Ciuman

By Rakshapurwa

Warning: Shounen-ai, Drabble, Kemungkinan terdapat typo yang terlewat, dan OOC

Disclaimer: Haikyuu! milik Furudate Haruichi

'Cerita ini dibuat hanya untuk menyalurkan imajinasi semata.'

Enjoy

.


Lagi-lagi dahinya mengkerut, wajah enggan selalu saja terpasang. Padahal mood sudah bagus. Sepi, tidak ada yang melihat, saling tatap, lalu mendekatkan wajah perlahan—TAPI kenapa Kageyama tak pernah terlihat menikmati ciuman mereka.

Selalu saja tegang. Seakan tak suka jika bibir keduanya bersentuhan.

Pernah juga sekali Tsukishima mencoba memperdalam ciuman, lidah ikut serta dimasukan—bukannya mendapat balasan, malah langsung memperoleh penolakan. Kageyama bergerak menghindar, mundur dengan cepat, memaksa pagutan terlepas.

Tsk.

Apakah bibirnya kering? Atau nafasnya bau—

Ehem—Tidak mungkin. Tsukishima selalu siap memakan permen mint tiap kali mereka mulai berduaan.

Lalu kenapa?

Jangan bilang Kageyama tak sungguhan menyukainya—Hush.

Tsukishima mengerang, mengacak rambutnya kesal. Suasana yang semula damai, berubah mencekam. Kageyama tentu merasakan. Lihat saja kini bantal bulat itu ditaruh di dada. Sebagai tameng katanya, takut-takut Tsukishima melakukan sesuatu yang tak terduga.

"Kenapa kau?"

"Apanya?"

"Tidak suka aku cium."

Kageyama terdiam, kemudian berkedip dan memiringkan kepala. Wajahnya sedikit merona, kupingnya juga, dan jantungnya berdetak tak karuan.

Ciuman Tsukishima terlintas di kepala.

Bibir si kacamata itu lembut, kenyal, mulutnya pun wangi. Kageyama jujur suka, walau terkadang sempat kaget jika ada benda lain yang mengiterupsi. Macam lidah Tsukishima yang tiba-tiba saja ingin mendobrak masuk.

Mau bagaimana lagi, Kageyama itu polos.

Tsukishima kekasih pertamanya, ciuman pertamanya, pelukan pertamanya, pegangan tangan pertamanya—semua hal berbau romantis pertama dilakukan dengan Tsukishima. Kageyama tak paham bagaimana caranya bermesraan.

Sedikit sentuhan saja membuatnya berjengit. Jantungnya kadang terpacu seakan bisa copot sewaktu-waktu.

Apalagi ciuman Tsukishima—itu yang paling parah. Rasanya seakan tubuh terbakar. Wajahnya apalagi, sudah berasap mirip kepiting rebus.

"Kalau tidak suka kenapa aku mau dicium olehmu—"

"Lalu kenapa dengan kerutan didahimu itu?"

Ya itu alasannya.

—meski sudah berkali-kali bertemu bibir tetap saja gugup tak pernah hilang.

Kageyama malu katanya. Jadi kerutan di dahi itu karena MALU tentu saja.

"ITU KARENA AKU MALU BODOH!"

"Kalau tidak suka—" Tsukishima berkedip. "—Apa?"

"MALU—Jangan pura-pura tidak mendengar!"

Malu, gugup, tegang, dahi berubah mengkerut begitu?

Oh.

Jadi bukan karena tidak suka ya?

Ampun. Pikiran tadi sempat kemana-kemana. Berbagai scene drama bermain di otak. Uhuk—padahal baru dibilang, tapi Tsukishima malah kembali memberinya ciuman tiba-tiba.

Soalnya, lega katanya.


.

TAMAT

.


Terima kasih sudah mau membaca cerita ini, dan maaf kalau mengecewakan *bows*

Sekian dari saya, Rakshapurwa undur diri.