Perang telah usai. Konohagakure sudah kembali menjalani aktivitas seperti biasa, meskipun beberapa bangunannya separuh hancur bahkan tak sedikit yang sudah menjadi puing-puing. Dan, salah satu nuke-nin yang asalnya dari Konoha pun sudah kembali. Naruto beserta kawan-kawannya telah berhasil mengalahkan Orochimaru, melumpuhkan Akatsuki, bahkan hampir membunuh Tobi, kalau saja jasadnya tidak hilang. Lagipula Tsunade berkata bahwa Tobi bukan lagi ancaman, karena ia sudah tidak mempunyai kekuatan lagi, juga tidak akan pernah memiliknya. Tapi, apakah benar perang ini sudah benar-benar usai?

.

.

.

Wajah penuh kesedihan masih terekam jelas dalam memorinya. Air mata yang hendak tumpah untuk kesekian kalinya. Maafkan aku Sakura...

.

.

.

Pagi hari yang cerah di Konoha, di manfaatkan tim tujuh untuk menikmati ramen di kedai paman Teuji, bersama Sasuke tentunya, minus Sakura.

"Akhir-akhir ini Sakura-chan jarang terlihat ya," Kakashi memulai pembicaraan, separuh matanya terpaut pada buku kecil di tangannya.

"Iya! Padahal aku rindu sekali Sakura-chan! Apakah dia sedang dalam misi?" Pemuda berambut pirang di samping Kakashi memonyongkan mulutnya, cemberut dan hanya di balas dengusan oleh Sasuke. Entah mengapa, dia kurang suka akan topik yang sedang di bahas ini, dia agak sedikit sensitif ketika mendengar nama gadis bersurai merah muda itu. Entahlah... Rasanya ada sesuatu yang mengganjal di dalam dadanya. Dia tidak sering memikirkannya, hanya saja begitu mendengar namanya atau melihat rambutnya dari kejauhan, ada rasa sesak jauh dalam lubuknya, namun ia tidak dapat mendefinisikannya. Sasuke masih ingat, bagaimana wajah Sakura ketika ia pulang ke Konoha bersama Naruto. Wajah sumringahnya sangat kontras bila di bandingkan dengan warga Konoha yang melihatnya seakan-akan dia itu kriminal berat, ya, dia memang kriminal sih. Tapi bukankah mereka tidak perlu memandanginya seakan-akan dia itu virus mematikan, atau kotoran hewan berjalan hingga mereka meludah di depannya, bukankah sejahat dan seburuk apapun manusia juga bisa menyesal dan ingin memperbaiki hidupnya? Sudahlah, lupakan orang-orang berhati busuk dan masa lalu yang kelam miliknya.

"Tapi akhir-akhir ini Tsunade-sama jarang memberikan misi. Kau tahu kan kondisi Konoha belum membaik, jadi semua shinobi di tugaskan untuk membantu warga," Kakashi mengangguk-angguk membenarkan ucapan muridnya, Sai.

"Mungkin dia sedang asyik berkumpul dengan Ino," Sasuke menyela datar. Ia menyeruput ocha hangatnya, berusaha menghilangkan gumpalan sesak dalam dada.

"Benarkah Sai?" Naruto mengerjap-ngerjapkan matanya penasaran. Rasanya seluruh hal yang berkaitan dengan Sakura selalu membuatnya tertarik.

Pemuda berseragam ANBU dengan rambut klimis andalannya mengedikkan bahu pertanda tak tahu,"Aku belum bertemu Ino belakangan ini,"

Kemudian percakapan ke empat pemuda tampan itu terhenti saat paman Teuji meletakkan semangkuk ramen pada masing-masing tamu kedainya itu.

.

.

.

.

Gelap...

Gelap...

Tidak ada cahaya...

"Uh..." Rintihan dari seorang gadis mengalihkan pandangan gelap Sasuke. Tidak ada yang terlihat... Masih gelap.

"Argh..." Rintihan itu lagi-lagi terdengar, dan kali ini lebih jelas. Perlahan-lahan sekeliling pemuda berambut raven itu menitikkan sedikit cahaya meskipun tidak sepenuhnya menerangi. Sasuke mencari-cari gadis yang sedang merintih kesakitan itu, dan betapa terkejutnya Sasuke ketika onyx gelapnya mengenali sosok wanita yang sedaritadi merintih. Jauh di depannya, gadis bersurai merah muda tengah terkulai lemas dalam pangkuan sosok gelap yang tak terlihat. Cahaya di belakang mereka membuat bayangan gelap pada sosok itu, sosok yang... Tengah menggigit kedua leher Sakura dengan taringnya. Tubuh kekar Sasuke terpaku, ia tidak bisa menggerakan tubuhnya, seakan ada tali-tali tak kasat mata yang menahan tubuh tegap itu untuk tetap menyaksikan mereka. Manik giok gadis itu menatapnya dengan memelas, buliran air mata mengalir jatuh dari sudut-sudut mata miliknya. Sasuke menganggap tatapan itu adalah permintaan tolong, namun percuma, ia tidak bisa bergerak. Sosok itu masih betah menggerayangi leher gadis bersurai merah muda di pangkuannya, menyesap darah segat yang mengalir, hingga ia menyadari keberadaan Sasuke. Matanya beralih, mata berwarna merah...

-sharingan

.

.

.

.

Sasuke membelalakkan matanya, dalam sekejap seluruh gambaran mimpi-mimpi tadi berganti menjadi langit-langit kamarnya. Sasuke mengatur hembusan napas, meredam degup jantung yang berdetak cepat. Perasaannya tidak enak, mimpi tadi membuat suasana hatinya berantakan. Tak ia pedulikan matahari pagi yang mencoba merembes masuk melalui jendela kamar, segera pemuda pemilik marga Uchiha itu melangkah masuk ke kamar mandi, melepas yukata setengah basah akibat keringat lalu membersihkan diri.

Langkah pelan menuntunnya ke arah apartemen di tengah kota. Agaknya terlihat seperti sedang terburu-buru, mungkin akibat firasatnya yang tidak enak. Bunyi ketukan pintu terdengar begitu seorang pemuda mengetuk salah satu pintu apartemen,

"Sakura..."

Tidak ada sahutan... Sasuke menautkan kedua alisnya, apa mungkin dia masih tidur?

Awalnya ia ingin meyakini Sakura masih tidur, tapi ketika ia tidak merasakan chakra gadis itu, ia mulai curiga. Di alirkannya chakra ke telapak tangan kanan, lalu ia mencoba mencoba membuka kenop pintu dengan kasar.

KLEK!

Berhasil! Meski harus meninggalkan penyokan pada pintu malang itu. Suasana dalam sana tidak lebih baik, segalanya berserakan dan berantakan, jendela pun terbuka lebar mengijinkan angin pagi menderu masuk ke dalam ruangan. Sasuke mencium sesuatu yang buruk, ia berlari keluar jendela, menuju tempat seseorang yang terlintas dalam pikirannya kala tidak menemukan Sakura.

Ino...

.

.

.

Pemuda yang berasal dari clan Inuzuka tengah berbincang-bincang dengan seorang gadis berkuncir tinggi ketika Sasuke menapakkan kakinya di tanah.

"Di mana Sakura?"

Ino mengalihkan pandangannya, menatap heran ke arah mantan nuke-nin itu,"Kau bicara apa?"

"Sakura tidak ada di sini?"

"Bukankah Sakura di apartemennya?" Tanya Ino balik.

"Ck. Kiba! Ikut aku!" Perintah Sasuke. Belum sempat Kiba mencerna kata-katanya Sasuke langsung menghilang dari pandangan.

"Tunggu!" Kiba mengejar bersama Akamaru

.

.

.

"Jadi, dia meninggalkan Konoha tiga hari yang lalu?" Sasuke dan Kiba kini sudah berada di gerbang Konoha, raut wajah Sasuke yang biasanya serius bertambah lagi saat berhadapan dengan Izumo. Akamaru yang di pakai melacak masih mengendus-ngendus bau Sakura di tanah, bau itu berhenti hanya sampai di depan gerbang.

"Ya Uchiha-san, Haruno-San meninggalkan Konoha sejak tiga hari yang lalu, katanya dia mendapat misi, tapi..."

"Tapi apa?"

"Dia tampak sedang tidak dalam misi. Dia tidak membawa apapun selain dirinya sendiri, dan... Dia terlihat sangat berantakan,"

"Lalu kalian membiarkannya pergi?" Kiba menimbrung dalam percakapan,

"Ya, kami tidak punya alasan untuk menahannya. Lagipula Haruno-san memaksa kami untuk membiarkannya lewat," Izumo melirik Kotatsu

Sasuke menahan napas, di sebelahnya Kiba tidak dapat menahan keterkejutannya. Sedikit terbesit rasa bersalah dalam benak Sasuke,

Apa mungkin Sakura pergi karenanya?

.

.

.

.

.

.

To be continued

.

.

.

.

Author's Note:

WARNING!

Ini adalah fiksi Canon PERTAMA saya. Dan perlu di garis bawahi, saya tidak mengikuti cerita Naruto, maupun Naruto Shippuden. Jadi cerita ini saya buat berdasarkan kepahaman saya setelah membaca fiksi-fiksi di fandom ini. Saya tekankan, apabila ada kesalahan atau perubahan alur saya mohon maaf. Anggap saja cerita ini adalah cerita lain versi saya setelah perang selesai. Jadi saya akan buat cerita ini berdasarkan saya sendiri, apabila ada kata-kata atau istilah baru, artinya itu adalah buatan saya. This story's mine, original idea from me :) not a copy paste.

Kalau tidak suka anda bisa menekan tombol BACK. Ini adalah cerita saya, dengan meminjam karakter Masashi-San, so, terserah saya akan membuat cerita ini seperti apa. Kalau suka anda bisa tekan kotak review di bawah :)

Mohon maaf sekali lagi apabila kosakata saya sama saja dengan fiksi-fiksi yang lain. Saya sudah berusaha untuk lebih maju lagi, mungkin ada yang bisa membimbing saya untuk fic canon?

Ehm, saya juga tipe author yang kalau lagi malas, atau mumet, fic saya tidak akan saya selesaikan, apalagi kalau ide baru betebaran maka berserakanlah fic baru dan terbengkalailah fic lama :/ harap di maklumi.

Akhir kata. Review :3