Naruto bersender pada kursi duduknya dengan kakinya yang dia angkat keatas meja, tangannya memapah belakang kepalanya. Sesekali mengayunkan kursi tersebut dengan kakinya dengan pandangan yang kosong. Mata biru sapphirenya yang dulunya terlihat cerah menjadi redup dan dingin. Dirinya berubah sesaat setelah kejadian yang menimpa istrinya dan kedua anaknya, rasa bersalah, marah, dan sedih bercampur aduk yang membuatnya berubah. Naruto mengurung dirinya didalam kantor, tak sekalipun dia beranjak pulang kerumahnya. Walaupun begitu sesekali dia keluar untuk menyapa penduduk Konoha yang dengan hormat membungkukkan badan mereka setiap kali mereka berpapasan dengannya. Bahkan tak sedikit yang memberikannya bingkisan ataupun hasil jualan mereka dan mau tidak mau Naruto menerimanya sebelum memberikan hadiah tersebut ke penjaga.

"Bukankah dirimu terlihat menyedihkan."Naruto memejamkan matanya dan mendengus kencang. Suara itu.. Suara itu semakin sering muncul setiap kali dia berada dikantornya dan sendirian. Dia tau jika suara tersebut bukan berasal dari Kurama tetapi hingga saat ini dia belum mengetahui siapa pemilik suara tersebut. Atau mungkin dirinya sudah menjadi gila.

"Apa dirimu hanya berdiam diri tanpa melakukan apapun?"

"Kamu tidak tau apapun, karena itu lebih baik diam." Desis Naruto.

"Nufufufu.. Aku tau semua tentang dirimu dari apa yang kau kira, Namikaze Uzumaki Naruto." Tawanya kecil. "Haruskah aku memperinci? Naruto, seorang anak yang dibenci oleh seluruh penduduk desa, memiliki karakteristik anak yang ceria, hiperaktif, lugu, dan kikuk yang memiliki cita-cita untuk menjadi seorang Hokage. Dirinya tak pantang menyerah untuk menjadi seorang anak yang kuat agar dapat menjaga teman-temannya dan orang yang dia sayang. Tapi sayang, setelah tercapai semua keinginannya dengan menjadi seorang Hokage dan memiliki sebuah keluarga hidupnya harus hancur karena kecerobohan dirinya sendiri yang mengantar istri dan kedua anak tercintanya mati.. Sungguh tragis dan menyedihkan. Jika aku menjadi dirimu aku akan meng-"

"DIAM!" Raung Naruto, menggebrak mejanya dengan keras. Dia tidak mempedulikan rasa sakit pada tangannya yang dia rasakan setelahnya. Tangannya terkepal erat hingga memutih, terdengar gigi yang beradu akibat dirinya menggretakkan giginya dengan kuat, matanya berubah merah dengan irisnya menjadi oval seperti kucing.

"Nufufufu! Sungguh menabjubkan." Puji suara tersebut. Naruto dapat merasakan jika orang itu menyeringai kearahnya. "Hmm.. Bukankah terasa bosan berdiam diri tanpa melakukan sesuatu? Bagaimana jika sedikit pengalaman yang baru?" Sugestinya.

Sebelum dapat menjawab perkataan dari.. dari siapapun itu namanya pintu terbuka dengan paksa yang mengakibatkannya lepas dari engselnya dan melayang kearah dirinya cepat. Walaupun begitu, sebelum dirinya terhantam oleh pintu tersebut dengan lihai menarik pedangnya dari sarungnya yang berada di pinggangnya dan lansgung menebaskan pedang tersebut dengan kuat hingga pintunya terbelah menjadi dua bagian. Dengan tatapan marah dia tunjukkan pada orang yang merusak pintunya.

Kakashi menggaruk kepalanya sambil melayangkan tatapan maafnya kepadanya sedangkan Shikamaru menggumamkan kata maaf yang dibarengi dengan mendokusai diantara helaan nafasnya.

"Apa yang kalian lakukan?!" Geram Naruto.

"Maa... tenanglah Naruto. Aku mendengar dirimu berteriak jadi tanpa pikir panjang langsung kesini dengan Shikamaru." Jawab Kakashi. "Kamu baik-baik saja Naruto?"

'Menurutmu aku baik-baik saja?! Aku sudah kehilangan istri beserta kedua anakku dan aku tidak bisa tidur dengan nyenyak karena mimpi 'itu' terus muncul yang membuatku takut untuk tidur! Dan lagi belakangan ini aku mendengar suara yang terus menggangguku dan itu bukan KURAMA! Apa menurut kalian aku baik-baik saja?!!' Ingin sekali dia berkata seperti itu kepada kedua orang didepannya ini tetapi diurungkannya dan memilih menjawab dengan jawaban yang lebih dapat diambil. "Aku baik-baik saja hanya lelah." Naruto duduk kembali dan memijat pelipisnya. Mencoba mengabaikan kacanya yang pecah akibat hantaman dari pintu. Bahkan dia mencoba mengabaikan sekitarnya. "Kalian bisa kembali melakukan aktivitas kalian." Lanjutnya.

"Oya nufufufu.. Bukankah itu terdengar dingin, Naruto-kun." Ucap suara tersebut yang diabaikan oleh Naruto.

Kakashi dan Shikamaru terdiam menatap Naruto dengan khawatir hingga akhirnya Shikamaru mengambil suara. "Bagaimana jika lebih baik dirimu pulang dan istirahat Naruto? Sudah hampir 2 bulan dirimu berada disini." Saran Shikamaru.

Keheningan terjadi setelahnya membuat mereka berdua merasa tidak nyaman. Dia tidak dapat membaca apa yang sedang Naruto pikirkan saat ini. Hanya saja mereka tidak tahu jika sebenarnya Naruto tengah mendengarkan pada suara dikepalanya (?)

"- Sudah diputuskan jika aku akan mengirim dirimu dan kedua temanmu ini untuk datang keduniaku."

"Ini tidak ada hubungannya dengan mereka, Jackass! Jangan bawa-bawa nama mereka dengan masalahmu ini!" Desis Naruto pelan dengan jengkel dan menggeram kesal saat yang didapat hanyalah tawa menjengkelkan yang keluar dari suara tersebut.

"Naruto?" Kakashi mencoba mendekat saat tiba-tiba Naruto berdiri, wajahnya terlihat lebih pucat dari sebelumnya. "Naruto, ada apa?"

Mata biru Naruto menatap tajam kearah Kakashi dan Shikamaru membuat mereka tersentak. "Kalian harus pergi dari sini sebelum terlambat!" Ucap Naruto terdengar mendesak.

"Apa?"

"Kubilang pergi! Pergi dari sini kalian berdua!!" Perintah Naruto dengan tegas. Dia dapat merasakan gelombang aneh terasa semakin kuat yang akhirnya terasa oleh Kakashi dan Shikamaru. Mereka berdua langsung mengambil ancang-ancang berdiri menghalangi Naruto, mencoba untuk melindungi dirinya.

"Tidak berguna, bodoh! Pergi dari sini!!" Teriaknya kencang mencoba untuk mendorong mereka keluar dari ruangan. Tetapi semuanya telat, cahaya putih terang muncul menyerang pandangan mereka bertiga. Naruto dapat mendengar teman dan senseinya memanggil nama dirinya sebelum pandangannya menjadi hitam. Dan, sebelum Naruto kehilangan kesadarannya, dia mendengar suara menjengkelkan itu terakhir kalinya.

"Nufufufu... Semoga berhasil, Nanadaime. Namaku Daemon Spade ingat nama itu, mungkin saja kita bertemu disana."

Ya, sudah pasti dia akan memburu dan membunuh si brengsek itu.

So.. Bagaimana menurut kalian? Ini belum ke main ceritanya ngomong2. Kalau pun suka tak apa, aku hanya menulis semua isi pikiranku ke fanfic ini dan membagikannya kepada kalian. Lol Ciao!