Disclaimer : Banana Fish and all the characters mentioned in the story they're all belongs to Akimi Yoshida. I do not take any financial benefits from this.
Candy Bar
"I'm a sweet candy bar."
"I melt like honey in your mouth."
"Come on over here, eat me up."
"Savor me with your mouth."
"Lick me, suck me..."
Eiji mengintip diam-diam dari balik selimut pada minggu pagi. Dekat kaca berukuran besar di kamar mereka, ada Ash yang menatap pantulan tubuhnya sambil bernyanyi. Kaus putih, dan celana pendek warna hitam yang dikenakan masih sama seperti kemarin malam. Eiji bisa menebak Ash bangun tidak jauh lebih pagi darinya.
"A sweet and tasty candy bar!" Ash menoleh tiba-tiba. Bergaya dengan kedua tangan seolah-olah menembak ke arah kasur, tepat di mana Eiji berbaring.
Kegiatannya sudah tepergok sepasang netra yang memiliki warna senada dengan giok. Eiji tidak bisa lagi mengelak, berusaha untuk pura-pura tidur hanya akan membuatnya terlihat bodoh. Dari balik selimut, dia tertawa pelan. Kakinya turun menapak lantai, wajah menoleh ke arah Ash yang kini melangkah mendekat dengan senyum di bibir.
"Apa aku membangunkanmu?" Ash menaikkan sebelah alis. Kedua telapak tangan digunakan untuk menumpu beban tubuhnya yang dicondongkan sengaja pada tepi kasur.
"Tidak," bohong Eiji. Dia memang terbangun karena Ash, tapi tidak merasa terganggu sama sekali.
Ash menyeringai tipis. Tubuhnya dibanting ke atas kasur, lalu kedua tangan mencengkram ujung kemeja yang dikenakan Eiji. "Pembohong," katanya.
Eiji tertawa. Ikut merebah pada kasur, detik selanjutnya memposisikan tubuh ke samping menghadap Ash. "Mau kubuatkan roti isi untuk sarapan?"
"Sama seperti kemarin? Tidak terima kasih. Rasanya sangat menjijikkan." Ash membalik tubuhnya dengan sengaja memunggungi. Namun tidak melepas cengkram tangan pada ujung kemeja Eiji.
"Lalu, kau mau apa? Katakan saja dan akan kubuatkan untukmu."
Ash diam tidak menjawab, bahkan saat Eiji mengecup lembut pundaknya dari belakang.
"Ash?" tegas Eiji.
"Aku mau ..., permen," sahut Ash pelan. Bahkan terdengar seperti bisik di akhir kalimat.
"Huh? Kau bisa katakan sekali lagi? Aku tidak begitu mendengarnya dengan jelas." Eiji mengernyit.
Membalikkan tubuh ke posisi awal, kali ini matanya mantap menatap lurus ke arah Eiji. "Permen," ulang Ash.
"Itu bukan sarapan yang baik untukmu Ash, tapi aku juga tahu kepalamu yang lebih keras daripada batu tidak bisa kulawan. Baiklah. Ganti pakaianmu, dan tunggu aku di meja makan. Nanti kubelikan beberapa permen dari minimarket." Eiji baru saja hendak memijakkan lagi kakinya ke lantai. Namun tarikan kencang yang berasal dari ujung kemeja membuat gerak tubuhnya berhenti.
"Bukan permen yang itu, Eiji."
Saat Eiji menoleh, menatap Ash sekali lagi untuk memastikan, dia tahu seringai tipis pada bibir pria itu memiliki maksud tertentu.
.
End
