Lama vacum, fui ngebuat sebuah story chapter lagi. Bukan Naruhina *maaf*, tapi sasuhina. Fui Cuma mau ganti suasana sebentar. Nggak ada salahnya kalau istirahat dari Naruhina kan? Fui masih nge-fans berat sama pairing Naruhina kok, hanya pengen nyoba buat sesuatu yang lain. Hehehehe
Oke, salam damai coz… ^^
Fui will present… (kangen ngomong kayak gini)
Title : The Philosophy of You
Author : Aiko fusui, just call me fui. Oke?
Disclaimer : Masashi Kishimoto
Warning : sasuke OOC, AU, sasuhina, typo, one POV (Hinata-chan), and I use many romantics or dramatics word. So, if you don't like my story, tinggalin aja. Kalo masih mau baca, gak apa-apa kok. ^^
Let's enjoy, this is my story…
The Philosophy of You
Chapter I, Your Smellogy
Bau angin, harum angin, membawa rasamu. Aku yang merasakan itu, aku yang menghirupnya. Sesak, merasa lebih sempit dan terselubungi baumu, fragrance, parfume. Tapi bukan terlalu wangi, hanya saja membuat hidungku menjadi terbiasa dengan kehadiranmu.
Aku menghirupmu lagi, hey, tapi kau dimana? Aku bisa merasakanmu,tapi aku tak bisa melihatmu. Aku duduk sendiri di dalam bus yang melaju normal dan stabil. Sesekali melirik tempat duduk di sampingku yang kosong.
Baumu ada disana, harummu disampingku. Dan apakah kau tau? kau benar-benar membuatku menegakkan hati. Memberanikan diri dan tak mencoba berpikir kalau harum itu adalah tanda kehadiran 'makhluk lain'.
Lenyap dan timbul lagi. Ada dan tiada. Terbawa angin dan bertiup di udaraku. Nafasku semakin sesak. Namun anehnya, aku tak berusaha menyingkirkan baumu ini.
Aku membencimu!
Kau yang memulainya.
Kau datang dengan aroma itu. Menempel ditanganku, dan tau apa yang kulakukan? Diam! Aku diam saja teman, aku hanya bisa diam. Padahal aku bisa saja mengucurkan air dan membasuh tanganku hingga wangimu hilang tak berbekas lagi di tanganku.
Satu tahun lalu, di kelas yang sama denganmu, kau menyeringai, membanggakan klan Uchihamu padaku. Kau terus bicara walau tau aku tak peduli. Kau terus bercerita. Kau anak bungsu yang punya kemampuan mendribble bola dengan hebatnya.
Aku tau kau popular. Ada banyak teman gadis yang menyukaimu dan teman lelaki yang iri padamu. Tapi, apa aku boleh menyimpulkan satu hal? Tentunya tentang kamu.
Kau sombong sekali.
Benarkah? Jelas benar. Semua Uchiha itu sombong. Dan sebenarnya, aku membenci sifat itu, aku mungkin akan membenci orang itu juga. Tapi, kau tau? Darah Hyuugaku tak mengijinkanku untuk membencimu. Nah lho? Sekarang darahku sendiri tak mau menurut padaku. Aku benar-benar habis akal untuk memikirkan bagaimana caranya kau bisa melakukan ini padaku.
Aku tak bisa membacamu lebih dari batas yang aku tau. Kau adalah kegelapan Uchiha yang paling terang bagiku. Kau bagai misteri yang menggoda untuk dipecahkan. Dan untuk misteri itu, aku punya banyak pertanyaan. Mau dengar beberapa?
"Kenapa rambut hitammu berbentuk aneh?"
"Kenapa mata kelammu gampang berubah-ubah?"
"Kenapa kau tidak mencoba merendah sedikit dan berhenti bersikap angkuh?"
Akan ada banyak 'kenapa-' yang terpikirkan dalam kepalaku tentangmu. Malangnya, aku tak bisa mnegucapkan itu langsung padamu. Bukan pada tak bisa, lebih pada tak mau.
Hey teman, ini memang menggelikan. Aku Hinata Hyuuga, gadis sulung pintar yang tak segan bertanya bila memang tak tau, bisa kelu terhadapmu. Yah, kau sukses membuatku menahan beribu-ribu pertanyaan yang ada dalam benakku.
"Hey Hinata, mau kunyanyikan sesuatu?"
Kau selalu membungkamku dengan kalimatmu itu. Memaksa neuronku bekerja lebih cepat untuk mencegah kedua bibirku bicara. Saat itu, aku hanya bisa menatapmu dengan datar, sekaligus senang. Lalu, pelan aku mengangguk dan mulai mengajukan satu lagu padamu.
"You are not alone… I'm here with you…"
Kau mulai bernyanyi. Suaramu membuat gendang telingaku menangkapnya. Tak habis pikirku, kau memandangku dengan lembut tapi terkesan jahil. Aku membalasnya dengan tatapan tajam yang malu-malu. Membuatmu berhenti bernyanyi dan malah tertawa. Mentertawakanku.
Perlahan aku menyukai keberadaanmu. Aku suka saat kau tersenyum sok artis, aku suka saat kau mulai menjahiliku. Membuat tanganku membiru dan membengkak karena kau sengaja menghentikan aliran darahnya dengan menggenggam tanganku terlalu keras. Hh. Kau jelek sekali. Yah mengenai tanganku itu, aku tak akan pernah melupakan betapa sakitnya saat darah tak bisa mengalir lewat nadiku.
Kau menungguku menjerit, tapi teman, aku tak akan membiarkanmu mendapatkan rasa sakitku itu. Aku hanya seorang Hyuuga Hinata. Cewek yang tak pernah mendapat A dalam praktek olahraga ini, tak punya tenaga lebih untuk melepaskan jeratan tanganmu. Tapi, jangan kau lupa bahwa aku punya intelegensi akademika lebih darimu.
Aku membanting tanganmu ke meja. Dua kali dengan keras, dan itu berhasil. Ha, lihat itu, aku berhasil mengalahkanmu. Kau buru-buru melepaskan tanganmu dari tanganku dan menjauh. Aku yang berhasil lepas, segera ke kamar mandi. Mengucurkan air dingin pada tanganku yang biru.
Disana, saat aku membasuh tanganku, aku berharap agar wangimu tak hilang dari tanganku. Setidaknya sampai pulang sekolah nanti.
Satu lagi sifatmu yang masih kuingat sampai sekarang, kau itu menyebalkan!
Itu memang benar. Kau itu menjengkelkan kali menyebalkan ditambah resek banget, sama dengan Sasuke Uchiha. Ugh
Bila kau mau menyangkalnya, kau tak akan bisa, aku punya banyak bukti untuk menunjukkannya padamu. Misalnya satu cerita yang akan aku ceritakan padamu ini…
Hari Rabu, aku sedang duduk membaca di ruangan kelas ketika Yukito-sensei datang. Dia mendekatiku, bicara sebentar, lau pergi. Satu kertas putih dengan tulisan layaknya seorang guru, tergenggam dalam tanganku. Saat bel masuk, semua teman-teman masuk dan duduk menunggu kedatangan guru, tapi yang ditunggu tak kunjung datang karena keperluan tertentu.
Aku maju ke depan kelas, mengambil spidol dan mulai menulis tugas di papan tulis, semua teman menyerocos padaku, aku pun menjawab mereka. "Lihat dulu dong, Yukito-sensei nggak masuk tauk."
Saat itu kau baru datang bersama kedua temanmu yang langsung duduk di bangku mereka, tapi kau tidak. Aku merasakanmu, langkahmu membawa khas wangi yang sudah kuhapal. Aku menegakkan diri, menulis di papan dengan lebih cepat.
"Itu tugas apa Hinata-chan?" kau berbisik, tepat di telinga kiriku. Aku benar-benar bergeming, tak bergerak. Canggung. Sialnya, kau tak mau bergeser dari tempatmu berdiri. Kau mengurangi jarak, menempelkan dadamu ke punggungku.
Hangat, aku dan kau tau, aku berdebar. Dengan gerakan singkat aku melangkah ke depan. Tak apalah seragamku terkena noda spidol, asal aku bisa menjauh darimu, walaupun mungkin hanya kurang Dari 10 cm.
"Biologi, Yukito-sensei tidak masuk hari ini." Kataku pelan, kau hanya mengangguk lemot.
Kau mendekat lagi, berbisik di telingaku lagi, "Contekin aku yah?" aku melirikmu sebentar, tak berani menoleh. Ku hela nafas sejenak, lalu menunduk. "Emang biasanya gitu kan?" kataku. Lau kau pergi setelah menepuk pundakku.
Kau menyebalkan! Harummu melekat di seragamku tauk! Argh! Aku hanya bisa menghilangkannya nanti, oh tidak, ini masih hari Rabu, besok seragamku harus dipakai lagi. Nah lho? Aku tak bisa menghilangkan harummu sampai besok. Ada rasa kesal, tapi entah, aku juga merasa senang.
"Hinata?"
Aku menoleh padamu yang memanggilku, "Apa?"
"Cepetan sini, ngapain di situ, ayo kita kerjakan tugasnya sama-sama."
Aku bisa saja menolak ajakanmu itu, mengambil buku lalu mengajak Ino-chan mengerjakannya di perpus. Tapi, tadi kan sudah kubilang kau itu menyebalkan. Karena apa? Karena kau adalah Sasuke! Kau menyebalkan. Bagaimana bisa aku bergerak, mendekat, menurutimu?
Kenapa hatiku berdebar saat kau tersenyum padaku? Dan kenapa kau menarik tanganku saat aku tak cepat bergerak? Menarikku dengan sentakan keras, hingga membuatku nyaris menimpamu, kalau saja tak ada meja di antara tubuh kita. Aku bersyukur, dan harus berterima kasih pada meja itu.
Aku tak bisa membayangkan atau mengenang saat-saat menyebalkan itu. Bukannya tak ingin, aku tak bisa menceritakanmu dengan kenangan menyebalkan yang terlalu banyak tersimpan dalam otakku. Kau menyebalkan, tapi entah mengapa, aku menyukainya.
Oke, aku bisa saja menyerah saat itu. Pasrah padamu dan wangimu yang mengawang-awang. Bila boleh, aku ingin lebih lama kau ada disisiku. Menghirup baumu, bagai oksigen bersih ke dalam paru-paru.
Oh tidak! Salah. Kau dan wangimu bukan oksigen. Kau dan wangimu adalah nitrogen. Dan aku adalah bumi dengan ruang luas yang harus menampungmu. Menampung udara dengan kapasitas terbesar dalam hidupku.
Nitrogen, gas dengan jumlah terbanyak di bumi. Aku tak terlalu menginginkanmu. Aku ingin oksigen yang bisa memberiku hidup. Oksigen yang bisa membuatku terus bernafas. Tapi kau datang, membawa wangimu.
Datang di selingkup hidupku, membawa banyak udara N2. Tak bisa kuhapus, tapi aku mau membawa wangimu. Aku mau menampung baumu. Mengasah perasaanku agar selalu ingat dengan bagaimana rasa dan harum tubuhmu. Melekat ke dalam sekat rongga paru-paruku.
Hey, aku sudah gila!
Kenapa aku mau bersusah payah melakukannya? Aku seorang Hinata Hyuuga yang bisa mengisi waktuku dengan kegiatan lain. Kenapa aku mau mengingatmu? Ini benar-benar sebuah kegilaan!
"Ntar kalo mau nikah, yang aku bayangin adalah mempelai ceweknya. Hahaha" katamu pada suatu hari. "Dasar piktor!" aku menimpali.
Dengan memukulkan penggaris besiku ke kepalamu, ringan, aku menahan nafas. Tapi kau mengaduh. Kau bangkit dari kursimu, berdiri condong padaku. Kau berkacak pinggang, mendekatkan wajahmu dan wajahku.
"Hei, calon mempelai cewek nggak boleh kurang ajar sama calon suaminya! Apalagi pake acara mukul-mukul segala!" katamu. Aku melongo di tempat, tak bisa berbuat dan berkata apa-apa. Speechless.
Tiba-tiba, wajahmu memerah. "Ngerti nggak?" katamu keras, sebelum akhirnya berlari keluar kelas. Meninggalkanku terdiam seperti orang bodoh.
"Cieee, Hinata-chan. Sasuke kayaknya suka padamu deh." Ino mengguncangku pelan. Dia tak henti-hentinya menggodaku. Aku hanya bisa menunduk, lalu merubuhkan kepalaku ke meja.
Calon mempelai katanya? Aku?
Dia, calon suami? Telingaku nggak salah dengar kan? Mataku tak salah liat mukanya yang tadi memerah kan?
Tenang, mungkin sasuke hanya bergurau, ya kan?
Tapi kenapa aku tak bisa menghentikan hatiku yang mulai terasa linu. Rasanya, marah dan puas menjadi satu. Menggeram dalam hati, dan menumbuhkan amarah manis dalam jiwaku. Aku mencoba mendinginkan kepalaku, tapi tak bisa.
"Aaaaahhh…"
Seisi kelas hanya bisa melongo mengikuti langkahku yang keluar kelas. Menyusuri koridor kantin dengan tergesa-gesa. Pasrah sajalah aku dengan tatapan orang-orang di kantin yang memandangku aneh. Ini semua gara-gara kamu!
Sasuke no BAKA!
Sasuke, kenapa aku selalu merasa senang saat di dekatmu? Walaupun aku selalu menyangkalnya. Apakah kau punya suatu magnet yang membuat magnet dan kompas jiwaku bergetar? Apakah kau adalah gelombang pemecah radio yang menyesatkan rambatan gelombangku? Kenapa kau seperti Lucifer? Kau mengambil rasa aneh dalam jiwaku dan membuatku merasa lepas serta bahagia di dekatmu.
Oh, God, ada apa ini? Aku takut, tak pernah setakut ini. Ini ketakutan, tapi ketakutan yang membutakan.
"Kau cewek yang cantik Hinata-chan." Suatu hari, kau berkata begitu padaku. Tak ada angin ataupun badai, kau berucap secara spontan dan malu-malu.
Aku tak tau itu tulus atau hanya godaanmu saja. Yang pasti, kau dan ucapanmu telah membuat hatiku mendidih. Telingaku terasa menghangat. Aku hanya bisa diam dan berusaha mengelak.
"Ngomong apa sih? Mantan-mantanmu tuh, cantik-cantik."
"Tapi bagiku, kau yang paling cantik, entah kenapa." Katamu
Dasar racun!
Sasuke, tahukah kau, betapa aku telah merasa nyaman dengan wangimu. Aku tak akan mengakui atau mau menyadari bahwa aku mau suka padamu. Tapi aku benar-benar suka. Aku suka kau di dekatku. Aku suka kau menatapku, aku suka caramu mengejekku, aku suka caramu tersenyum padaku. Berpusat pada semua wangi yang ada melekat di tubuhmu.
Kau, sukses membuatku terbiasa dengan baumu. Hingga saat kau tak ada, aku akan merasa kurang. Aku tak bisa mencium wangimu yang dalam jarak 1 meter lebih bisa kubaca, bila kau tak ada. Maka, adalah selalu.
Aku tak akan menamai rasaku ini dengan rasa cinta atau apapun. Hanya saja bisa kusebut, err, solidaritas. Ya kan? Itu juga bagus kok.
Kau mungkin akan tergelak mendengar ini semua. Tapi hari ini kau datang padaku, dengan wajah berbinar-binar. Kau membuat tulang dan nadiku terasa perih karena patah saat kau berucap,
"Aku baru jadian sama Rin-chan."
Aarrgh! Sasuke no Baka! Aku nyesel sempat simpati sama kamu!
***S.S***
Bersambung…
Aneh? Buat yang bingung, itu nyeritain masa lalunya Hinata tentang Sasuke uyang diingat Hinata karena nyium bau yang khas dengan bau si Sasuke, tapi Hinata pas ngebayangin masa lalunya itu masih di bis. Hehehe
Oke, let's REVIEW… ^^ fui butuh saran kalian…
Saya sangat berharap ada review yang banyak untuk cerita ini.
Flame? Silahkan. Asal bertanggung jawab dan menggunakan bahasa manusia yang punya adab dan sopan santun.
Chippiee, REVIEW- REVIEW -REVIEW
