More Than That

Jaehyun x Taeyong

.

.

.

Berada di pelelangan tidak pernah menjadi sesuatu yang bisa Yoonoh nikmati. Melihat manusia dijual dan diperdagangkan membuatnya sangat jijik. Meskipun dia punya banyak pelayan, dia belum pernah memiliki slave seumur hidupnya.

Perbedaan antara pelayan dan slave itu sebenarnya sederhana tapi sangat jauh berbeda. Menjadi pelayan adalah sebuah pekerjaan. Seorang pelayan dibayar untuk melayani, memiliki kebebasan, hak, dan tempat tinggal untuk pulang. Namun menjadi seorang slave berbeda, mereka dibeli, tinggal dengan "tuan" mereka dan hanya memiliki kebebasan sebatas yang diberikan oleh pemiliknya.

Ada satu pelayan Yoonoh yang tinggal bersamanya. Kim Doyoung namanya. Itupun atas pilihannya sendiri. Setelah adik laki-lakinya, satu-satunya keluarga yang dia miliki meninggal, dia memilih melayani Yoonoh secara penuh. Doyoung tinggal bersamanya seolah-olah dia adalah bagian dari keluarga dan juga teman.

Yoonoh menghadiri pelelangan ini untuk sebuah pertemuan bisnis. Dia sedang menjalin kerja sama dengan Chanyeol Park, pemilik bisnis jual beli slave.

Di kota ini, memiliki slave adalah sesuatu yang illegal karena melihat banyaknya hal yang tak sepantasnya dilakukan para pemilik pada slave mereka. Park Chanyeol ingin meminta keringanan berupa izin resmi jual-beli slave meski dengan catatan bersedia memperketat peraturan tentang apa yang boleh dan tidak boleh pemilik lakukan pada slave mereka. Ini sebagai salah satu langkah untuk menghentikan aksi jual beli slave illegal yang semakin marak dan terlalu beresiko juga merugikan bisnisnya.

Yoonoh saat ini sedang duduk di sofa putih bersama Chanyeol, menyaksikan para slave menari sebelum pelelangannya benar-benar dimulai. Sebagian besar penari adalah para slave wanita. Para pria biasanya akan menunjukkan kekuatan mereka yang sangat berguna untuk pekerjaan-pekerjaan kasar dan berat.

Chanyeol mendesak Yoonoh untuk ikut menonton pertunjukan tersebut, yakin akan ada yang bisa menarik minatnya. Yoonoh, meyakini sebaliknya.

Dia sudah melihat hampir keseluruhan acara dan dia justru merasa miris. Jika bisa dia ingin membebaskan para slave itu. Menjadikan hidup mereka jauh lebih baik dari ini. Dia memang orang berkuasa. Orang-orang mengandaikannya seperti seorang Prince. Tapi kekuasaannya belum cukup untuk itu.

Meski begitu dia pikir dia bisa membawa satu atau dua slave dari sini dan menjadikan mereka sebagai pelayannya.

Orangtuanya menertawakan idenya itu saat Yoonoh bercerita. Mereka berkata itu bukanlah kebaikan, tapi tindakan untuk memuaskan dan mementingkan diri sendiri.

"Ini adalah penampilan terakhir dari pemain kami dan yang paling hebat. Aku tahu kau akan menikmatinya." Seru Chanyeol bersemangat.

Yoonoh memberinya senyum lemah saat melihat ke atas panggung, di mana ada sekelompok penari keluar. Satu yang menarik perhatian Yoonoh pada akhirnya adalah seorang laki-laki manis yang berada di barisan belakang. Berambut hitam dengan poni menutupi dahi. Mata besar dan senyum manisnya terlihat menakjubkan.

Dia kecil, terlihat muda. Hampir terlalu muda untuk menjadi seorang slave. Gerakan tubuhnya begitu hidup, menyatu dengan musik seakan dialah pemilik panggung itu. Di mata Yoonoh anak itu adalah yang paling bersinar. Dia mengenakan pakaian yang cukup terbuka, memamerkan bahu dan kulit leher mulusnya.

Yoonoh bisa dengan mudah menebak jika dia bukan termasuk sebagai salah satu slave pekerja. Dia tidak cocok untuk itu. Terlalu rapuh, meski seorang laki-laki. Wajah cantik dan manisnya pasti diminati banyak orang yang ingin menggunakannya sebagai slave pendamping. Dimaksudkan untuk menyenangkan dan melayani mereka di rumah, dan bahkan lebih buruk, untuk kebutuhan seksual di tempat tidur.

Pikiran itu membuat Yoonoh sakit. Anak malang ini akan dimanfaatkan dan digunakan kemudian dibuang seperti sampah tak berharga setelah rusak.

"Chanyeol ssi, siapa nama anak laki-laki itu?"

Jika dia tidak bisa menyelamatkan semua slave di sini, setidaknya dia masih bisa menyelamatkan anak itu..

.

.

"Aku tahu akhirnya kau juga ingin mempunyai seorang slave." Chanyeol terlihat penuh semangat saat dia dan Yoonoh berjalan ke bagian belakang, tempat pelelangan untuk para slave.

"Jangan salah paham. Slave yang akan aku beli hari ini hanya akan aku jadikan sebagai pelayan. Aku akan memberikannya kebebasan dan gaji. Dia akan diperlakukan sebagai manusia, bukan obyek." Yoonoh menyatakan dengan tegas.

Chanyeol hanya mengangguk-angguk mengerti. Dia tahu benar pandangan Yoonoh Jung tentang ini.

"Slave mana yang menarik minatmu, Prince?"

Biasanya Chanyeol tidak akan sebaik ini. Yoonoh harus ikut pelelangan slave yang dia inginkan dengan cara yang sama dengan orang lain. Tapi dia adalah orang berkuasa dan berpengaruh untuk kelanjutan bisnis Chanyeol, jadi Yoonoh diberi hak khusus. Bisa langsung membeli slave manapun yang dia inginkan atas kebaikan Chanyeol.

"Dari kelompok terakhir. Anak yang aku tanyakan padamu tadi." Kata Yoonoh.

Park Chanyeol tersenyum lebar. Alisnya naik seakan tahu sesuatu. Selera Prince memang berbeda. Dia memilih satu dan barang yang paling bagus.

"Taeyong!" Chanyeol berteriak, membuat semua kepala menoleh ke arahnya.

Anak laki-laki pemilik nama itu ada jauh di belakang dengan kelompoknya. Berdiri di sudut-sudut. Matanya membulat dan ketakutannya sangat terlihat saat berjalan mendekat. Dia membungkuk dalam pada tamu dan pemiliknya.

Aku benar.

Dia kecil dan terlihat rapuh.

"Taeyong, kau akan pulang bersamanya setelah ini. Tuan Jung Yoonoh akan menjadi pemilikmu sejak hari ini. Sekarang ganti pakaian dan ambil barang-barangmu lalu temui aku di kantorku. Kami menunggu di sana."

Taeyong mengerjap-ngerjap tampak bingung. Dia tidak tahu harus merasa seperti apa. Dia akan pulang dengan seseorang yang membelinya. Seorang laki-laki bersetelan rapi dan tampan yang lebih terlihat seperti seorang Prince.

Dia mengangguk kepada pemilik dan calon tuannya yang baru sebelum bergegas pergi melakukan apa yang diperintahkan padanya.

.

.

.

Dalam perjalanannya ke bangunan sebelah tempat para slave tinggal, dia diberi ucapan selamat dari banyak orang. Taeyong menuju kamarnya di lantai atas dengan berlari sampai napasnya terputus-putus.

"Mereka semua berkata jika tuanku orang yang sangat baik. Semoga itu benar!" Taeyong tersenyum senang.

Dia sudah berada di sini sejak kecil tapi baru diperbolehkan ikut tampil dengan yang lain karena baru beberapa hari lalu menginjak usia legal. Ini pertama kalinya dia dimasukkan dalam daftar list untuk pelelangan dan itu membuatnya sangat gugup. Tapi kini sudah ada yang mau membelinya!

Taeyong tahu dia harus cepat. Dia tidak boleh membiarkan tuannya menunggu terlalu lama. Bisa saja dia marah. Dia tidak ingin menimbulkan kesan buruk pada Prince.

"Aku akan memanggilnya seperti itu karena dia sangat tampan," gumamnya polos.

Taeyong merasa sedih karena tidak diberi kesempatan untuk berpamitan pada teman-temannya yang lain. Semua orang sedang sibuk untuk pelelangan di bangunan sebelah dan meminta Prince menunggu sampai pelelangan selesai itu tidak mungkin.

Dia meraih tasnya sebelum menuju ke arah tangga untuk ke kantor pemiliknya. Dia akan turun saat melihat dua sosok wanita menghalangi jalannya. Taeyong tidak kenal atau tahu siapa nama mereka karena slave yang tinggal di sini banyak sekali.

"Permisi." Taeyong berkata dengan suara pelan.

Salah satu wanita itu hanya mengangkat alis ke arahnya. "Jadi kau yang katanya dibeli oleh tuan tampan itu?" Tanya wanita yang lebih tinggi dengan nada meremehkan.

Taeyong hanya mengangguk. Mendengar kata "tuan tampan" membuatnya gugup tapi juga bersemangat di saat bersamaan.

Wanita itu terlihat berpikir sebelum tersenyum. Mata cokelatnya menatap Taeyong sebelum melangkah ke samping, memberi ruang yang cukup untuk lewat. Wanita di sampingnya terlihat akan protes tapi dia langsung bicara. "Lalu tunggu apa lagi? Jangan membuat tuanmu menunggu. Selamat ya."

Senyuman itu membuat Taeyong takut. Dia bisa merasakan sesuatu yang tidak beres. Tatapan mata dua wanita itu begitu menusuk. Dia memutuskan untuk pergi secepat mungkin. Itu adalah pilihan teraman, jadi Taeyong tidak menyia-nyiakan waktu lagi dan melewati mereka.

"Oh, dan jangan lupa hati-hati!" Teriaknya, membuat Taeyong menengok ke belakang. Senyum jahatnya melebar, membuat Taeyong sedikit kebingungan.

Sebelum dia bisa mengerti apa yang dimaksud, dia merasakan dorongan pada tubuhnya yang hendak menuruni tangga hingga jatuh berguling-guling. Diakhiri satu benturan keras di kepalanya yang terluka dan mengeluarkan darah.

Kenapa mereka melakukan ini padaku?

Rasa sakit dari luka itu membuat Taeyong mengerang. Kepalanya pusing. Dia mendongak melihat dua wanita tadi mendekat dan mulai menendangi perutnya tidak main-main. Seluruh barang dari tasnya dihamburkan ke arahnya.

"Kenapa harus kau?! Kami lebih baik darimu! Harusnya kami yang dibeli oleh tuan itu! Kau itu tidak pantas!" Mereka berkata sambil terus menendangi dan melemparinya dengan barang-barang.

"Rasakan itu! Kau pikir tuan itu masih mau membelimu setelah melihatmu yang menyedihkan begitu?" Mereka berjalan pergi sambil tertawa puas.

Taeyong terbaring di bawah tangga. Kepalanya berdarah dan seluruh badannya terasa sangat sakit. Pandangannya buram. Dia tidak bisa mengumpulkan energi untuk bangun atau berteriak meminta bantuan. Dia hanya berharap akan ada seseorang yang datang dan menyelamatkannya saat hilang kesadaran.

.

.

.

TBC

Mind to Review? :)