekarang, motor hitam kelam itu aslinya adalah seekor kuda. Tidak percaya? Tenanglah, itu normal. Sebab sejak awal Lay sendiri bukanlah manusia. Helm sewarna motornya sudah terpasang dilehernya. Ya, di leher. Sebab Lay tidak punya yang namanya kepala.
XXX-XXX
"Ini barang yang kau inginkan"
"Ah, terima kasih. Lay-ssi" seseorang dengan jubah panjang berwarna coklat dan kacamata hitam tersenyum lebar padanya. Lay menerima seamplop penuh berlembar-lembar uang didalamnya. "Terima kasih kembali, Tuan Jang" kemudian dia meninggalkan lelaki itu, kembali menuju apartemennya. Laju motornya mendadak pelan, kemudian dia berhenti disamping trotoar. Seseorang sedang berdiri disana, Lay menyapanya dengan menunjukkan layar ponselnya.
"Halo, Sehun. Apa kau libur?"
"Oh, Lay noona. Begitulah"
"Mau kuantar. Tapi kau harus membayar biaya antarnya" namja berambut perak itu tertawa. Dia kenal Lay sejak 2 tahun lalu, itu juga saat Lay berusaha melerai perkelahiannya dengan seorang berandalan di tengah kota. "Kau ingin mencari uang tambahan ya?" Lay mengangguk beberapa kali, dia mengetik lagi di ponselnya.
"Lumayan kan. Daripada aku diam saja di rumah. Lagi pula Suho juga mungkin sekarang sedang bekerja" Sehun mengangguk paham, kemudian mengajak Lay mengikutinya. Berjalan menuju taman terdekat dan berbincang disana.
"Berapa lama ya kita tidak ngobrol seperti ini?"
"1 bulan? Entahlah, aku juga tidak ingat"
"Sudah menemukan apa yang kau cari?" Lay menggeleng, Sehun merasa auranya tiba-tiba suram. Dia tertawa pelan, lalu menepuk keras punggung Lay. Membuatnya hampir terjungkal dan tawa Sehun makin keras saat melihatnya. "Tenang saja kau akan segera menemukannya".
"Ya, semoga saja " Sehun tersenyum, senyum yang biasa dia tunjukkan pada Lay. Setidaknya begitu menurut Lay. Dia hanya tidak tahu bahwa manusia bahkan jauh lebih mengerikan dari makhluk-makhluk seperti dirinya.
XXX-XXX
Dullahan.
Sesosok peri kepercayaan bangsa Norwegia. Peri berwujud wanita berpakaian serba hitam yang mengendarai kereta kuda di tengah malam sambil memegang kepalanya di tangan. Setiap rumah yang dia lalui akan tertimpa hal-hal menyedihkan seperti kematian anggota keluarga atau hal buruk lainnya.
Lay adalah salah satunya. Tercipta menjadi salah satu dari makhluk itu membuatnya mau tak mau melakukan kegiatan seperti yang diceritakan kebanyakan orang. Walau kenyataannya yang paling sering mati karenanya adalah segerombolan bandit yang mencoba merampok rumah warga, atau para pencuri. Pernah juga dia membunuh beberapa pembunuh bayaran yang tak sengaja bertemu dengannya tengah malam, saat dia mengelilingi pedesaan ataupun rumah-rumah warga.
Tapi 15 tahun lalu. Sesuatu membuat Lay harus meninggalkan tempat asalnya. Sesuatu yang harusnya selalu ada bersamanya telah dicuri. Kepalanya. Jadi dengan segala kemampuannya dia mengejar si pencuri bahkan jika harus menyeberangi lautan sekalipun. Masalahnya dia benar-benar harus menyeberangi lautan dan sialnya hingga 15 tahun lamanya kepalanya itu belum juga dia temukan. Lay bersyukur sebab saat dia bersembunyi di tempat penyimpanan barang di kapal dia bertemu Tuan Kim yang menawarkan bantuan untuk mencari kepalanya.
Tapi Lay benar-benar tidak mengetahui wujud asli manusia. Bantuan yang ditawarkan harus dibayar dengan beberapa penelitian dengan dia sebagai objeknya. Kemudian dia mengenal anak itu. Anak tunggal keluarga Kim. Didalam ruang operasi keluarga Kim, bocah berumur 9 tahun itu menatap takjub pada tubuhnya. Mengambil pisau bedah yang disodorkan sang ayah kemudian ikut membedah tubuhnya.
Lay pikir dia membenci manusia. Dia bisa saja langsung menebas kedua orang itu bahkan semua yang orang disekitarnya. Tapi Lay sadar jika itu dia lakukan mungkin akan terjadi sesuatu pada tubuh atau kepalanya. Sebenarnya dia tidak begitu peduli dengan tubuhnya tapi bagaimana dengan kepalanya? Sebab sudah hukumnya bahwa jika kepalanya hancur maka tubuhnya pun akan ikut lenyap. Karena 15 tahun ini sesuatu yang fatal tak pernah terjadi padanya, Lay percaya jika kepalanya berada di tempat yang aman saat ini. Dia hanya perlu mencarinya. Itu saja.
XXX-XXX
"Lay? Kau mau pergi?" Suho setengah berteriak ketika Lay melewati ruang tengah dengan terburu-buru. Lay tidak menjawab, wajar memang. Dia tidak punya mulut bahkan kepala untuk sekedar menjawabnya dengan beberapa ekspresi. Terdengar suara pintu tertutup, Suho menghela nafas. Tumben sekali Lay mengabaikannya. Tapi kemudian ponselnya berbunyi, pesan masuk dari Lay.
'Kai memberiku pekerjaan. Aku akan segera kembali' Suho tersenyum, setidaknya kabar sepele seperti itu membuatnya sedikit lega. Pekerjaan Lay sebagai kurir kadang membuatnya khawatir. Dia hanya tidak ingin terjadi sesuatu pada orang yang dicintainya. Ah, apa Lay bisa disebut orang? Mengingat dia bukanlah manusia. Suho tertawa pelan, memainkan ponsel ditangannya. Apa dan siapapun Lay, dia akan selalu mencintainya. Selalu. Bahkan jika dia harus mengorbankan sesuatu sekalipun.
XXX-XXX
Lay melempar koper ke meja didepannya. Tangannya terlipat di depan dada. Jika dia memiliki wajah, maka ekspresi kesal pasti sedang tampak diwajahnya sekarang. Sosok berambut hitam didepannya tertawa melihat tingkahnya. "Kerja bagus, Lay".
"Sial, kau memang berniat mengerjaiku ya? Kau bilang ini pekerjaan mudah"
"Ayolah. Sejak kapan kau jadi manja begini?" Lay membelakangi lelaki itu, dia Kai. Seingat Lay, dulu Kai adalah adik kelas Suho. Kai sendiri terkenal di kota ini sebagai seorang informan. Tidak heran juga mengingat apapun yang ditanyakan padanya akan selalu bisa terjawab walaupun untuk jawaban itu sendiri orang-orang harus mau membayarnya. Tapi kadang pekerjaan yang diberikan Kai tidak seperti yang dia katakan, dan itu sangat Lay benci.
"Kau tidak bilang akan ada beberapa orang yang mengincar barang yang kubawa. Aku jadi harus kejar-kejaran dulu dengan mereka"
"Ya, ya. Maafkan aku. Aku lupa" kata maaf yang diucapkannya diiringi seringaian menyebalkan, Lay makin kesal padanya. Dia bahkan berniat memasukkan Kai kedalam black list pelanggannya. Kai gantian melempar sesuatu ke atas meja, amplop berisi uang. Lay mengambilnya dan mengecek isinya lalu tanpa bicara apapun berbalik hendak pergi meninggalkan ruangan itu.
"Ah, selain itu sebenarnya aku ingin membayarmu dengan sedikit informasi" Lay berhenti tepat didepan pintu, dia berbalik. Kai memperlebar seringainya, sudah dia duga makhluk tanpa kepala itu sangat butuh informasinya tentang hal ini. "Seseorang mungkin tau dimana kepalamu berada" bayangan hitam Lay membentuk sebuah sabit, benda hitam itu mengelilingi leher Kai. Kai tertawa pelan, layar ponsel milik Lay berada tepat didepan wajahnya sekarang.
"Siapa orang itu? Dimana dia sekarang?"
"Wow, tenanglah. Kalau kau berniat membunuhku begini kau tak akan dapat informasinya" bayangan hitam itu menghilang masuk kedalam tubuh Lay. Kai memberinya selembar kecil kertas putih. Tertulis disana nama sebuah taman di pinggir kota dan nama seseorang. Lay mengetik lagi diponselnya, "Siapa orang ini?".
"Dia cuma seorang pelukis jalanan. Kau bisa tanya tentang beberapa hal padanya" Lay dengan cepat pergi dari hadapannya. Kai menatap punggung Lay yang semakin menjauh dari pandangannya dan menghilang dari balik pintu. Seringainya tampak, kemudian dia tertawa senang.
"Astaga. Bahkan makhluk yang dianggap monster sepertimu masih lebih polos dari manusia. Kalau kau lebih mengenal manusia maka kau tak butuh waktu selama 15 tahun untuk menemukan apa yang kau cari selama ini" Kai duduk di kursinya, memainkan pena ditangannya. Menulis nama seseorang diatas kertas sebelum akhirnya mencoret kembali nama itu.
"Keluarga Kim memang agak mengerikan"
XXX-XXX
"Lay noona?" panggilan itu membuatnya menoleh. Sehun berdiri disana dan Lay menariknya untuk ikut bersembunyi. Sebelum Sehun sempat bertanya, sesuatu sudah dia ketik diponselnya. "Aku sedang mengamati seseorang" Sehun menatap seseorang yang ditunjuk Lay, seorang lelaki berumur sekitar 50 tahunan duduk di kursi taman dengan beberapa sketch paper dan pensil ditangannya.
"Jadi, siapa dia?"
"Kai bilang dia mungkin tau dimana kepalaku" ah, orang itu, pikir Sehun. Mereka dulu sekelas saat SMA dan Sehun tidak begitu menyukainya. Sehun memperhatikan Lay yang masih fokus mengamati orang tua itu, menatap Lay dari jarak sedekat ini membuatnya sedikit merona. Sehun menggeleng, lalu menepuk pelan pipinya sendiri. Ini bukan saatnya memikirkan perasaan.
Lay tiba-tiba bangkit dan menghampiri lelaki tua itu. Sehun lihat objek pengintaian Lay sedang membereskan peralatannya. Sehun mengikuti Lay dibelakang, sekarang dia sedikit penasaran dengan apa yang akan Lay tanyakan pada orang tua itu.
"Kembalilah besok, nona. Aku sekarang sudah sangat lelah untuk menggambar wajah cantikmu"
"Maaf mengganggumu. Aku hanya ingin menanyakan beberapa hal" lelaki tua itu mengerutkan dahinya, dia lalu mengiyakan permintaan Lay untuk menjawab beberapa pertanyaan darinya. Lay mengetik dengan cepat di ponselnya kemudian menunjukkannya pada orang tua didepannya.
"Apa anda mengetahui sesuatu tentang Dullahan?"
"Oh, aku pernah melihatnya 15 tahun lalu saat ke Eropa dulu" Sehun melihat tubuh Lay bergetar, Sehun rasa itu tanda bahwa dia sangat bahagia sekarang. Lay mengetik lagi. "Apa anda melihat wajahnya?" lelaki tua itu tampak berpikir, seperti berusaha mengingat sesuatu.
"Aku memang melihatnya, aku bahkan sempat menggambarnya beberapa saat lalu. Tapi-"
"Tunjukkan padaku" lelaki tua itu menunjukkan sebuah gambar padanya. Tampak seorang wanita tanpa kepala berada disebelah kereta kuda dimana kuda tersebut sama sepertinya, tanpa kepala. Itu memang dirinya, dia ingat pernah menggunakan pakaian semacam itu. Lay mengelus pelan gambar itu tepat pada bagian kuda tanpa kepala miliknya. Dia mengamati setiap bagian dari gambar itu satu persatu sampai pada sesuatu yang berada pada lengannya. Kosong, namun tampak bekas-bekas goresan pensil disana. Seperti sesuatu yang pernah ada disana telah dihapus. Lay bertanya mengapa lelaki itu menghapus bagian dimana kepalanya harusnya berada.
"Kudengar dia kehilangan kepalanya, itu terjadi beberapa hari lalu. Seorang pria menghampiriku dan melihat-lihat semua gambarku. Saat melihat gambar ini dia bilang gambarku lebih bagus tanpa kepala itu disana. Menurutnya itu cantik apa adanya" Lay terdiam, kemudian dia serahkan kertas itu kembali pada si pelukis jalanan. Lay mengucapkan terima kasih dan memandangi kepergian orang itu itu. Percuma jika dia menanyakan letak kepalanya padanya, sebab yang dia tahu hanya sebatas itu saja.
Sehun masih dibelakangnya, mengelus punggungnya pelan. Berusaha memberi sedikit kekuatan pada Lay. "Kau akan segera menemukannya" kata-kata itu Lay dengar lagi dari lelaki perak itu.
"Aku sebenarnya takut"
"Takut?" Lay mengangguk, dia mengetik kembali di ponselnya. Lalu menunjukkannya pada Sehun, "Takut jika kepalaku tidak lagi mengingat tubuhnya. Aku bahkan tidak pernah mengingat bagaimana masa laluku sejak kepala itu hilang dari tanganku. Aku takut kehilangan masa laluku"
"Kau... mungkin tidak akan membutuhkan masa lalumu" Lay menatap Sehun, helm yang dia kenakan terlihat condong kekanan. Sehun rasa itu seperti ekspresi kebingungan, "Yah, Suho bahkan tidak pernah menanyakannya kan? Maksudku jika ada seseorang yang benar-benar mencintaimu dia tidak akan perduli dengan masa lalumu" Lay menggeleng beberapa kali, dia lalu mengetik cukup lama diponselnya.
"Kenapa tiba-tiba bicara hal semacam itu? Lagipula tidak hanya soal masa lalu saja. Jika terjadi sesuatu pada kepalaku aku akan menghilang dari dunia ini. Aku setidaknya ingin menentukan kematianku sendiri. Jika kepalaku masih berada di tangan orang lain, maka bahkan diriku sendiri tidak akan tau kapan atau bagaimana aku mati nantinya" Sehun menyingkirkan ponsel Lay dari wajahnya, tangannya terangkat menuju helm yang dipakai Lay kemudian menepuknya pelan.
"Kalau begitu akan kubantu mencarinya"
"Benarkah?" Sehun mengangguk, Lay membuat emoticon senyum di ponselnya. Sehun ikut tersenyum lalu berjalan mendahului Lay.
"Akan kupastikan juga tidak terjadi sesuatu dengan kepalamu"
XXX-XXX
"Lay? Selamat datang" Suho menyambutnya didepan pintu dengan tangan terbuka lebar. Lay melempar helm yang dia gunakan pada lelaki dengan jas lab itu. Suho tertawa sambil memeluk helm hitam itu. "Apa kau lapar? Mau kumasakkan sesuatu?"
"Aku bahkan tidak punya mulut untuk makan"
"Aku tau itu" Lay tidak habis pikir kenapa orang ini sangat suka menggodanya. Lay duduk di sofa, Suho berada di sebelahnya. Menatapnya dengan senyum aneh diwajahnya. Lay yang merasa risih melempar bantal pada wajah malaikat itu.
"Kenapa melemparku?"
"Wajahmu kelihatan mesum"
"Benarkah?" Lay mengangguk, Suho tertawa. Dia lalu bersandar pada bahu Lay, sebelah tangannya memeluk pinggang Lay. "Kau baik-baik saja kan?" Suho mengangguk, dia tersenyum sambil mengeratkan pelukannya.
"Aku merindukanmu" Lay tidak tau disebut apakah perasaannya sekarang. Yang pasti dia merasa perutnya seperti tergelitik dan sesuatu bergemuruh didadanya.
"Kita bertemu setiap hari"
"Tapi aku tetap merindukanmu" Lay tidak bicara lagi, dia hanya membalas pelukan Suho.
"Apa yang kau kerjakan hari ini selain bertemu Kai?"
"Dia memberiku informasi tentang seseorang yang mungkin mengetahui dimana kepalaku berada"
"Oh, dan kau menemukannya? Kepalamu maksudku" Lay menggeleng, Suho tau dia sedang kecewa saat ini. "Dia terlihat tidak mengetahui apapun" Suho tau dia sangat jahat, tapi tak dapat dia sangkal dia sangat lega mengetahui hal ini. Tangannya mengelus punggung Lay lembut, berusaha membuat wanitanya itu tenang. Tidak lama kemudian tubuh tanpa kepala itu sudah tak bergerak dalam pelukannya, tertidur. Suho mencium lembut dibahunya, kemudan berbisik.
"Kau tidak butuh kepalamu. Kau cantik apa adanya"
XXX-XXX
TBC
XXX-XXX
MASUK SEGMEN PENJELASAN 'w'
Pertama tentang pekerjaan Lay. Lay adalah kurir yang mengantar apapun ^w^ Apapun ini dalam artian benar-benar apapun. Mayoritas yang memberinya pekerjaan adalah orang-orang dari organisasi gelap jadi tidak jarang Lay harus kejar-kejaran dengan beberapa orang berbahaya.
Kedua pekerjaan Suho. Sudah disebut ya kalau dia dokter illegal alias dokter gelap alias dokter tanpa sertifikasi. Bukannya dia tidak mau mengambil gelarnya tapi lebih ke malas ya. Dia rasa dia tidak butuh gelarnya, haha. Kebanyakan dia bekerja untuk organisas gelap ataupun geng-geng Yakuza untuk mengobati luka mereka. Dia juga bisa mengoperasi wajah seseorang (operasi lastik), beberapa phak membutuhkannya untuk alasan tertentu.
Ketiga pekerjaan Kai. Ayolah, sebenarnya author malas memakai orang ini tapi entah kenapa hanya dia yang pas dengan peran ini /author dihajar/ Kai adalah informan. Itu yang disebutkan. Lebih tepatnya dia adalah pengangguran yang hobi keliling kota makanya dia punya informasi tentang apapun /dihajar lagi/ Hahaha, anggap saja seperti itu.
SEGMEN BERAKHIR 'w'
Hallo semuanya~~~ /tebar konveti/
Jadi lagi satu cerita aneh dariku hoho 'w'
Ini sebenernya tiba-tiba terlintas dipikiranku /tsaahh/ saat nonton DURARARA!
Entah kenapa kisahnya Celty dan Shinra rasanya cocok banget kalo diperanin sama Lay dan Suho.
Ngebayangin Lay tanpa kepala itu agak serem tapi menyenangkan ^o^
Atau Suho yang jadi dokter gelap dan agak psikopat /author ngakak ngebayanginnya/
Well, mungkin akan kulanjutkan karena disini sebenernya Sehun juga punya beberapa ketertarikan pada Lay dan kepala Lay akan segera ditemukan walau dengan beberapa insiden nantinya.
Sampai jumpa di chapter 2 'w'
Reviewnya yaaaa~~~
Byebye~~ /
