NARUTO © Masashi Kashimoto

KENANGAN TERAKHIR

By Setshuko Mizuka

Rate : T

Genre : Friendship, Romance, Family

Pairing : NaruHina

Warning : GaJe, Typo(s), OOC, AU, and the others! ^^

~ Chapter 1 ~

Perpisahan. Apa yang kau pikirkan jika mendengar kata itu? Sedih? Pasti, karena mungkin takkan bisa bertemu lagi dengan mereka. Dengan mereka yang sudah mengenal kita sejak lama. Dengan mereka yang selalu berbagi suka duka dengan kita selama ini. Senang? Mungkin rasa itu juga terselip karena akan bertemu teman baru di kehidupan selanjutnya. Takut? Tentu saja, karena mungkin takkan bisa menemukan orang-orang yang mengerti dan menyayangi kita yang melebihi diri kita sendiri seperti mereka.

Itulah yang dirasakan oleh gadis berambut indigo panjang saat ini. Gadis itu –Hinata Hyuuga– hanya tersenyum tipis saat semua teman-temannya tengah bernyanyi sambil menghibur diri dari rasa bosan di dalam bis yang tengah melaju menuju Konohagakure.

"Hei, Hinata-chan! Jangan melamun terus seperti itu," tegur Ino Yamanaka.

Hinata sedikit tersentak. "M-maaf, aku sedang kepikiran sesuatu, Ino-chan."

"Kepikiran apa si~h? Naruto?" goda Ino.

"A-ah, b-bukan!" Hinata merona sedikit sambil melirik sebentar ke arah laki-laki yang namanya disebut Ino tadi lalu menatap ke luar kaca bis. "Aku hanya kepikiran soal perpisahan kita ini," lirihnya. Ia pun tersenyum dan kembali menengok ke arah gadis yang selalu dikuncir pony tail di sampingnya.

Ino ikut tersenyum. "Tak usah dipikirkan, dibawa enjoy saja."

Hinata mengangguk.

"Oi, teman-teman! Mau nyanyi lagu apa lagi nih!" teriak Yahiko si Ketua kelas 3-9 pada anggota Akatsuki –nama kelas 3-9 yang dibuat oleh Nagato– yang kini tengah duduk di kursi bagian belakang sambil memegang gitar akustik miliknya.

"Arti sahabat dari Nidji!" usul Konan.

"Mungkin nanti dari Peterpan!" usul Kiba dengan suara cemprengnya. Tak lupa suara gonggongan anjing milik Kiba Inuzuka –Akamaru– menyusul.

"Jadul banget lagunya, Kib," sahut Naruto Namikaze. "Mending lagunya Chrisye yang judulnya Kisah-kasih di sekolah."

Sahutan Naruto membuat anggota Akatsuki sweatdrop ditambah lagi dengan tampang horror milik Kiba yang ia tunjukkan pada laki-laki yang memiliki tiga goresan di kedua pipinya itu.

"Sama jadulnya itu, baka!" seru Sakura Haruno, gadis yang duduk di tepat di depan kursi Hinata dan Ino.

"Dasar dobe," ejek Sasuke Uchiha yang duduk bersebelahan dengan Naruto.

Kening Naruto berkedut. "Diam saja kau teme!"

Bis bernomor 9 sekaligus bis terakhir itu menjadi heboh setelahnya. Entah kenapa tiap kali Naruto dan Sasuke saling mengejek dengan sebutan yang dibuat oleh mereka sendiri tersebut membuat siapa saja tertawa.

"Iya deh, tahu. Yang lagi kasmaran gara-gara cinlok di kelas. Hahaha!"

Celetukan dari Temari Sabaku membuat bis 9 makin gaduh dengan suara godaan yang pastinya ditunjukkan kepada kedua sejoli, Naruto dan Hinata. Sedangkan si kedua korban itu merona dengan hebatnya, bahkan wajah Hinata sudah seperti kepiting rebus. Sementara Naruto hanya menimpuk kepala Temari dengan gulungan kertas yang entah darimana asalnya untuk menghilangkan salah tingkahnya.

"Sudah-sudah, makan dulu sana!" lerai Itachi Uchiha –kembaran Sasuke– (sejak kapan? #plak!#) dengan logat khas Manado yang entah sejak kapan ia pelajari.

Hal itu tentu saja membuat Akatsuki sweatdrop lagi dan berhenti menggoda NaruHina. Dalam hati kedua sejoli tersebut mengucapkan banyak-banyak terima kasih pada Itachi.

"Kembaranmu membuat orang ilfeel ya, Sasuke."

Wajah Sasuke memerah karena menahan emosi begitu mendengar perkataan Itachi dan Sai yang duduk di depannya barusan. Laki-laki yang memiliki rambut model pantat ayam itu hanya menghela napas lalu menyahut dengan nada kalem. "Jangan samakan aku dengan Itachi no baka itu, Sai."

"Sudah-sudah, lalu mau nyanyi apa lagi?" tanya Juugo yang duduk di tengah-tengah Yahiko dan Suigetsu, tepat di kursi belakang bis. Ia juga membawa gitar akustik seperti Yahiko.

"Karena Tobi anak baik, jadi nyanyi lagunya Tasya saja yang Aku anak gembala!"

"Terlalu kekanak-kanakan, baka!" sahut Deidara dengan nada keras karena jaraknya yang terlalu jauh.

"Lagu Kokoro no tomo s-saja," usul Hinata pelan.

"Lagu apa, Hinata-chan?" tanya Tenten yang tiba-tiba berdiri dari kursinya dan menengok ke belakang, ke tempat duduknya Hinata.

"Kokoro no tomo," jawabnya dengan nada keras sedikit.

"Ide yang bagus, Hinata! Lagu itu bisa membuatku tidur lagi," celetuk Shikamaru Nara.

"Dasar Puteri Tidur!" seru Akatsuki kompak.

Hinata tertawa mendengarnya seperti yang lainnya. Inilah yang akan dirindukan oleh sepupu dari Neji Hyuuga, saat-saat dimana mereka semua ribut hanya karena masalah sepele. Saat-saat dimana mereka semua dihukum bersama oleh guru-guru yang juga karena masalah kecil dan masih banyak lagi kenangan-kenangan yang tercipta di kelas 3-9 –Akatsuki– di tahun terakhir ia belajar di Suna Gakuen ini.

"Astaga, aku pasti akan merindukan semua ini nanti," gumam Ino.

"Ya, aku juga berpikir begitu, Ino-chan." Hinata tersenyum dan sedikit tersentak saat matanya beradu dengan mata sapphire Naruto yang juga tengah menatapnya sambil tersenyum tipis. Gadis bermata amethyst itu hanya menunduk dengan wajah memerah lalu menatap keluar kaca bis yang tengah menampakkan pegunungan dan sawah-sawah kuning di sana.

Aku berharap waktu akan berjalan dengan lambat, agar kenangan terakhir ini tidak berlalu dengan cepat dan jadi tambah berarti bagi anggota Akatsuki. Kau juga berharap seperti itu kan, Naruto-kun?

Hinata tersenyum lagi lalu menengok ke teman-temannya yang sudah menyanyi lagu Kokoro no tomo dengan diiringi petikan gitar akustik Yahiko dan Juugo. Lagi, pandangan Naruto dan Hinata bertemu. Mereka hanya melempar senyuman, kemudian bernyanyi kembali.

"Ai wa itsumo rarabai

Tabi ni tsukareta toki

Tada kokoro no tomo to

Watashi o yonde..."

Deg!

Kepala Hinata berkedut. Rasa sakit tiba-tiba menjalar dari otak sebelah kirinya. Reflek, tangan kirinya yang bebas memegangi kepala yang terasa sakit. Ia berhenti menyanyi lalu menundukkan kepalanya. Hinata mencoba menahan rasa sakit yang akhir-akhir ini sering menghantui dirinya.

Ayolah, jangan sekarang.

Gadis itu mencari minyak kayu putih di tasnya untuk menghilangkan rasa sakit kepala sebelahnya dengan tangan kanan. Sementara tangan kirinya terus memegangi kepala yang makin lama makin berkedut. Napasnya pun ikut memburu akibat rasa sakit itu.

Tanpa disadari, Naruto terus memperhatikannya. Sedikit cemas melihat Hinata yang terus mengobrak-abrik tas selempangnya. "Mm, Ino," panggilnya tanpa sedikit pun berhenti menatap gadis berambut indigo di belakang Ino.

"Ya?"

"Bisa kita bertukar tempat untuk sementara?"

Ino tersenyum misterius tanpa sekalipun menoleh ke arah Hinata. "Baiklah."

Mereka pun bertukar kursi. Namun Sai menyuruh Ino duduk di sampingnya sementara Kiba yang awalnya duduk dengan Sai kini harus duduk dengan Sasuke yang tengah asyik mendengar lagu dari earphone-nya.

"Hinata-chan," panggil Naruto dengan nada khawatir.

"Ngh!" Hinata kaget lalu buru-buru menurunkan tangan kirinya yang terus memegangi kepalanya tadi. Untuk sementara, ia berhenti mencari minyak kayu putih yang ada di dalam tasnya. Gadis itu tersenyum walau kepalanya masih berdenyut. "A-ada apa, Naruto-kun?" tanya Hinata pada laki-laki yang sudah beberapa bulan ini menyandang status sebagai kekasihnya itu.

"Hanya perasaanku saja atau memang kau sedang sakit ya? Mukamu pucat, Hinata-chan."

Lagi, Hinata tersenyum. "Aku baik-baik saja, Naruto-kun. Sungguh."

"Lalu apa yang kau cari?" tanya Naruto dengan nada curiga.

"A-a, anoo, cari... buku?"

Naruto menyernyitkan alisnya. "Bohong," ujar Naruto pelan.

"E-eh? S-sungguh," ujar Hinata meyakinkan.

Melihat kekeraskepalaan Hinata, Naruto hanya menghela napas. "Baiklah, kalau kau tak mau bilang padaku apa yang terjadi." Laki-laki itu tersenyum tulus yang biasanya takkan ia berikan pada siapapun kecuali untuk kekasihnya yang satu ini. "Kalau ada apa-apa, bilang saja padaku. Mengerti?"

Hinata merona dan hanya menunduk. Sakit di kepala sebelah kirinya kini menghilang perlahan. Seperti teringat sesuatu, ia pun cepat-cepat menengok lagi ke arah kekasihnya. "Naruto-kun, k-kenapa ada di sini? Dimana Ino-chan?"

"Kami bertukar tempat dan kebetulan Ino mau." Naruto nyengir.

"O-oh, begitu." Hinata hanya tersenyum mendengarnya.

THE END

(#plak!# salaaahhh!)

To Be Continued

Mizuka : Lohaaa! Mizuka kembali dengan Three-shoot Fanfic setelah hiatus tanpa pemberitahuan di awal selama setahun! #plak!#

Naruto : baru bulan Desember hiatus aja, dibilang setahun-dattebayo, Author payah!

Mizuka : Huaaa! Naru-chan, Mizuka kangeeen! #lari ala aktris India#

Naruto : stoop! Jangan mendekat, Author gila!

Mizuka : Eeeh? Mizuka kan kangen masa nggak boleh meluk Naru. #ngerajuk#

Naruto : yang boleh meluk hanya Hinata-Hime seorang dan Okaa-sanku yang tercinta, Kushina Namikaze tahu!

Mizuka : #manyun# Naru-chan pelit! Kalau gitu, Mizuka cubit aja pipinya! #lari ngejar Naruto#

Naruto : #kabur# AWAAAS! Ada Author gila masuk Konoha!

Hinata : #nongol tiba-tiba# hai, minna-san! Gomenasai, Mizuka-chan sedang frustasi setelah UN dan akan menghadapi ujian masuk sekolah lanjutan nantinya, makanya tolong dimaklumi kegilaannya ya, minna?

Mizuka : #nongol tiba-tiba# Mooo! Siapa yang gila? Mizuka nggak gila, Nata-chan. Cuma sedikit frustasi kok. :D #ngejar Naru lagi#

Hinata : #sweatdrop# yaaah, terserah Mizuka-chan saja deh. Kalau begitu, sampai jumpa di next chapter! Jangan lupa review-nya untuk Mizuka-chan. Terima saran dan kritikannya.

Mizuka : #nongol lagi# oh iya, kalau mau nge-flame boleh-boleh aja, Mizuka terima tapi...

Hinata : tapi?

Mizuka : Khekhekhe, ada pembalasannya nanti di kemudian hari. Wkwkwk! Oh ya, satu lagi! scene NaruHina bakal diperbanyak di chap 2, kalau penasaran tunggu aja ya! #kabur#

Hinata : #sweatdrop# maaf ya, seperti di awal. Mizuka-chan sedang frustasi jadi yaaa begitu deh. Sekali lagi terima kasih sudah mampir dan tolong di-review ya.

Jaa ne!