Hoyaaaaaa!

Saya datang lagi untuk bertemu kalian semua, para reader yang hidup dengan aman, damai, sentosa, sejahtera, dan bahagia. Di barunya bulan di tahun baru ini, maka barulah pula cerita yang akan saya publish ini. New story dengan imajinasi yang cukup menantang. Sahabat saya yang saya ajak buat konsul tentang ini, malah ketawa karena kayaknya ratenya dari T lama-lama menjadi M. Tapi, nggak tahu juga sih. Ngikutin alur waelah. Kalo pairing juga, nggak tahu Saku bakal sama yang mana. Pokoknya, untuk menyusun fic ini, saya butuh bantuan yang cukup banyak karena sejujurnya saya masih seorang newbie di sini. Ayo, yang merasa newbie teriakkan suaramu! Wkwkwk, elehhh-,-

Banyak banget ya prakatanya. Ya udah deh, kita langsung saja ke bentuk baku yang sudah saya susun sedemikian rupa. Cekidot!

Teenager Life

Chapter 1

Disclaimer : Masashi Kishimoto

Genre : Comfort and Hurt/Romance

Pairing : SasuSaku

Chapter 1: Begin Again

Warning: Seluruh karakter ini milik Masashi Kishimoto, sedangkan ide ceita ini seratus persen milik saya. Typo(s), alurnya ngalur-ngidul, dan kejelekan lainnya. Masalah rate bisa berubah lohhh, hati-hati.

Happy Reading^^


"Ngh.. Lepaskan aku~"

Jelas kalian semua tahu, itu jenis suara macam apa. Bukan berteriak, bukan gema, bukan gaung, bukan dentum, tetapi desah. Desahan yang menggoda telinga untuk singgah. Dan, benar saja. Seorang gadis yang tadinya ingin bergegas pulang jadi menghentikan langkahnya. Di pikirannya tak ada gagasan untuk berbalik lalu melewati jalan lain. Gadis berambut merah muda seperti permen kapas itu mengikuti suara itu. Sesuai dengan dugaannya, pastilah suara itu berasal dari tembok yang ada di pojok dinding.

Di dinding itu, ada sepasang insan manusia yang sepertinya mempunyai nafsu kesetanan. Tetapi, hanya sang laki-laki. Dan dia sangat kenal, siapa laki-laki itu. Penampilannya tidak bisa dibilang jelek karena barang-barang branded melekat di anggota tubuhnya. Rambutnya berwarna coklat jabrik dengan tato segitiga merah di kedua pipinya. Seragamnya memanglah tidak rapi, seragam putihnya sengaja ia keluarkan dan celana abu-abunya sudah kotor entah karena apa. Laki-laki itu bernama Inuzuka Kiba, teman dekatnya sewaktu dia duduk di bangku sekolah dasar.

Dia memang sudah tahu, tabiat teman lamanya itu memang tidaklah bagus. Sebenarnya dia adalah orang yang baik, hanya keadaanlah yang mengubahnya. Mengingat dia korban broken home, hidupnya menjadi luntang-lanting di dunia gelap. Sempat ia kasihan pada Kiba, namun rasa ibanya lenyap ketika tahu laki-laki itu tak dapat dirubah. Dia bersyukur, saat di sekolah menengah pertama, dia tak satu sekolah lagi dengan Kiba. Kini, tugasnya adalah melindungi kaum hawa yang akan menjadi mangsanya selanjutnya. Seharusnya laki-laki bertaring itu tahu apa akibatnya jika dia ketahuan.

"Ehem!" Deheman sang gadis membuat Kiba menghentikan acara menjilat dada putih padat berisi milik gadis yang dihimpit ke dinding itu. Setelah melihat pahlawannya datang, gadis berponi dengan rambut indigo itu langsung melarikan diri sambil membenahi pakaiannya yang sangat berantakan. Sorot mata Kiba berubah menjadi takut, seakan anak kucing yang hendak disiram dengan air dingin dari samudra artik. Kiba ingin menggunakan jurus yang telah dikuasainya, yaitu jurus seribu langkah. Tetapi, usahanya gagal karena gadis yang bermata hijau itu sudah memegang kerah belakangnya duluan.

"Kau mau kemana, pecundang? Mau lari tanpa pertanggungjawaban?" tanya gadis berkulit putih itu. Kiba mendengus tak terima.

"Lepaskan aku sialan! Aku tak mau melukaimu mahluk lemah," jawab Kiba dengan sombongnya. Raut muka gadis itu berubah drastis. Wajahnya menjadi merah menahan amarah yang menggebu-gebu dalam hatinya.

Mahluk lemah. Kalimat itu yang tak mau ia dengar selama ini. Sesungguhnya, dia tidak lemah. Kaum adam saja yang menanggap rendah kaum Kartini ini. Rasanya hasrat ingin membunuhnya bangkit dan meledak-ledak dalam kalbu. Seringaian seram membuat takut ditampilkan olehnya. Saat ini, tangan gadis gagah itu tengah mencengkram erat kerah itu. Lalu, tanpa disangka-sangka, gadis itu melayangkan tendangannya ke punggung tegap Kiba sehingga Kiba tersungkur dan cengkramannya lepas. Tetapi dengan cepatnya Sakura mengambil kedua tangan Kiba dan menguncinya. Ia injak punggung laki-laki itu.

"Akh! Lepaskan aku wanita sialan!" ocehnya. Gadis itu hanya tertawa sinis.

"Ck, jangan banyak bicara. Dengar, ini peringatan untukmu. Jika kau berani macam-macam dengan perempuan di sekolah ini, akan kukirim kau ke rumah sakit terdekat! Ingat itu!" katanya dengan nada mengancam.

"Awas saja kau! Aku yak.."

"Diamlah! Jangan membuatku makin ingin membunuhmu! Aku tak peduli dengan statusmu sebagai anak donatur di sini. Aku tak pandang bulu mengenai laki-laki! Ingat itu!" Gadis itu pun melepas kunciannya dengan menghempaskannya kasar sehingga badan Kiba terbentur ke ubin. Kiba hanya bisa mengumpati gadis itu dengan berbagai caci-maki yang kasar dan tak dapat diucapkan. Sedangkan yang sedang dibicarakan, berjalan santai tanpa beban.

Sakura. Itulah nama gadis yang bertingkah seperti penagih utang tadi. Namanya cukup famous di sekolah sebagai pahlawan bagai para perempuan. Rambutnya ia kuncir tinggi seperti Ariana Grande. Kalau melihat melihat wajahnya, dia tidak terlihat seperti preman sekolah. Wajahnya baby face. Alinya rapi, bulu matanya lentik, apalagi bola matanya yang sehijau hutan. Indahnya bukan main. Hidungnya mancung tetapi kecil. Pipinya tidak chubby, melainkan tirus, ditambah dengan bibirnya yang ranum menggoda.

Tetapi badannya? Tak usah ditanyakan lagi, bagaimana. Lengannya saja sudah berisi dengan otot trisep dan bisep. Perutnya datar ditambah dengan pinggang yang ramping. Kakinya seperti kaki 'Barbie', panjang tapi kecil. Betisnya tidak besar, dan pahanya cukup menggiurkan. Pokoknya, sebagai wanita dia adalah mahakarya Tuhan yang dipahat sedemikian rupa untuk melihatkan kuasanya dalam menggambarkan mahluknya dalam rupa yang sempurna.

Sedikit pengetahuan untuk latar belakang Sakura. Dia tinggal dalam naungan keluarga Sabaku No Karura. Keluarga ini memiliki perusahaan besar nomor dua yang bergerak di bidang industri. Sayangnya sang kepala keluarga, sudah tak ada lagi. Ia meninggal karena kelehan dan angin duduk. Jadi, perusahaan dipimpin oleh Sabaku No Karura yang notabane Ibu Sakura. aDan ia mempunyai kakak yang overprotective padanya, yaitu Sabaku No Gaara, kakak kelasnya dalam sekolah ini. Dia juga mempunyai kakak yang lain. Yaitu Sabaku No Temari yang mengurus cabang perusahaan di luar negeri. Sedangkan kakak laki-lakinya satu lagi, Sabaku No Kankurou entah pergi kemana. Tak ada kabar darinya setelah melakukan ekspedisi terakhir, yaitu ekspedisi dalam gua. Dan kedua orang bermarga Sabaku itu sangat menyayangi Sakura. Itu semua adalah hal yang perfect, tetapi ada suatu kekurangan. Sayangnya, dia bukan anak kandung dari keluarga bahagia itu. Dia hanya dipungut dari panti asuhan karena belas kasihan dari Nyonya Karura. Kalau marga aslinya adalah Haruno. Ia mengetahui kenyataan pahit itu saat ia berusia delapan tahun. Tetapi itu bukanlah suatu masalah, Gaara tetap menyayangi Sakura seperti adiknya sendiri.

Saat kakinya sudah berpijak di depan pintu gerbang utama, dia berhenti bergerak. Di depan itu, sudah ada laki-laki yang seragamnya sama sepertinya. Rambutnya merah dan sepertinya dia memakai eyeliner hitam yang sedikit overdosis karena itulah tercipta lingkaran di sekitar kelopak mata yang membuat matanya seperti mata panda. Bola mata pale green itu melirik Sakura yang diam di tempat. Decak kesal langsung diperdengarkannya. Namun gadis satu itu berlagak seperti ia tak punya salah bahkan tak mengenal pemuda di depannya.

"Adik kecil! Cepat kau naik, aku disuruh Ibu untuk menjemputmu," ucapnya dengan suara berat. Sakura merotasikan kedua bola matanya.

"Jangan panggil aku begitu, Gaara. Aku ada urusan di markas, rencananya aku mau langsung ke sana. Kau pergilah, aku tahu kau ada jadwal berkencan hari ini," balas Sakura. Laki-laki yang bernama Gaara itu pun menatap tak percaya pada adik angkatnya.

"Kau serius?" Sakura mengangguk cepat. Setelah mendapati anggukan Sakura, pemuda itu langsung memakai helm dan meninggalkannya bersama suara knalpot menderu-deru yang menggangu telinganya.

Sakura melanjutkan perjalanannya. Dia keluar dari sekolah ini. Dari sini, dia berjalan mengikuti jalur pejalan. Cukup jauh dari sekolahnya, ada sebuah belokan ke kiri. Setelah belokan itu, ia masih harus berjalan lagi. Begitu di sana, ada bangunan kokoh bertuliskan 'POLICE OFFICE', Sakura langsung masuk ke sana.

Cukup mengherankan juga. Mengapa Sakura harus mampir dulu ke tempat dimana para penjahat telah menjalani masa hukuman? Apakah gadis ini telah melakukan tindak kriminal? Dia terus melangkah kakinya sampai memasuki ruangan khusus yang tidak ramai dijaga oleh para polisi. Ruangan itu tak ada tulisannya, tak seperti ruangan lainnya. Ruangan itu, sama seperti ruangan tempat karyawan di suatu perusahaan bekerja. Ada figura, AC, kipas angin, meja, kursi, foto, skat untuk membatasi ruangan, komputer, mesin printer, mesin fotokopi, rak berisi dokumen, tumpukan kertas di atas meja, tempat alat tulis, dan nama.

Ia berhenti di depan meja bertuliskan "Sakura". Ia meletakkan tasnya di atas meja. Lalu ia duduk dan menghidupkan lampu. Di atas mejanya itu sudah ada beberapa lapis tumpukan kertas. Sakura membuka-buka isi tumpukan kertas itu. Ada yang menarik perhatiannya. Judul dokumennya adalah, pengedar baru. Sakura membuka kertas yang dibungkus oleh plastik itu.

Di kertas itu terdapat foto. Foto itu adalah foto dimana ada seorang laki-laki yang seumur Kiba, tetapi kelihatan lebih tinggi. Rambutnya biru malam model pantat ayam. Matanya tajam, hidungnya bangir, dan pipinya tirus. Dia masuk ke dalam kategori manusia lumayan dalam kamusnya. Mari kita baca, apa yang ada di lembar kertas mengenai laki-laki ini.

Uchiha Sasuke yang berstatus WANTED!

Anak dari Uchiha Fugaku, seorang bandar narkoba yang susah ditangkap. Terakhir kali, pihak Konoha Agency mengejarnya di Los Angeles, Amerika. Kabar terakhir, US pindah dari Los Angeles. Dalam rencana pengedaran, ia melibatkan rekannya sebagai alat transaksi. Mereka berani membunuh orang yang menghalangi transaksi. Mereka mengedarkan narkobanya ke klub malam. Berikut rekan-rekan yang bersangkutan dan tergbung dalam grup bernama Invisible.

Ada foto laki-laki yang berambut spike pirang. Ujung rambutnya kelihatannya tajam seperti duri durian. Kulitnya agak lain dari teman-temannya Kulitnya tan. Sama seperti Kiba. Sepertinya dia tipe orang yang tak mau merawat diri, hobi berjemur, pemalas, dan masa' bodoh. Di foto ini, dia memperlihatkan deretan gigi putih yang kontras dengan warna kulitnya. Matanya memancarkan ketenangan, layaknya laut biru yang tenang tanpa ombak. Di bawah foto itu, terdapat tulisan "Name : Namikaze Naruto"

Di bawah foto Namikaze, ada foto seorang laki-laki yang sepadan dengan pengedar bernama Sasuke. Dia hampir terlihat kembar jika model rambut mereka sama. Model rambuntnya klimis dan kulitnya seputih mayat. Dan yang cukup aneh dari orang ini, hanya dia yang menampilkan senyum. Sepertinya, orang ini susah ditebak, wajahnya dingin, tetapi tersenyum. Dan menurut data, namanya adalah Shimura Sai. Jelas sekali dia bukan saudara kembar manusia bernama Sasuke. Ternyata hanya dua rekan anak pengedar narkoba yang telah lama dicari-cari ini. Guratan senyum muncul di wajahnya begitu melihat usia ketiga orang ini. Tujuh belas tahun, hanya satu tahun lebih tua darinya.

Ngomong-ngomong, sebenarnya apa urusan Sakura di kantor polisi? Jadi, begini. Sakura merupakan salah satu anggota organisasi 'ANBU'. ANBU sendiri adalah organisasi yang menangani kasus yang dialami oleh remaja seumuran mereka. Mereka tak pernah memilah terlebih dahulu dalam membenahi kasus. Karena itu, pemerintah menyetujui ditambahkannya ANBU menjadi salah satu bagian dari pihak kepolisian. Pihak kepolisian pun mengakui kinerja para junior ini sangat membantu. Dan ketua dari kelompok ini adalah Nara Shikamaru, seorang laki-laki berambut nanas yang memakai antingan di kedua telinganya. Dia menjadi ketua karena dia merupakan ahli strategi dan pemikir yang selalu berkepala dingin. Sedangkan visual dari ANBU adalah Sakura, karena gadis satu ini selalu berhasil menangani kasus yang diberikan Shikamaru dengan baik.

Cklek.

Pintu ruangan di buka. Seorang pria dengan mulut terbuka lebar karena menguap masuk ke dalam lalu menutup pintu dan duduk di kursi secara asal-asalan, entah itu di tempat siapa asalkan dekat dengan tempat duduk Sakura. Setelah acara menguapnya selesai, ia melemparkan dokumen dengan map biru ke hadapan Sakura. Sakura yang mendapat perlakuan yang kurang ajar itu sedikit marah. Dia balas perbuatan laki-laki itu dengan melemparkan map yang berisi lima puluh kertas yang tak berguna lagi.

"Aku tahu kau adalah atasanku. Tapi jangan bertingkah seenaknya! Sudah terlambat, banyak tingkah juga!" sergahnya dengan kasar sambil membuka map yang dilemparkan padanya. Pria itu berdecak sebal.

"Hm.. Balasanmu tidak setimpal," balasnya dengan kepala yang ia tidurkan di meja. Sakura mendengus keras.

"Salahmu sendiri kenapa memulai, Shikamaru," jawabnya. Sebagai pria yang baik, Shikamaru diam saja.

"Itu kabar terbaru yang didapatkan oleh Ino. Coba kau baca, mungkin misi ini akan kuberikan kepadamu dan Ino," ucap Shikamaru.

Sakura tak menjawabnya karena ia sedang fokus membaca dokumen yang disadap oleh rekannya, ralat mereka bagaikan soulmate, jiwa yang berbeda tetapi tetap bisa bersatu. Ino adalah gadis cantik yang merupakan agen yang handal. Dia selalu mendapat tugas untuk menggoda lawan untuk mengorek informasi karena body yang dimilikinya. Kalau pendapatnya, Ino adalah barbie hidup. Rambutnya yang pirang selalu ia kuncir ekor kuda dan rambut itu begitu halus dan lembut. Wajahnya cantik dengan rupa yang diidam-idamkan oleh perempuan di dunia ini, ditambah poni panjangnya yang menutupi keindahan bola mata aqumarine yang selalu dibanggakannya. Tak seperti Sakura, badan Ino lebih bagus. Semua ukuran anggota tubuhnya termasuk dalam golongan kecil, tetapi beri pengecualian untuk dada dan bokongnya.

Mari hentikan pembicaraan tentan Ino, mungkin kalau kita membahasnya terlalu lama, hawa nafsu laki-laki akan bangkit. Kita fokus juga ke dokumen yang sedang Sakura baca. Betapa beruntungnya dia. Grup Invisible itu ternyata sudah terdaftar ke sekolah dimana dia dan Ino bersekolah. Harap saja, tiga setan bertanduk dua itu masuk ke kelas yang ditempati oleh Ino dan Sakura. Menurut data yang disadap Ino dari sekolah, mereka baru pindah dari Amerika. Selain itu, juga ada potret mobil yang mereka gunakan saat datang ke sekolah. Ferari 458 Italia warna biru malam, sayang sekali nomor platnya terlihat kabur. Yang jelas hanya belakangnya yaitu, US.

"Harusnya wanita gatal itu bisa mengambil gambar yang lebih bagus," Sakura meurutuki kecerobohan Ino. Shikamaru menghela nafasnya. "Sudahlah, syukuri saja. Besok mereka mulai sekolah," Sakura mengangguk. "Aku pulang," Sakura memasukkan dokumen tentang pengedar baru itu ke dalam tasnya. Shikamaru berdiri melihat Sakura sudah memakai tas ranselnya kembali.

"Perlu kuantar?"

BeepBeepBeep

Ponselnya bergetar. Sakura merogoh saku roknya yang terus bergetar. Di layar itu terdapat tulisan "Gaara Incoming Call" dan "Slide to unlock". Ingin dia menjawab panggilan yang masuk itu, tetapi sudah terlambat. Sakura pun memasukkan Iphone 5s ke dalam kantungnya.

"Tidak usah kurasa. Gaara sudah menjemputku, aku duluan," Dengan tergesa-gesa Sakura keluar dari ruangan itu. Ia masih melanjutkan tingkah buru-burunya sebelum ia sampai di depan pintu utama untuk keluar dan masuk. Di depan kantornya, sudah ada mobil Nissan GT-R R35 hitam. Kaca terbuka, kembali ditampilkan kakaknya yang ekspresi mukanya menyebalkan.

"Kau tetap saja lamban. Cepat masuk," Dengan wajah cemberut, Sakura pun masuk dan segera memakai sabuk pengamannya.

"Kau juga sama. Tetap saja cerewet!" balas Sakura dengan ketus. Akhirnya Gaara hanya diam dan memusatkan pikiran untuk menyetir.

Saat mobil kesayangan Gaara ini masuk pekarangan rumah yang besar dan luas, Sakura melepaskan safe belt dari pinggangnya. Jalan yang dilalui oleh mobil Gaara diapit oleh kebun bunga di sebelah kanan dan kolam ikan mas yang besar dengan pondok kecil di sebelah kiri. Mobil Gaara berhenti saat dia sampai di depan pintu besar yang ada di bagian depan yang disanggah oleh dua pilar putih yang besar. Sakura dan Gaara pun turun dari mobil.

Kedua kakak-beradik itu berjalan melewati ruang tamu dan masuk ke dalam sebuah ruangan. Ruangan itu sepertinya khusus untuk Gaara dan Sakura yang sama-sama gamers. Ruangan ini sejuk karena ada empat AC yang dipasang. Ada televisi berukuran enam puluh inchi. Ada mesin Play Station 3, X-box, laptop, dan komputer yang ditata rapi. Terdapat juga kulkas, ranjang Queen Size, dan rak buku yang tersusun di sudut ruangan. Dan tak lupa ada sofa empuk yang panjang sebagai tempat duduk. Ah, satu lagi. Di sini mungkin rajanya stopkontak, karena hampir di setiap sudut ruangan dipasang stop kontak. Dan ini ruangan khusus untuk bermain sekaligus kamar tidur Sakura.

Sakura langsung melempar tasnya secara asal-asalan, dan beruntungnya tas itu tepat jatuh di tempat tidur. Tanpa menyalin seragamnya, Sakura menghidupkan televisi dan menyalakan Play Station, kemudian dia duduk manis dengan stick PS di tangannya yang sudah ia genggam erat. Hari ini dia berkeinginan untuk menuntaskan karirnya di game balap mobil seperti Fast and Furious. Entah kenapa dia sangat tergila-gila dengan game yang meyangkut masalah balap mobil. Jadi, setiap satu game telah tamat, pasti ia akan memainkan yang baru tapi game balap mobil juga.

"Mau main tidak?" tawar Sakura karena loading sedang berjalan. Gaara yang sibuk memainkan Iphone terbaru itu meliriknya lalu menggeleng. Sakura mengembungkan pipinya.

"Semenjak kau mengenal wanita kau ini menjadi seperti Ino juga, gatal! Kalau begitu, tolong charger punyaku. Aku mau menamatkan game ini," Gaara pun menghentikan acara bermain ponselnya dan menggantinya dengan acara mengobrak-abrik tas Sakura. Gaara sudah mulai gusar karena tidak menemukan Iphone Sakura.

"Punyamu ini dimana? Sudah kau pindahkan ke tas belum?!" tanyanya dengan nada tinggi. Sakura yang rupanya sedang asyik balapan tidak menyahut lagi. Dia sedang asyik mengontrol stick yang dipegangnya supaya ia dapat memenangkan balapan ini. Sedikit lagi, sebentar lagi, Sakura akan mencapai garis finish, maka dari itu dia berusaha fokus dan mengabaikan apa yang ada di sekitarnya sebentar. Kesal karena tidak direspon, Gaara pun melempar bantal ke arah Sakura. Sakura marah besar, dia takut dia kalah, tetapi rupanya bantal itu mendorong jalannya laju mobilnya sehingga ia tetap menang.

"Bodoh! Kenapa kau lempar bantal ini padaku?! Untung saja aku menang!" omel Sakura.

"Yayaya.. Dimana punyamu ini?" tanya Gaara. Sakura menunjuk kantung depan di tasnya.

"Itu! Di situ! Jangan ganggu aku lagi!" ketus Sakura. Ketika Gaara sudah memegang Iphone dengan paper case itu, Sakura kembali melanjutkan kegiatannya. Dan setelah ponsel mahal itu terisi, Gaara kembali asyik dengan ponselnya sendiri.


Latar waktu berganti. Kini hari telah terganti. Matahari telah bersinar muncul untuk menyegarkan pagi. Tetapi, seorang gadis dengan rambut pink yang menjuntai panjang itu masih asyik dalam dunia mimpinya. Seragam tak lagi menempel di badannya, melainkan piyama. Gaara yang sudah berpenampilan rapi dan siap untuk pergi ke sekolah itu menatap adiknya dengan pandangan tak percaya saat membuka pintu. Gaara menggerakan telunjuknya untuk menekan tombol merah yang kecil. Ternyata, ada pipa kecil dengan warna transparan yang berada di langit-langit ruangan. Dan ujungnya tepat di atas wajah Sakura. Dan tetesan-tetesan air pun keluar dari pipa itu. Mau tak mau, Sakura membuka matanya karena semua air yang jatuh itu telah menghancurkan mimpi indahnya. Saat ia alihkan perhatiannya ke pintu, ternyata Gaara yang telah siap tengah berdiri dengan melipat kedua tangannya. Dia menarik nafas menahan emosi yang membuncah ingin keluar.

"Dasar penganggu!" teriaknya kesal. Gaara hanya membalasnya dengan tatapan datar. Sejenak ia pandangi Sakura yang masih duduk di tepi ranjangnya untuk mengumpulkan nyawa. Lalu Gaara melirik jam tangan Casio hitam yang melingkari pergelangan tangan kirinya.

"Sudah cukup. Sekarang bergegaslah mandi, kita sudah terlambat," Dengan menyibakkan selimutnya dengan kasar, Sakura pun beranjak dari tempat tidurnya menuju kamar mandi.

Lima belas menit kemudian, Sakura sudah muncul dengan tampilan siap pergi ke sekolah. Rambutnya yang panjangnya sepunggung, kembali ia kuncir tinggi seperti Ariana Grande. Seragam putih abu-abu tanpa jas telah ia pakai. Karena menurutnya, jika ia memakai jas sekolahnya, ia akan terlihat bodoh. Bawahannya rok lipit abu-abu tanpa ikat pinggang dengan tinggi setengah paha telah ia pakai sebagai pelengkap. Sebagai finishing, ia memakai sepatu NIKE pink dan kaus kaki putih yang tingginya di bawah mata kaki. Dan tas ransel Louis Vuitton sudah bersandar di punggungnya.

"Ayo! Katamu sudah terlambat!" Sakura pun menarik tangan Gaara yang masih memegang ponselnya. Mereka berdua pun segera bergegas untuk pergi ke sekolah. Dengan kelajuan yang luar biasa, akhirnya Sakura dan Gaara sampai di sekolah. Untung mereka pergi dengan motor, mungkin kalau dengan mobil mereka akan terjebak macet.

Saat motor Gaara sedang berjalan perlahan karena mencari parkir, Sakura melihat mobil Ferari 458 Italy itu. Kebetulan sepertinya, mereka baru sampai karena pintu mobil hendak dibuka. Tiga orang yang sesuai dengan apa yang ada di dalam dokumennya kemarin, grup Invisible keluar dengan tebar-tebar pesona. Dan sesaat itu juga, Sakura sadar kalau mereka sudah mendapatkan tempat parkir. Sakura langsung turun dari motor Gaara dan berlari menuju kelasnya karena ia sudah terlambat. Pelajaran pertama dimulai jam tujuh, sedangkan sekarang sudah jam tujuh lewat lima belas menit. Sakura terus berlari menyusuri koridor. Ia bersyukur kelasnya tidak berada di lantai dua, melainkan kelas di ujung koridor. Setelah menemukan pintu kelasnya, dia membukanya dengan keras sehingga menimbulkan bunyi yang cukup keras.

Semua yang ada di kelas melirik Sakura yang tangannya masih memegang pintu. Begitu juga dengan guru berambut perak yang melawan gravitasi itu. Sakura masuk dan menutup pintu kelas mereka dengan pelan. Sakura Maju ke depan kelas untuk mensejajar diri dengan grup Invisible yang berstatus sebagai murid baru. Dengan santainya Sakura mengadakan kontak mata dengan Gurunya itu, malah ia sampai cengar-cengir.

"Alasanmu terlambat?" tanya Guru itu, Sakura menggaruk-garuk kepala belakangnya.

"Aku tersesat di jalan kebenaran, Pak Kakashi," jawab Sakura dengan polosnya. Sontak teman-teman sekelasnya tertawa karena itu adalah alasan mengapa Kakashi terlambat. Karena sudah tak tahu lagi mau meletakkan wajahnya dimana, dia mempersilahkan Sakura untuk duduk.

"Silahkan duduk," Sakura pun langsung mengambil tempatnya yaitu bangku belakang dari kiri. Kakashi kembali menatap ketiga laki-laki yang ada di hadapan anak didiknya.

"Jadi, ini adalah teman baru kalian. Yang berambut pirang itu Naruto, yang berambut biru malam ini Sasuke, dan yang di sebelahku, Sai. Mereka semua pindahan dari Amerika. Untuk perkenalan selanjutnya, kalian bisa lakukan saat istirahat," jelas Kakashi.

"Baiklah, kalian bertiga boleh memilih tempat duduk,"

Mereka bertiga pun memilih tempat duduk yang kosong. Sai dan Naruto telah mendapatkan tempat duduk. Melihat ada tempat kosong yaitu bersama Sakura, Sasuke memilih untuk duduk di situ. Sakura membuka buku Matematika dan membacanya, padahal di balik itu ia sedang membaca novel. Sasuke yang melihat gadis ini berbeda, sedikit merasa tertarik.

"Boleh kita berbagi buku?" tanya Sasuke. Sakura menjadi berhenti membaca novelnya dan memilih untuk melihat wajah Sasuke dari dekat. Memang, sama seperti di foto, laki-laki ini lumayan tampan. Sakura menaikkan sebelah alisnya.

"Tidak," jawabnya pendek. Sasuke mengerutkan keningnya. Biasanya, perempuan yang duduk di sebelahnya akan langsung menawarkannya untuk berbagi buku lalu menanyakan nomornya. Bahkan membujuknya untuk berkesan, memang gadis di sampingnya sudah lain dari awal. Dia seperti tak mempunyai ketakutan saat bertatapan dengan Kakashi, ia menunjukkan pada orang lain bahwa ia tak mempunyai beban.

"Aku belum mempunyai buku," Sasuke beralasan. Sakura mengangkat sudut bibir kirinya.

"Lalu? Itu merupakan urusanku? Begitu?" tanya Sakura dengan nada sinis. Sasuke tersenyum, tepatnya dia menyeringai.

"Dengar, kau akan menjadi milikku," Sakura tertawa kecil seakan menganggap omongan Sasuke barusan adalah lelucon. Tetapi, sedetik kemudian ia merubah ekspresinya menjadi datar dan dingin.

BUK!

Dengan sengaja ia menghantam pipi Sasuke dengan kepalan tangannya yang terkepal dengan kuat. Sakura tersenyum sinis saat ada darah yang mengalir dari sudut bibir Sasuke dan semua perhatian isi kelas tertuju pada mereka berdua.

"Kau apakan dia, Sakura?" tanya Kakashi. Sakura langsung menujukkan wajah polos seakan tak bersalah.

"Aku tak sengaja," jawabnya dengan berpura-pura menyesal. Sasuke balas tersenyum sinis setelah mengelap cairan merah kental itu.

"Aku tak apa," tambah Sasuke. Kemudian perhatian seluruh kelas kembali tertuju pada Kakashi yang mulai menerangkan masalah statistika. Bola mata emerald berhadapan dengan onyx, keduanya menyiratkan pandangan penuh makna.

"Lihat saja nanti, nona," kata Sasuke dengan seringaiannya. Sakura hanya mendengus.

"Jangan mempunyai mimpi yang terlalu tinggi, tuan," balas Sakura.

To Be Continue

Huha! Gimana nih, fict author yang baru? Makin jelek atau ada kemajuan dari yang sebelumnya? Masih ada typos, nggak? Kalau masih ada, maafkan saya. Padahal ini udah saya check tiga kali loh, mungkin mata saya aja yang kayaknya kurang jeli. Masalah mobil yang tampil maafkan saya, pengetahuan saya tentang mobil berasal dari film favorit saya, Fast an Furious. Jadi yang muncul, mobil-mobil kece yang ada di film itu deh. Eh, ada yang ketinggalan. Tolong dong kirim review buat fict ini. Mau saran, mau kritik, mau positif, mau negatif, saya terima semua, no filter kok. Idenya masih kurang nih, mungkin dengan adanya dari review kalian semua, muncul inspirasi yang hebat di dalam pikiran saya. Sekian dan terima kasih. Okayyy, sampai jumpa di nex chap!^^