SAYONARA

Disclaimer : all these characters in this fiction would never be mine.

18/10/2012

"Trima ini, bibi. Akan sangat menyenangkan bila ini bisa membantu"

.

.

"membantu ? cih ! Segala darimu bisa membuatku sial!"

.

.

"Kemungkinan itu tetap ada bukan ? Kemungkinan 'segel' itu akan terlepas"

.

.

"Selalu ada. Tapi meski ada sekalipun… Aku takkan membiarkan Sakura terluka… apapun caranya"

.

.

"Yeah. Kau memang selalu dapat diandalkan"

.

.

Chapter 1 : The cursed Princess

Semua tuan putri memiliki istananya sendiri. Ini tak bisa dibilang istana, hanya karna bentuknya yang besar. Ini hanyalah gedung pemimpin yang menjadi pusat informasi dan segala komunikasi yang ada. Ini bukan lah era modern yang menggunakan tekhnologi canggih. Untuk menyampaikan informasi penting dan rahasia, mereka membutuhkan suatu ruangan khusus. Hanya sebatas itulah.

Tap tap tap

Langkah itu terdengar makin keras.

Tap tap tap

Makin mendekat.

.Cklek.

Sesaat setelah pintu itu terbuka, munculah sesosok gadis dengan rambut pink-yang aneh namun sangat cocok untuknya- tersenyum manis mendekat ke arah pemuda yang tengah duduk menatap fajar.

"Ohayou, nii-chan" sapanya sambil mengalungkan lengan kecilnya di leher sang pemuda dari belakang.

Dielusnya lengan mungil itu dengan lembut. "Ohayou mo, Sakura-chan"

"Gaara-nii, boleh Sakura keluar desa hari ini ?" tanya sang gadis sambil sedikit melonggarkan lengannya untuk menatap sang pemuda.

"Memang ada yang ingin kau lakukan ?" tanya sang pemuda lembut sambil membelai rambut pink Sakura.

"Eum…Sakura ingin membeli beberapa bunga"

"Bunga ? bukankah ada banyak bunga di luar gedung Kazekage ini ? kenapa harus keluar desa? kau tahu kan itu berbahaya di luar sana" sahut sang pemuda ramah.

"Ta..tapi…" Sakura menunduk. Ada rasa kecewa menjalar di hatinya.

Melihat itu, sang Onii-chan menghela nafas sebelum akhirnya bicara, "Baiklah"

"Benarkah ? Boleh ? Horeeeeee !" Sakura bukanlah gadis 6 tahun yang akan melonjak kegirangan ketika keinginannya dipenuhi, usianya sudah hampir menginjak 17 tahun, tapi hal ini tetap membuatnya senang. Sungguh putri yang manis.

Setelahnya Sakura pamit untuk bersiap. Gaara tersenyum lembut mengantar kepergiaan sang adik. Tak lama setelah Sakura keluar dari ruangan itu. Raut muka Gaara berubah seketika. Senyuman itu seakan tak pernah ada di sana. Hanya aura dingin seperti biasa.

"Turunlah"

Sesosok dengan pakaian organisasi dengan lambang Sunagakure di lengan kirinya mendadak muncul di hadapan Gaara.

"Ikuti Sakura"

~'~

"Sip !" Sakura menatap pantulan dirinya di depan sebuah cermin besar. Rambut pink panjangnya ia biarkan tergerai, dengan dress khas ninja Suna selututnya dan tas kecil yang diikatkannya di pinggang. "Dengan begini aku tak akan terlihat terlalu mencolok"

Sakura berjalan dengan riangnya. Setiap langkahnya diiringi dengan senandungan kecil. Rambutnya bergerak dimainkan angin. Senyum manisnya menandakan betapa senangnya ia bisa menghirup udara luar.

Ini memang bukan pertama kalinya Sakura keluar dari desa. Tapi setidaknya sudah cukup lama sejak terakhir kali ia menginjakkan kakinya di desa tetangga. Saat itu entah apa yang terjadi, Sakura sendiri lupa. Yang sempat diingatnya hanyalah ketika seseorang melukai kucing peliharaannya yang tersesat, ia merasakan sakit yang amat sangat setelah itu... Semua pudar.

"Bibi… ada bunga Lily ?" tanya Sakura pada salah seorang pedagang bunga.

"A..ada.. tunggu sebentar" bibi penjual bunga itu langsung bergegas masuk ke dalam dan mengambil beberapa bunga pesanan Sakura. Sementara itu Sakura melihat sekeliling toko bunga itu, perhatiannya tertarik pada sebuah lukisan bunga yang indah.

"I..ini pesanan anda nona" sang bibi penjual bunga itu segera mnyodorkan sebuket bunga Lily kepada Sakura dengan hati-hati.

"Ah…Berapa, bibi ?" sesaat sebelum Sakura mengeluarkan dompetnya, sang bibi segera menahannya.

"Ti..tidak usah. Ambil saja. Saya tidak butuh uang anda" jawab sang bibi terbata-bata. Sejenak Sakura memandang bingung, tapi pikiran buruk segera ditepisnya. Sejak dulu, Sakura memang selalu diperlakukan seperti itu. Segala yang diinginkannya dengan mudah didapatnya, tapi bukanlah Sakura jika ia menerimanya begitu saja.

"Trima ini, bibi. Akan sangat menyenangkan bila ini bisa membantu" senyum Sakura tulus. Kemudian Sakura melangkah keluar dari toko itu.

"membantu ? cih !" setelah Sakura pergi dari tokonya, sang bibi segera membuang uang-uang logam yang diberikan Sakura kepadanya, tanpa Sakura sadari tentunya. "Segala darimu bisa membuatku sial!"

~'~

Disisi lain, di gedung Kazekage.

"Begitu.. kau boleh pergi sekarang"

"Baik"

.Syut.

Sosok itu langsung menghilang dari hadapan Gaara. Gaara mengalihkan kembali pandangannya ke luar jendela ruang kepemimpinan itu, melihat seluruh desanya.

"Betapa desa yang damai…" sahutnya entah pada siapa. "Tapi begitu rapuh dan bodoh" tatapannya kembali serius.

"Apa itu karna Sakura lagi ?"

Tiba-tiba sebuah suara mengagetkannya dari belakang. Tanpa menolehpun Gaara tahu betul siapa pemilik suara itu.

"Bisakah setidaknya kau ketuk pintu dulu, Nii-san"

Orang yang dipanggil 'nii-san' oleh Gaara itu hanya tersenyum tipis. "Gomen, aku hanya tertular kebiasaan Sakura-chan saja"

Gaara diam tak menanggapi. Rupanya Gaara bukanlah orang yang suka berbasa-basi. Yah, tentu saja sang Nii-san tau itu. Ia kemudian berjalan ke sebelah Gaara. Ikut memandangi setiap sudut desa yang hampir seluruhnya dapat dijangkau di ruangan itu.

"Apa kau membiarkan Sakura pergi keluar lagi hari ini ?" sang Aniiki mulai membuka pembicaraan. "Bukankah kau tahu sendiri itu berbahaya. Sakura bisa saja mengulang kejadian 'itu'. Dan bahkan bisa saja 'segel' Sakura akan terlepas lagi…Lalu.."

"Aku tahu, Sasori-nii" potong Gaara. Ucapannya terlihat amat mantap. "Aku tahu betul resikonya. Dan bahkan aku tahu apa yang akan terjadi dengannya,.. apapun itu, aku tetap akan melindunginya"

Sasori hanya menatap adiknya ini. Gaara memang sangat bisa diandalkan kalau itu sudah menyangkut Sakura. Rupanya Gaara memiliki sister-complex juga. Ah,.. tidak. Itu bukan sister-complex. Karna Gaara dan Sasori sama sekali tak memiliki hubungan darah dengan Sakura bahkan saudara jauhpun tidak. Gaara hanyalah orang yang menyelamatkan Sakura ketika seluruh keluarganya terbunuh… ditangan Sakura sendiri.

"Sakura belum tahu apa yang terjadi sebenarnya… beberapa hari yang lalu kurasa ia mendatangi kamarmu dan menemukan sebuah buku mengenai jenis bunga langka." Sahut Gaara

"Ah… itu karna ia sedang mencari referensi tentang bunga herbal"

"Dan kau tahu apa yang ditemukannya ?"

Sejenak suasana menjadi hening. Sasori membulatkan matanya menyadari satu hal. "Jangan bilang…"

"Bunga Qin"

"Tapi… kurasa aku sudah menyembunyikannya di sela-sela buku lainnya"

"Sakura tak sebodoh yang kau pikirkan. Ia bahkan telah menemukan makam orang tuanya. Hari ini ia keluar desa untuk membeli bunga. Kurasa itu untuk kedua orang tuanya."

Pernyataan Gaara seolah jadi sambaran petir bagi Sasori. Bagaimana bisa… Sasori yang paling pandai menyembunyikan sesuatu itu terdeteksi oleh Sakura… dan bagaimana makam yang sengaja disembunyikan dengan banteng cakra tebal dapat ditembus oleh Sakura… ?

"Apakah… ini kekuatan bunga Qin ?"

"Benih bunga Qin ada dalam diri Sakura. Tak heran ia memiliki kekuatan cakra yang cukup besar. Tapi bila tubuhnya tak dapat menahan seluruh cakra itu… maka yang ada bukan Sakura yang menguasai cakra itu, tapi cakra itu yang menguasai Sakura"

"Kemungkinan itu tetap ada bukan ?" sahut Sasori sambil kembali menatap pemandangan senja di desanya. "Kemungkinan 'segel' itu akan terlepas"

"Selalu ada" jawab Gaara. "Tapi meski ada sekalipun… Aku takkan membiarkan Sakura terluka… apapun caranya"

"Yeah. Kau memang selalu dapat diandalkan" komentar Sasori yang kemudian melangkah menuju ke pintu keluar ruangan itu.

"Ah…aku hampir lupa. Ada surat yang datang untukmu, tapi karna itu memiliki lambang 'awan merah', maka aku langsung menaruhnya di kamarmu" setelah mengucapkan itu, Sasori kemudian pergi.

Gaara terdiam.

"Sakura…"

TBC


can I ask you to review pliiiiiizzzz...

Ini Fic pertamaku... Rate M lagi... maaph kalo abal.. but I'd try my best !