Summary: Mika tahu bahwa dia seharusnya tidak boleh berhubungan dengan orang-orang dari mimpinya. Namun saat mereka muncul dalam kehidupannya satu per satu, dia tahu. Waktu dalam dirinya sedang bergerak. Bergerak menuju kehancuran.
Genderbender, Parody Please save my Earth
Warning! Shounen-ai! Incest (kalo pedang se-family bisa disebut incest)! Shota (Ichigo masih SD)! Maybe OOC and typo
0.0
"Mika, apa kamu sudah melihat tetangga baru kita?" tanya Kogi saat saudara laki-lakinya baru saja pulang dari sekolahnya sore itu.
"Belum, aku dengar mereka punya anak lelaki yang masih SD," ujar Mika sambil melepas melepas blazer dan dasi yang langsung diserahkannya pada sang adik.
"Sebaiknya, kamu tidak usah melihatnya," suruhnya yang mengundang rasa ingin tahu dari lelaki berambut biru yang sama sekali tidak mirip dengannya itu. Kogi berbadan besar dan memiliki stamina yang bagus, karena itulah dia masuk dalam tim reguler klub olahraga mereka sementara Mikazuki lebih tertarik pada literatur.
"Onaya, apa kamu khawatir?" tanya Mika pada saudara kembar yang beda sel telur dengannya itu. Kogi mengacak-acak rambutnya kesal.
"Meskipun aku melarang pun, karena dia anak tetangga kita yang baru, cepat atau lambat kamu juga akan bertemu dengannya."
"Dia?" Mika memandang bingung saudaranya.
"Anak itu... Ichigo, kemungkinan dia adalah suamimu."
0.0
"Mikazuki, nama yang bagus untuk wanita secantik bulan."
"Mikazuki, apa kamu mulai jatuh cinta denganku?"
"Mikazuki, menikahlah denganku."
"Mikazuki, maaf aku harus meninggalkanmu sendirian."
"Mikazuki, tolong jangan akhiri hidupmu."
0.0
"Mika? Hoi, Mika? Apa kamu sudah sadar?" tanya Kogi saat tiba-tiba melihat saudaranya itu tidak bergerak ataupun mengeluarkan suara apapun setelah dia menyebutkan identitas asli dari anak lelaki yang baru pindah ke sebelah rumah mereka. "kamu tidak kembali mengingat apa yang terjadi di bulan kan?" Mikazuki tersenyum tipis. Dia bisa melihat wajah Kogi yang khawatir dengannya.
"Kogi, bagaimana kamu bisa tahu kalau dia adalah orang yang sama? Aku pernah cerita bukan, bahwa orang yang terakhir berada di bulan adalah aku. Kalaupun mereka reinkarnasi bukankah seharusnya mereka lebih tua daripada aku?" jelasnya yang membuat Kogi sedikit berpikir.
"Tapi wajahnya sama dengan lelaki yang kamu gambar saat masih kecil," ujar Kogi yang menjelaskan kecurigaannya. Sejak kecil saudaranya sering menggambar, dan orang yang sering digambar adalah suami Mika di dalam mimpinya.
"Meskipun wajahnya sama, belum tentu dia orang yang sama. Lagipula aku di dalam mimpi dan aku yang sekarang juga orang yang berbeda." Kogi hanya bisa terdiam. Karena dia tahu seberapa besarpun keinginan Mika untuk menemukan kembali suaminya di dalam mimpi tersebut, dia tidak bisa menemuinya dengan kondisinya saat ini.
"Aku yang bisa meledakkan bumi kapanpun juga, tidak berhak untuk menemui mereka."
0.0
Mikazuki Munechika, adalah nama wanita berambut biru panjang dalam mimpi Mika. Kecantikan itu bisa mengundang bencana. Kata itu terlintas di pikiran Mika saat melihat cermin dan mengingat tentang mimpinya kemarin. Karena dinilai cantik, gadis itu diperebutkan berbagai keluarga. Tidak pernah ada yang selamat setelah memilikinya. Karena itulah dia akhirnya di besarkan di ruangan terisolir dan hanya dapat bertemu beberapa orang saja. Gadis itu dicintai oleh alam, salah satu yang diberkati, kata seseorang di dalam mimpinya meskipun Mika sudah tidak terlalu ingat siapa yang mengatakannya. Gadis itu bernanyi dan bunga akan mekar. Bernyanyi dan tanah yang gesar pun berubah subur. Benyanyi dan mengundang kehancuran.
"Mika, apa kamu bisa menjaga anak tetangga kita?" tanya ibunya pagi itu. Saudaranya sudah keluar untuk latihan dari tadi pagi.
"Apa ibu akan pergi keluar?" tanya Mika, teringat peringatan dari saudaranya kemarin malam.
"Ibu harus pergi les memasak, kebetulan tetangga baru kita pun ikut les memasak juga. Karena itu ibu pikir daripada anaknya yang masih SD ditinggal sendiri kenapa tidak kamu jaga saja. Lagipula hari ini bukannya kamu bilang tidak ada keperluan di sekolah?" tanyanya. Mika tersenyum tipis, sepertinya dia salah karena mengatakan hari ini dia tidak harus pergi ke sekolah.
"Jam berapa kalian akan kembali?" tanya Mika, mencoba untuk membiarkan nadanya tetap tenang.
"Mungkin jam 4 atau 5 sore, seharusnya sebelum Kogi pulang ibu sudah sampai di rumah," jawab ibunya dengan nada gembira. Mika tahu les memasak tidak akan selama itu. Ibunya pasti akan melakukan kegiatan alamiah wanita, belanja. "Ah, itu pasti mereka. Aku akan membuka pintu dulu," ujar ibunya begitu mendengar bel pintu berbunyi.
Mika menatap ibunya yang dengan terburu-buru melepas celemek dan berjalan ke arah pintu masuk. Lelaki itu bisa mendengar bahwa ibunya itu sedang berbicara dengan tetangga mereka. Lelaki itu menghentikan acara makannya dan membereskan meja makan selagi menunggu ibunya selesai mengobrol.
"Mika, sini ibu kenalkan dengan tetangga kita!" suruh ibunya. Mika segera mencuci tangannya dan beranjak dari tempat cuci piring ke arah ruang keluarga dan melihat anak yang tidak boleh ditemuinya. Ibunya mengenalkan Ichigo dan ibunya sebelum berpamitan untuk pergi bersama dengan ibu Ichigo.
Mika menatap Ichigo setelah mereka mengantarkan kedua wanita itu di pintu keluar. Anak lelaki itu memiliki rambut berwarna cyan, dan memiliki wajah yang benar-benar mirip dengan suami Mikazuki. Mantan suami, mengingat di dalam mimpi lelaki itu sudah meninggal.
"Mika-san, maaf apabila saya mengganggu," ujar anak lelaki itu lagi. Terlalu sopan untuk ukuran anak-anak.
"Tidak masalah, lagipula aku sedang tidak ada keperluan. Apa kamu mau main?" tanya Mika mencoba melakukan kegiatan untuk menghabiskan waktu dengannya. Ichigo tersenyum dan mengatakan bahwa dia biasanya membaca buku, sehingga akhirnya mereka pergi ke kamar Mika dan membuat mata Ichigo berbinar melihat kumpulan buku pebuh ilustrasi milik Mika.
Lelaki itu menatap anak di depannya sambil berpikir. Meskipun memiliki wajah yang sama, mantan suami Mikazuki bukanlah orang yang sama dengan anak lelaki di depannya. Sifat maupun kesukaannya berbeda. Namun Mika tidak bisa berkomentar apapun. Karena seperti yang dia katakan pada Kogi, dia pun bukan gadis yang terkurung dalam ruangan dan percaya bahwa suatu saat dia akan menemukan orang yang membebaskannya dari kurungan. Gadis itu telah meninggal. Dan Mika tidak akan melakukan hal yang sama dengannya.
"Mika-san?" panggil Ichigo tiba-tiba. "apa saya diperbolehkan meminjam buku ini?" tanyanya sambil memperlihatkan salah satu buku astronomi milik Mika.
"Apa kamu menyukai astronomi?" tanya Mika sambil tersenyum. Apa senyumannya tidak terlihat dipaksakan?
"Saya menyukainya, bumi, galaksi, namun yang paling saya sukai adalah bulan," jawabnya yang membuat Mika sedikit tersentak. Dia ingat orang itu juga pernah mengatakan hal yang sama, karena bulan adalah bagian dari namanya. Nama yang sudah tidak dimiliknya lagi.
"Kamu boleh meminjamnya, kalau kamu mau aku bisa meminjamkan buku yang lain juga," jawab Mika yang mengundang binar lebar dari Ichigo.
"Kalau begitu janji! Mika-san harus berjanji!" serunya tiba-tiba yang membuat Mika tersenyum, karena kali ini dia benar-benar terlihat seperti anak-anak. Ah, sepertinya dia memang lemah dengan wajah ini. Kogi pasti akan memarahinya. Ichigo kembali membahas mengenai buku dan hal yang disukainya dari sana. Sementara, hanya untuk sementara, biarkan dia kembali jadi Mikazuki, gadis yang selalu mencintai semuanya, bukan Mika yang membawa bom waktu dalam hidupnya.
