Ratna POV
Nama gue Ratna, seorang anak perempuan walaupun gue masih mencari tahu kebenaran tentang gender gue (cewek apa cowok), kelas 9 dan sekarang lagi masa-masa nunggu pengumuman PPDB SMA, kalo umur ya 15. Gue punya abang namanya Yono, gue manggilnya "Banyon" singkatan dari Abang Yono, agak-agak mirip sama nama penyemprot buat matiin nyamuk tapi, biarin deh toh abang gue juga gak gitu mempermasalahkan. Suatu hari, gue lagi main poker di kelas bersama dengan temen-temen gue dan tiba-tiba ada cecungut dari kelas lain yang bilang kalu gue dipanggil sama Bu Kirana, guru Bahasa Indonesia sekaligus wali kelas gue, ada apaan nih? Apa jangan-jangan acara gue dan Banyon yang berenang di Bunderan HI itu ketahuan lagi?!
"Aku dan Abangku, Diajak."
Warning : OC, OOC, typo(s), country and human name used!, gaje, alur berantakkan dll
Hetalia © Hidekazu Himaruya
OC © Guardian of Mineral
Summary : Kirana a.k.a Indonesia diminta oleh nation-nation lain untuk membawa dua orang anak Indonesia ke gedung World Meeting! Sempat menolak karena ada kemungkinan rahasia mereka semua sebagai personifikasi akan ketahuan tapi semua personifikasi yang ada di gedung itu bersikeras. Bagaimanakah kisah selanjutnya?
Semuanya berawal dari sini, dari kelas gue...
"Two pair!" kata salah satu anak dari 4 anak yang main kartu.
"Pair melulu lo!" kata sebelahnya.
"Terserah gue dong!"
"Eh, elo semua masih inget gak sama berita yang sempet bikin gempar dunia tahun lalu?" tanya anak yang ketiga.
"Emang tentang apaan?" Gue adalah orang yang malas untuk mengingat suatu berita padahal abang gue demen yang namanya gunting-gunting koran terus berita-beritanya dia kliping.
"Itu loh, yang katanya kalau di tiap negara itu ada personifikasinya itu." Kata anak yang ketiga. "Gue kemarin bongkar lemari nemu korannya."
"Kalo gak salah, itu katanya cuman bohong doang kan." Kata anak yang tadi mengeluarkan Pair. "Kan kata kepala pemerintahan tiap negara di seluruh dunia bilang kalau itu cuman gosip."
Tiba-tiba ada seorang anak dari kelas lain muncul di depan pintu. "Ratna ada gak?"
"Ada." Gue melihat ke arah temen gue dari kelas lain. "Ada apaan?"
"Elo dipanggil sama Bu Kirana."
SING! DUAR! – tiba-tiba ada meteor yang jatuh dari langit. "Serius?!"
"Iye! Buruan." Kata anak itu, gue pun berjalan keluar. "Palingan acara elo sama abang lo yang berenang di Bunderan HI itu ketahuan."
Gue mendengus. "Diem aja deh lo!"
~(-o-)~
Seinget gue, terakhir kali gue dipanggil sama tuh guru yaitu pas gue dan Banyon berantem sama sekumpulan anak SMA yang waktu itu dengan seenaknya malakkin banyak orang. Waktu itu gue terpaksa melakukan suatu aksi pembelaan diri bersama abang, pas gue mau melancarkan aksi terakhir gue dengan efek-efek angin yang berhembus mengikuti laju tangan yang mau mukul tuh anak SMA, ada sesosok tangan yang menghentikkan tangan gue, pas gue nengok ke orang yang udah menghentikkan aksi heroik gue dan ternyata itu adalah Bu Kirana.
Agak-agak gondok begitu tau.
Setelah acara tatap-menatap selama lima detik, beliau langsung membentak semua anak SMA itu untuk pergi dan menyeret gue dan Banyon pergi dari situ. Dan elo semua harus tau satu hal, cengkramannya kuat banget men. Gue curiga, jangan-jangan Bu Kirana itu adalah Grand Finalist L-Men atau beliau pernah berantem sama petinju kelas dunia itu?
Buat yang masih mikir soal gue dan Banyon berenang di Bunderan HI, itu gara-gara maen DoD (Dare or Dare) disana.
~(-o-)~
Di ruangan Kirana atau sang personifikasi Indonesia yang sedang menerima telepon dari Amerika...
"America, kau yakin soal ide semua personifikasi itu?"
[Don't worry, Nesia! Mereka kan hanya menginap di gedung ini selama dua minggu.]
"Bisakah kau jelaskan, kenapa semua personifikasi negara memintaku untuk membawa dua anak rakyatku untuk datang ke gedung world meeting?"
[Agar gedung ini menjadi sedikit lebih ramai, mungkin?]
"Hey! Tidak dengan membawa dua orang anak kesana saja, gedung itu sudah lebih ramai daripada suasana di Tanah Abang!" bentak Nesia. "Lagipula, itukan aneh membawa dua manusia ke tempat personifikasi negara! Tidak bisakah, kau bertanya kepada England maksud dan tujuan ide mereka semua ini?! Biasanya dia yang tahu tentang hal rinci seperti itu."
[England bilang, tujuan dari ide ini juga untuk latihan berkomunikasi dengan rakyat secara langsung.]
"Lalu menjadikan rakyatku kelinci percobaan, begitu?"
[Come on, Nesia! Rakyatku yang pernah berkunjung ke tempatmu bilang kalau rakyatmu itu enak kalau diajak bicara.]
"Tapi, Ameri—"
TOK TOK! – suara pintu diketuk.
"Sudah dulu ya, America. Bye."
[BYE NESIA!]
"Ya, masuk!"
KREEEEK! – Pintu pun dibuka. "Ibu manggil saya?"
"Iya Ratna, duduk dulu. Ada yang mau ibu bicarakan." Kata Bu Kirana mempersilahkan.
Gue duduk di kursi di depan meja Bu Kirana, pertama-tama gue mau menjelaskan soal kejadian absurb bin sial yang gue alamin. "Kalau tentang saya sama abang yang berenang di Bunderan HI itu gara-gara main DoD ya bu."
"Bukan kok. Bukan soal itu yang mau ibu bicarakan, kamu udah parno aja." Kata Bu Kirana sambil senyum. Menurut ibu sendiri? Gimana gue enggak parno soal itu. "Orangtua kamu ada dirumah?"
"Ortu saya lagi dinas di luar kota, adanya paling abang di rumah lagi libur kuliah."
"Begitu. Hari ini ibu mau ke rumah kamu. Soalnya masalah ini harus dibicarakan sama anggota keluargamu juga."
JEGER! Kepala gue langsung meletus begitu nge-denger. Harus dibicarakan sama anggota keluarga juga, gue langsung berpikiran buruk pada saat itu juga, jangan-jangan tulisan 'LULUS' yang ada di kertas pengumuman seminggu yang lalu itu cuman boongan doang dan gue sebenernya gak lulus! Atau sebenarnya gue adalah mutant yang sedang dicari oleh FBI dan CIA! Tangan gue langsung meraba kancing seragam, oh untung masih kekancing semua.
Gue mencoba untuk meminta Bu Kirana menjelaskan perihal yang ingin dibicarakan disini aja. "Jangan dirumah bu. Emangnya apa yang mau ibu bicarain?"
"Pokoknya penting!" kata Bu Kirana. "Nanti jam sebelas kita berangkat ya ke rumah kamu."
"I-Iya bu."
Mampus.
Satu kata, enam huruf dan dua suku kata yang benar-benar menggambarkan keadaan gue sekarang ini. Gue keluar dari tuh ruangan dan langsung berlari ke lapangan. Di tengah-tengah beberapa anak kelas 7 dan 8 yang lagi main, gue bersimpuh sambil berteriak 'KENAPA?!'. Pada saat itu gue berharap ada cowok macho, keren, pinter menghampiri gue dan mata kita bertemu, lalu dia menyatakan cinta ke gue dan gue hidup bahagia selamanya, yeah terlalu berharap itu gak baik.
~(-o-)~
Sekitar jam sebelas, gue mengantarkan Bu Kirana ke rumah dengan sepeda. Untung nih negara udah ada kemajuan tapi masih jadi negara berkembang, udah gak ada macet lagi, jalanan udah pada mulus semua sampe kadang-kadang gue kepleset di aspal saking mulusnya. Yah paling yang masih harus dirubah adalah tingkah laku anak-anak ABG yang masih labil...
...termasuk gue.
Ratna POV END
"Ini bu, rumah saya." Kata Ratna sambil memparkirkan sepedanya di halaman rumah dan langsung membuka pintu. "Abang! Adek pulang!"
"Abang kamu masuk jurusan mana?" tanya Nesia sambil membuka sepatunya.
"Ilmu politik bu." Ratna pun masuk ke dalam kamar abangnya. "Banyon! Bangun bang! Ada Bu Kirana."
"Bu Kirana? Wali kelas kamu kan, tumben dateng ke rumah."
"Katanya mau ngomong sama abang, itu udah nungguin. Pake baju buruan bang!" kata Ratna sambil keluar dari kamar abangnya. "Ibu mau minum apa?"
"Yang ada aja." Jawab Nesia yang sekarang telah duduk di sofa. Anak perempuan itu masuk ke dalam dapur sementara kakak laki-lakinya keluar dari kamar. "Kamu udah besar aja, Yono."
"Hehehehehe, kaget ya bu?" tanya Yono sambil menyalami Nesia dan duduk di sofa yang berlawanan.
"Rambutmu... panjang?" kata Nesia ketika melihat rambut anak laki-laki itu yang dikuncir satu.
"Iya bu. Saya ganti image." Kata Yono sambil nyengir.
"Abang tiap tahun ganti image bu." Ratna datang sambil membawa secangkir teh hangat dan sepiring kue kering, dia lalu menaruhnya di meja. "Jadi—" Ratna duduk di sebelah kakaknya. "—apa yang mau ibu bicarakan?"
"Begini, ibu ingin mengajak kalian ke luar negri bersama ibu selama 2-3 minggu, bagaimana?" tanya Nesia.
Hening...
Ratna POV
Ke. Luar. Negri. Gue perlu mengerti kalimat yang baru saja meluncur dari mulut Bu Kirana. Tapi, yang gue tau abang mengangguk setuju setelah itu dia pingsan.
"ABANG!"
Ratna POV END
.
.
.
.
.
.
.
TBC
.
.
.
.
.
Selesai! Jadi fanfic ini menceritakan tentang seorang kakak-adik yang diajak ke gedung World Meeting dan bagaimanakah keseharian mereka selama disana bersama dengan personifikasi-personifikasi negara yang absurb itu?. Oh iya, Alfred! HBD!
Alfred : Thanks Thor! Kapan mau dirayain ulang tahun aku?
Entar di fanfic yang satunya lagi.
Btw, RnR ya?
