XOXO High School
Story by tsubaaaki
Kyungsoo-centric | OT12 | Fantasy/Friendship/a lil bit humor/Highschool!AU/MAMA!AU | Chaptered
Disclaimer : I only own the plot not the boys. The main idea of their powers come from SM
Summary : Awalnya, Kyungsoo menganggap XOXO High School sama seperti SMA lainnya.
Happy reading!
.
.
.
.
.
Do Kyungsoo, sebut saja Kyungsoo.
Kyungsoo tidak tahu sejak kapan dia bisa mengangkat kulkas yang dua kali lebih besar dari dirinya, Kyungsoo tidak tahu sejak kapan dia bisa melempar vending machine hingga ke ujung jalan bahkan Kyungsoo pun tidak tahu kalau dia bisa meretakan aspal di saat menginjakan kakinya. Ya, semua itu Kyungsoo lakukan secara tidak sadar, di saat amarahnya naik.
Tentu saja tetangga sekitarnya mengganggap dia aneh, teman-teman sepermainan Kyungsoo tidak lagi bermain dengannya, orang tua mereka melarang bermain dengan Kyungsoo, takut kalau anaknya masuk rumah sakit. Rekor yang pernah dibuat Kyungsoo hanya satu orang, itu pun tidak sengaja. Agaknya meninggalkan luka mendalam bagi Kyungsoo, yang sebelumnya lebih suka tersenyum dan tertawa, sekarang menjadi lebih pendiam dan jarang tersenyum.
Kyungsoo benci kekerasan.
"K-kau mau ap–" belum selesai dengan kalimat itu, empunya suara sudah pingsan tertimpa sepeda milik Kyungsoo dan seorang wanita berlari ngeri melewatinya sambil memandang Kyungsoo dengan tatapan aneh. Wanita yang hampir dijambret tadi, tidak mengeluarkan sepatah kata pun untuk Kyungsoo, hanya teriakan "aaaaaaaah!"
"You're welcome," jawab Kyungsoo santai, mengambil sepedanya yang ringsek lalu menentengnya sampai ke rumah.
Dia benci melakukan kekerasan.
.
.
"Kamu sudah memikirkan akan masuk SMA mana?" tanya ibunya saat sarapan. Kyungsoo menggeleng pelan sambil mengoles selai kacang pada roti bakarnya. Ibunya tersenyum seraya berkata, "bagaimana kalau kamu masuk XOXO High School? Teman ibu kemarin merekomendasikan. Itu pasti cocok untuk kamu."
Ada keraguan tersirat di wajah Kyungsoo, dia tidak yakin apakah sekolah barunya dapat menerima dia 'apa adanya.' Merupakan sebuah keberuntungan bahwa SMP Kyungsoo sekarang tidak mengeluarkannya, walaupun sudah beberapa kali menghancurkan properti sekolah.
Ibu Kyungsoo memegang tangan anaknya, dia tahu apa yang ada di benak anak semata wayangnya itu. "Tenang, mereka pasti mengerti tentang kekuatanmu," ucapnya berusaha meyakinkan anaknya. Kyungsoo hanya tersenyum.
Kyungsoo benci kekuatannya.
.
.
"Jadi ini yang namanya XOXO itu ya?"
Kyungsoo sedang sibuk memperhatikan gedung sekolah barunya, ketika sebuah suara muncul di belakangnya. Dua orang anak yang lebih tinggi darinya, yang satu memiliki tatapan mata tajam dan ada sedikit lingkaran warna hitam di bawah matanya seperti panda dan yang satu lagi memiliki rambut berwarna honey blonde.
"Kau bisa ikut klub renang nanti...atau atletik!" sahut si honey blonde dan ditanggapi dengan anggukan senang dari pemilik mata panda. "Kau mau ikut klub apa nantinya?"
"Hm...mungkin menjadi pengurus OSIS lebih menarik kali ya," jawabnya sambil melewati Kyungsoo dan mereka memasuki gedung tersebut sambil bersenda gurau.
Klub, satu hal yang dihindari Kyungsoo.
Kyungsoo senang menyanyi, dia ingin ikut klub vocal, tapi dia terlalu takut, takut merusak segala sesuatu di sekitarnya. Saat kelas 1 SMP saking bersemangatnya Kyungsoo hampir merobohkan panggung. Sejak saat itu, Kyungsoo berpikir untuk tidak masuk klub apapun.
"Kau ingin masuk klub vocal?" Kyungsoo sedikit terkejut mendengarnya, dia tidak sadar bahwa dirinya memandang lama ke arah poster klub vocal, sejak pertama kali orang itu memasang di mading dan kini yang empunya suara sudah selesai menempel.
"A-ah...tidak," tolak Kyungsoo halus. Dia tersenyum ke arah Kyungsoo sambil menepuk pundaknya, "Baiklah. Tapi kalau kau penasaran, kau bisa melihat-lihat klub kami. Ada di lantai dua." Kyungsoo mengangguk perlahan sebelum orang itu beranjak pergi.
.
.
Awalnya, Kyungsoo menganggap XOXO High School sama seperti SMA lainnya. Dua minggu terlewati dan hal aneh sering terjadi di sekolah ini. Itu sedikit mengganggu pikirannya.
Seperti saat Kyungsoo makan siang di halaman sekolah, entah matanya yang salah lihat atau memang ada manusia yang bisa terbang dari atap sekolahnya, atau saat guru sejarah melempar penghapus ke arah si mata panda–ternyata satu kelas dengan Kyungsoo–yang tertidur, tapi sedetik kemudian dirinya sudah terbangun dan menghindari penghapus tersebut.
Mungkin refleksnya bagus, pikir Kyungsoo.
"Bibi! Aku pesan nasi goreng kimchi satu!" teriak seorang anak berkulit tan.
Kali ini Kyungsoo yakin, bahwa hal aneh memang terjadi di sekolahnya atau mungkin ada hantu. Kyungsoo percaya dengan mata dan pendengarannya, lima detik yang lalu anak berkulit tan itu masih berada di belakang, menggerutu tentang antrian yang lama. Ya, mengantri untuk memesan makanan, sama seperti yang dilakukan Kyungsoo sekarang. Bagaimana bisa dia sampai di depan duluan? Apa dia hantu? Tapi dia punya kaki dan orang di sekitarnya tidak menganggap itu hal aneh, membuat Kyungsoo menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Yo, Kai! Cepat sekali kau mendapat makanan!" sahut si mata panda ketika anak itu menghampiri mereka. Mereka? Iya, dia tidak sendiri. Si mata panda sedang duduk bersama si honey blonde. "Dasar curang!" ucap si honey blonde sambil tertawa.
Memang curang kok.
Kyungsoo yang tanpa sadar melayangkan pandangan tidak suka saat melewati meja tiga sekawan tersebut.
Kyungsoo hendak memakan kimbapnya, ketika anak bernama Kai itu tiba-tiba muncul di hadapannya. Ya, muncul layaknya sihir, poof! Tentu saja itu pertama kalinya Kyungsoo melihat atraksi aneh bin ajaib tersebut.
"A-apa maumu?" ucap Kyungsoo gugup namun masih mempertahankan wajah seriusnya. Kai tertawa kecil. "Apa mauku?" tanyanya balik. Kyungsoo tidak menjawab, pertanyaan seperti itu tidak penting untuk dijawab.
Kai membenarkan posisi topinya, "kau tahu...aku tidak suka orang memandangku seperti itu," ucapnya dengan nada serius. Butuh beberapa detik bagi Kyungsoo untuk mencerna perkataan Kai. Well, sebenarnya Kyungsoo tidak sengaja melakukannya.
"Tapi memang kau curang kok," jawab Kyungsoo santai. Kai kembali tertawa, tertawa remeh. "Kau ingin mencari masalah ya?" tanya Kai. Kyungsoo menggeleng, "sebaiknya kau yang jangan mencari masalah."
Perkataan Kyungsoo membuat Kai menaikan alisnya, "Wah Zitao, teman sekelasmu berani juga ya!" teriak Kai ke arah belakang Kyungsoo, di mana terdapat Zitao–si mata panda–yang ternyata memperhatikan mereka sejak tadi, begitu juga dengan si honey blonde. Kyungsoo menoleh ke belakang dan melihat mereka tertawa ke arah dirinya, tertawa remeh.
Berhitung sampai 10 Kyungsoo.
Kai bertepuk tangan, "Well, jawabanmu tadi itu sedikit...ya sedikit..."
1...2...3...4...5...
"Um, aku harus bilang apa ya..."
6...7...
"Sebenarnya aku tidak suka mencari masalah, apalagi ini baru minggu kedua..."
8...9...
"Tapi tampangmu itu mengganggu sekali,"
10!
Kyungsoo menggebrak meja dan menatap Kai dengan luapan amarah. Tentu saja itu membuat seisi kantin terdiam dan memandang heran sekaligus kaget ke arah mereka berdua. Kai sendiri pun kaget. Kenapa? Karena meja yang beberapa detik tadi masih utuh, sekarang sudah terbelah dua, makanan Kyungsoo pun ikut jatuh dan lantai yang berada di bawah meja itu, ikut retak.
"Wh-whoa..! Apa yang kau lakukan?" tanya Kai melihat ke arah meja yang terbelah dua tersebut. Kyungsoo berkedip beberapa kali dan seakan disadarkan dari lamunan dia berkata, "a-ah...itu, maaf!" dan Kyungsoo segera melesat pergi, menjauhi kerumunan itu, menjauhi berpuluh pasang mata yang memandangnya, juga tatapan heran dari Kai.
Seisi kantin hening untuk beberapa saat. "Yaa! Kim Jongin sudah kubilang jangan mencari masalah di sekolah barumu!" ucap sebuah suara lantang dan agak nyaring menghampiri Kai. "Ta-tapi bukan aku hyung!" sanggah Kai.
.
.
.
Seusai jam istirahat berakhir Kyungsoo tidak masuk kelas, dirinya memilih untuk menenangkan diri di atap sekolah. Teman sekelasnya atau bahkan orang satu sekolah pasti akan menganggapnya aneh dan menakutkan, mungkin ini hari terakhir di sekolahnya. Kyungsoo merutuki dirinya, bisa-bisanya dia kabur dan meninggalkan meja kantin rusak begitu saja, bagaimana kalau sekolah meminta biaya pengganti?
"Hey Hulk..."
Kyungsoo membuka matanya dan melihat Kai sedang menatapnya, kepalanya menghalangi cahaya matahari yang mengarah kepada Kyungsoo.
"K-kau...!"
Kyungsoo segera bangun dan mengambil posisi duduk, sedangkan Kai berjongkok di depannya. "Tenang...tenang, kau tidak usah takut. Aku tidak akan menghajarmu," ucap Kai sambil menepuk-nepuk bahu Kyungsoo.
"Lalu...kenapa kau ke sini?"
Kai berdiri dan memasukan tangannya ke dalam saku. "Kau tahu...aku bukan hantu, dan juga bukan penyihir," dia tersenyum ke arah Kyungsoo sedangkan ekspresi Kyungsoo penuh dengan pertanyaan.
"Aku hanya bisa teleportasi," sesaat setelah Kai mengatakan itu, dia menjetikan jarinya lalu menghilang. Kyungsoo mengedip beberapa kali dan mengucek-ngucek matanya, kali aja kelilipan, tapi ternyata tidak. Kai benar-benar menghilang! O_O
Tidak butuh waktu lama, karena Kai telah kembali dengan sebuah tas, tas Kyungsoo. Dia berjalan ke arah Kyungsoo dan memberikan tas tersebut kepada pemiliknya. "Da-darimana...kau dapatkan?"
"Haaah, kan sudah kubilang aku bisa teleportasi. Tentu saja ini kuambil dari kelasmu," jawab Kai sambil mengacak rambutnya dan mendapat respon 'o' dari Kyungsoo. "Jadi, apa kekuatanmu?" tanya Kai sambil duduk di sebelah Kyungsoo. Kyungsoo agak ragu memberitahunya, tapi berhubung anak ini sudah menunjukkan kekuatan miliknya. "Sejak kecil aku...mempunyai kekuatan yang lebih dibandingkan orang pada umumnya, bahkan...aku bisa mengangkat kulkas saat umur 7 tahun."
"Seperti Hulk, ya.." ucapnya sambil tertawa kecil.
Kyungsoo balas tertawa, "ya...seperti Hulk."
Kai mengulurkan tangannya, "Namaku Kim Jongin, panggil saja Kai,"
"Kyungsoo...Do Kyungsoo," balas Kyungsoo sambil menjabat tangan Kai. Setelah itu Kyungsoo meminta maaf karena telah memandang Kai dengan tatapan tidak enak dan Kai pun mengakui, harusnya dia tidak curang tapi perutnya saat itu lapar tingkat maksimal.
"Terima kasih juga kau membuatku membereskan meja yang rusak itu," ucap Kai dengan nada bercanda. Namun Kyungsoo menanggapinya berbeda. "B-benarkah? Ma-maaf harusnya aku tidak pergi begitu saja, nanti akan kuganti––"
"Hey...hey...tidak usah panik, aku hanya bercanda. Mereka juga tidak akan meminta biaya pengganti kok," pernyataan itu membuat Kyungsoo heran. "Itu sudah menjadi tanggung jawab mereka menampung anak-anak seperti kita ini," lanjut Kai.
"Seperti kita?" tanya Kyungsoo heran. Kai melayangkan pandangannya ke arah langit dan Kyungsoo pun mengikuti arah mata Kai. Mata Kyungsoo sedikit membulat ketika melihat seseorang baru saja mendarat di hadapan mereka.
Sendirian.
Tanpa memakai perantara apapun.
Dia baru saja terbang!
Orang ini yang Kyungsoo lihat tempo hari disela makan siangnya.
"Selesai dengan tidur siangmu, duizhang?" tanya Kai dan orang yang dipanggil dhuizang itu mengangguk sambil menepuk-nepuk debu yang berada di seragamnya. "Sebuah pesawat hampir saja menabrak ku," jawabnya santai. Kai tertawa kecil sedangkan Kyungsoo terdiam, kaget.
"Apa Junmyeon mencariku?" tanyanya kepada Kai. "Yep, dia berada di ruang OSIS," orang yang dipanggil dhuizang itu mengangguk dan melambaikan tangannya sebelum pergi. Kai mengalihkan pandangannya ke arah Kyungsoo, "see? Tidak hanya aku dan kau, sekolah ini memang khusus untuk orang-orang spesial,"
"Spesial?"
Selama ini Kyungsoo menganggap kekuatan yang dimiliki hanya sebuah musibah, bukan hal spesial yang patut dibanggakan. Bahkan itu lebih ke arah merusak.
Kai mengangguk. "Banggalah sedikit pada kemampuanmu,"
"Ta-tapi yang kulakukan hanya merusak..."
"Kau tahu apa kekuatan Mr. Incredible?" tanya Kai, membuat Kyungsoo mengambil waktu sejenak memikirkan tokoh fiktif buatan Pixar tersebut. "Dia...kuat," jawab Kyungsoo tidak yakin. Kai mengangguk, "dan?" tanyanya lagi. "Dan dia pahlawan super, tu–tunggu maksudmu aku harus menjadi pahlawan super?"
Kai menghela nafasnya. "Bukan. Maksudku dia bisa menerima kemampuannya sendiri dan menjadikannya hal positif, kenapa kau tidak melakukan hal itu juga?"
"dan menjadi pahlawan super juga?" Kyungsoo bertanya dengan muka polosnya.
Kalau di depannya ini adalah Zitao atau Sehun, mungkin sudah sejak tadi Kai memukul kepalanya. Sayangnya bukan, yang sedang dihadapannya adalah seorang anak bermata besar yang tidak yakin dengan kemampuannya sendiri.
"Belajarlah menerima kemampuanmu! Di dunia tidak orang yang dilahirkan sia-sia, kalau mereka tidak menerimamu, itu urusan mereka! Yang penting kau sudah melakukan dengan sepenuh hati!" ucap Kai lantang. Kyungsoo terdiam dan kata-kata Kai itu seperti menampar dirinya. Ibunya memang sering mengatakan kalau kemampuannya itu bukan sebuah kesia-siaan, itu sebuah hadiah. Kyungsoo selalu mengira itu hanya kata-kata untuk menenangkan dirinya.
"Ta-tapi kalau aku marah, aku mengeluarkan kekuatanku tanpa sadar.."
"Kalau begitu aku akan membawamu ke tempat lain, agar kau tenang,"
Kai memegang pundak Kyungsoo sambil tersenyum padanya. Kyungsoo pun mengangguk. Mungkin memang benar dia harus belajar menerima kemampuannya.
"Ngomong-ngomong kata-katamu tadi bagus,"
"Ah tidak, aku hanya meniru gaya bicara kakak ku,"
CHAPTER 1 – END
A/N: Thanks for reading. Mind to review? =D
