Dahulu kala, hiduplah seorang penyihir. Dia tidak baik ataupun jahat. Dirinya yang haus akan ilmu pengetahuan membuatnya singgah dari satu tempat ke tempat lain—untuk belajar tentunya. Selain belajar, penyihir itu juga suka melakukan eksperimen. Suatu hari, ia menciptakan pincoy, tetapi pincoy itu tidak bertahan lama. Kemudian ia terus bereksperimen sampai pincoy yang ia ciptakan sempurna. Dan ketika pincoy itu ingin berubah menjadi manusia, ia cukup mencari manusia lain yang juga mencintainya dan dengan bonus—jika manusia dan pincoy itu berciuman maka ia dapat hidup di daratan, tetapi masih bisa menjadi pincoy jika ia terkena air.

And the story begin...

.

Kuroko no Basket © Fujimaki Tadatoshi

Three Magic Words © Bianca Jewelry

Rating : T for Romance

Warning : BL. Alternative Universe. OOC (maybe). Businessman!AomineXPincoy!Kise. 25y.o!Businessman!KurokoX10y.o!Innocent!Pincoy!Kagami.

Happy reading!

.

Night Market Festival – Neverland

Suasana malam itu begitu ramai. Stand ada dimana-mana dan tenda sirkus yang cukup besar di tengah tanah lapang itu. Pemuda bersurai biru muda itu berjalan ke arah tenda sirkus—Kuroko Tetsuya namanya. Hari itu sedang diadakan lelang pincoy dan Kuroko penasaran. Ia kepo seperti apa sih wujud pincoy itu, sampai-sampai hampir seluruh penduduk kota itu membicarakannya dan berniat ikut. Sesampainya di tenda itu, Kuroko disambut oleh suara MC, tempat duduk hampir penuh terisi, jadi ia hanya berdiri di dekat pintu keluar.

"Selamat malam para hadirin yang terhormat! Saya Koganei akan memulai acara lelang hari ini. Lelang hari ini akan dibagi menjadi dua sesi—sesi pertama untuk pincoy merah dan sesi kedua untuk pincoy kuning. Tapi tenang saja, untuk permulaan kami akan memperlihatkan terlebih dahulu kedua pincoy tersebut. Dan inilah mereka!" Koganei mengkode orang di belakang panggung untuk mengeluarkan pincoy-pincoy itu.

Akuarium lingkaran tertutup kain masing-masing didorong oleh dua orang ke atas panggung. Kemudian kain penutup itu terbuka. Kedua pincoy itu diikat di sebuah gelondong kayu di dalam akuarium. Kedua mata mereka tertutup. Mereka dalam keadaan tidak sadar. Pincoy merah berada di sisi sebelah kanan panggung dan pincoy kuning di sisi sebelah kiri panggung. Kedua-duanya sama-sama cantik, dengan rambut panjang bergelombang mereka berhasil membuat seluruh pengunjung dalam tenda sirkus itu terpana.

"Oke, kita akan mulai lelang sesi pertama," kata Koganei, kemudian mengkode orang yang menjaga pincoy kuning untuk membawanya masuk kembali. "Saya buka dengan harga seribu keping emas."

"Dua ribu!"

"Tiga ribu!"

"Lima ribu!"

"Tujuh ribu!"

"Sepuluh ribu!"

"Dua puluh lima ribu!"

Hening.

"Ada lagi?" tanya Koganei.

Kemudian seseorang mengangkat tangan. "Lima puluh ribu."

Koganei celingak-celinguk mencari sumber suara.

"Ah maaf! Aku disini!" kata Kuroko.

"Ehhhhhhh?!" Koganei kaget, kemudian berdeham. "Oke, ada lagi?"

Dan malam itu si pincoy merah sukses menjadi milik Kuroko Tetsuya.

.

Keesokan harinya Kuroko terbangun karena suara nyanyian seseorang. Mungkin pincoy itu yang menyanyi, pikirnya. Kemudian ia mengecek ke ruang tamunya. Kuroko tidak menyangka bahwa pada akhirnya ia yang membeli pincoy itu, sedangkan dengan pincoy yang satunya, ia kurang tahu karena setelah lelang, ia mengurus berkas-berkas dan pergi untuk memesan akuarium yang lebih besar kemudian pulang. Jadi untuk sementara ini, si pincoy merah tetap berada di akuarium lingkaran.

Pincoy itu meletakkan kedua tangannya pada pinggiran akuarium dan memperhatikan Kuroko yang berjalan ke arahnya. Kuroko menguap, kemudian mencari tangga agar bisa melihat pincoy itu lebih dekat. Lalu ia menyandarkan tangga pada akuarium itu dan menaikinya. Kini jaraknya dengan pincoy itu hanya beberapa senti saja. Ia memperhatikannya lama, kini pincoy itu berhadapan dengan Kuroko. Lalu Kuroko membuka suara. "A-anoo... Apakah kau bisa bicara?"

"Bicara?" tanyanya polos.

"Err... Iya, bicara—mengucapkan kalimat." Kuroko bingung menjelaskannya.

Pincoy itu hanya menatapnya.

"Siapa namamu?"

"Nama?" Pincoy itu masih menatap Kuroko.

Kuroko hampir menyerah ketika pincoy itu tiba-tiba menggelengkan kepalanya. "Maksudnya kau tidak tahu namamu?"

Si pincoy hanya diam.

Kuroko menghela napas. "Bagaimana kalau kuberi nama Kagami?"

"Nama... Kagami?"

"Iya, namamu Kagami, dan namaku Kuroko," kata Kuroko lalu tersenyum. "Ya sudah, nanti kuajari kau berbicara. Aku harus berangkat ke kantor," lanjutnya kemudian mengelus kepala Kagami lalu menuruni tangga.

.

Aomine Daiki. Tampan, mapan, menawan, dua puluh lima tahun dan single. Hush! Ini bukan biro jodoh, mas! Oke, tapi memang begitulah kenyataannya. Pagi itu, pemuda dengan motto 'yang bisa mengalahkan aku adalah aku' dibangunkan oleh suara merdu dari arah ruang tamunya. Aomine melihatnya—pincoy dengan rambut pirang panjang bergelombang yang berkilau, menutup matanya dan bersenandung. Ia tampak cantik dan... Aomine terpana. Pincoy itu menyadari kalau ia diperhatikan—memberikan senyum terbaiknya kepada Aomine. Aomine berdeham, berusaha menyembunyikan rona merah di pipinya. Ia berjalan ke arah pincoy itu. Ia menaiki tangga yang ada di samping akuarium dan menyapanya. "Halo."

"Halo," balasnya kemudian mengalungkan tangannya pada leher Aomine—memeluknya sekilas. Aomine ingin pingsan sekarang juga rasanya.

Rona merah tipis menghiasi wajah Aomine. Ia berdeham—lagi. "Err... Apakah kau bisa bicara?"

Pincoy itu hanya mengangguk dan tersenyum.

"Siapa namamu?"

"Panggil aku Kise. Dan kau?"

"Aomine Daiki. Salam kenal?" ucapnya kikuk.

"Boleh kupanggil Aominecchi?"

Aomine hanya menggaruk pipinya dengan telunjuknya. Matanya melirik ke kanan lalu ke kiri lalu menatap Kise yang terus menatapnya sambil tersenyum. "Boleh... Kurasa?"

"Oke Aominecchi, salam kenal!" ucapnya ceria.

"Ah, aku harus kerja. Tak apa kutinggal sendirian? Nanti malam aku akan kembali."

Kise mengangguk. "Selamat bekerja Aominecchi!"

"Kalau begitu... Sampai nanti!" pamit Aomine dengan senyumnya lalu menuruni tangga.

"Sampai nanti!" balas Kise—masih dengan senyum yang setia tersungging di bibirnya.

.

Malamnya, Aomine menyempatkan diri untuk mampir ke rumah Kuroko sepulang kerja. Ia duduk di sofa setelah disambut pemilik rumah kemudian memperhatikan pincoy merah yang sekarang sudah berada di akuarium yang lebih besar dan berbentuk balok sedangkan pincoy itu juga memperhatikannya dengan tatapan yang sulit dimengerti. Lalu Aomine menyesap teh yang baru saja dihidangkan oleh Kuroko.

"Siapa namanya?" tanya Aomine membuka pembiacaraan.

"Kuberi nama Kagami," jawab Kuroko setelah ia duduk berhadapan dengan Aomine.

"Huh? Memangnya dia tak punya nama?"

"Dia hanya diam saat kutanya tentang namanya."

"Oh."

"Apa Aomine-kun membeli pincoy kuning itu?"

"Instingmu kuat ya, Tetsu!" Aomine menyerigai. "Baiklah aku kembali dulu. Kasihan pincoyku sendirian di rumah. Sampai jumpa Tetsu!" pamit Aomine.

"Sampai jumpa Aomine-kun!" balas Kuroko lalu mengantarkan Aomine ke pintu depan.

.

Ketika membuka pintu rumahnya, Kise menyambutnya dengan ucapan 'selamat datang kembali' serta senyum secerah mentari. Aomine bahagia, biarkanlah dia berdelusi walaupun banyak perempuan di luar sana mengantri untuk mendampingi dirinya.

"Halo Kise," sapa Aomine agak gugup.

"Halo Aominecchi! Bagaimana harimu?"

"Baik... Baik... Akuarium barumu sudah sampai. Ingin pindah ke tempat yang lebih luas?" tanya Aomine dengan ibu jari menunjuk ke arah kaca lima sisi berbentuk balok dengan papan kayu diatasnya yang—yah, cukuplah ukurannya kalau Aomine ingin duduk di atasnya.

Kise mengangguk dengan antusias.

Aomine mempersiapkan segalanya sementara Kise memperhatikannya, dan terkadang menyemangatinya.

"Selesai," kata Aomine sambil mengusap peluh di dahinya. "Lalu bagaimana aku memindahkanmu?" tanyanya—lebih kepada diri sendiri dengan tampang sok berpikir. Hmm, mungkin tak ada jalan lain dengan cara menggendongnya, pikirnya. "Boleh aku menggendongmu?"

Kise mengangguk.

Aomine meletakkan tangan kirinya di lipatan ekor Kise dengan hati-hati sementara tangan kanannya melingkari bahunya. Kise sendiri mengalungkan kedua tangannya di leher Aomine—agak mendekatkan wajahnya ke dada bidang Aomine. Pipinya merona dan Kise tersenyum malu-malu. Aomine... Yah, mungkin setelah ini akan jejingkrakan. Kemudian Aomine memindahkan Kise ke akuarium barunya. Kise langsung berputar-putar setelah masuk ke dalam air, lalu memperhatikan Aomine lagi.

"Oi, Kise! Apakah kau makan makanan manusia?" tanya Aomine setelah membereskan ruang tamunya dan tentunya mengendalikan detak jantungnya.

"Ngg... Aku pernah memakannya... Dulu." Raut sedih menghiasi wajah Kise ketika mengatakan dulu tapi ia langsung tersenyum. "Apakah Aominecchi akan memberikan makanan manusia padaku?" tanyanya antusias.

Bohong jika Aomine tidak melihatnya. Tapi Aomine mengabaikannya dengan mengelus kepala Kise. "Kau mau? Aku akan membuatkannya."

"Boleh!"

"Oke, aku akan membuatkannya untukmu! Tunggu ya!"

Kemudian Aomine membuat sup krim untuk mereka berdua dan mereka memakannya bersama. Aomine duduk di papan kayu yang menutupi sedikit bagian atas akuarium Kise sementara Kise tetap berada di dalam air. Mereka makan diselingi canda tawa dan sesekali Aomine menggoda Kise dan membuatnya tersipu.

.

Kuroko duduk di atas papan yang menutup sedikit bagian atas akuarium Kagami. "Ada apa Kagami-kun?" tanya Kuroko setelah Aomine pergi—karena sedari tadi Kagami memperhatikan Aomine terus.

Kagami hanya menggeleng. Ia mulai mengerti cukup banyak kosa kata—ingatannya ternyata cukup bagus.

Walaupun dijawab gelengan oleh Kagami, Kuroko tetap menjelaskan, "Itu tadi temanku, namanya Aomine Daiki."

"Teman?"

"Iya, teman. Orang yang selalu ada bersamamu di saat senang maupun susah," terang Kuroko.

"Apakah Kuroko juga teman Kagami?" tanya Kagami polos. Melihatnya dengan tampang polos, Kuroko berasa ingin mengunyel Kagami.

"Tentu saja!" jawab Kuroko lalu tersenyum lalu menepuk kepala Kagami.

"Kuroko teman Kagami."

Kuroko tersenyum mendengar pernyataan Kagami. "Sedari tadi Kagami-kun memperhatikan Aomine-kun terus. Apakah Kagami-kun menyukainya?"

"Suka?" tanya Kagami dengan raut bingung.

Kuroko rela jadi pedofil demi Kagami, serius. "Suka itu..." Kuroko menggaruk kepalanya yang tidak gatal, bingung mencari kata yang tepat. "Ketika... Kau nyaman berada di dekat orang itu?"

Kagami masih menatapnya bingung. "Apakah Kuroko menyukaiku?"

"Ya, aku menyukai Kagami-kun," jawab Kuroko dengan senyuman. Ah, mungkin sejak awal melihatnya Kuroko sudah jatuh cinta pada pandangan pertama pada Kagami. Tapi Kuroko tak mengatakannya.

Mungkin, Kagami tidak begitu paham dengan penjelasan Kuroko tapi ia berkata dengan wajah serius, "Mungkin aku menyukai Aomine..."

Hati Kuroko sukses dibuat menjadi serpihan oleh Kagami.

.

TBC

.

Bang Aho maaf OOC! /jambak

Kagami juga demi kelancaran cerita saya buat polos unyuu-unyuu, semoga bisa diterima :3

Harga seribu keping emas saya buat setara dengan satu juta rupiah :3

Maaf bila ada typo(s).

Jika ada kritik dan saran atau ada pertanyaan boleh di post di kolom review! Komentarnya juga ya! :3

Terima kasih sudah membaca! Salam biru-kuning!