"Kau kalah!"
Baekhyun memekik senang sambil bertepuk tangan layaknya bocah. Yang diledek hanya bisa cemberut lucu sembari membuang mukanya masam, "Itu karena kau curang, Baekhyun!" lalu mendengus.
"Curang apanya! kalau kalah harus terima, dong!" Baekhyun berdecih tak mau kalah.
"Kau tidak turun saat ada ular. Apa namanya kalau tidak curang?"
Satu yang lebih tinggi menatap Baekhyun dengan alis berkedut sebal, melihatnya membuat Baekhyun mengerutkan kening sambil berkacak pinggang. "Hey! ular yang itu kan tidak membuka mulutnya, kita sepakat membuat perjanjian jika ularnya tidak buka mulut, maka kita juga tidak akan turun!"
Si jangkung melipat tangannya didepan dada, menatap si pendek dengan mata memicing. "Itu perjanjian sepihak karena aku tidak menyetujuinya"
Baekhyun hendak menampar wajah pria didepannya ini, namun berakhir ia yang mengedikkan bahu acuh sambil mengambil spidol merah didekat kakinya dan mengarahkan benda itu pada wajah si tinggi.
"Hukuman tetap hukuman, Chanyeol. Wajahmu harus aku lukis karena kau ka-lah." ujarnya bersama senyum mengejek terbentuk dari bibirnya yang tipis. Lelaki dengan telinga lebar yang dipanggil Chanyeol tak sempat mengelak karena Baekhyun telah meraih pipinya, kemudian mulai menggoreskan spidol bertinta merah itu pada kulit Chanyeol.
Sebuah deheman samar keluar dari mulut Baekhyun, si kecil itu menyadari bagaimana kini posisinya yang terlihat intim bersama Chanyeol. Wajah mereka yang hanya dibatasi oleh ujung hidung masing-masing, serta saling bertukar nafas dalam udara yang sama. Itu benar-benar mempengaruhi kerja jantungnya yang terpompa cepat didalam sana.
Serius, Baekhyun nggak kuattt:(
"YAH!! Ibuuu.. Mereka berciuman!"
Jeritan super heboh dari Yifan sontak membuat kedua anak adam yang tadinya berdempetan kini ikut terlonjak dan berakhir memisahkan diri dengan wajah padam di kedua pipi masing-masing.
"Kami tidak berciuman!!"
Itu Baekhyun yang balas menjerit. Ia berdiri lantas mengejar Yifan untuk sebuah pukulan keras dibahu hingga lelaki tinggi itu meringis ngilu. "Kami tidak ciuman Yifan!" bentaknya lagi, masih bertahan dengan wajah merahnya.
"Hoi, aku kakakmu.. Bantet! Dimana sopan santunmu, huh? panggil aku Kris hyung!"
Pria yang lebih tinggi dari Chanyeol dengan rambut pirang terang yang malas Baekhyun akui sebagai kakaknya itu menunjuk hidung mungil Baekhyun dan memencetnya dengan jahil. Baekhyun menepis tangan Yifan sebal, lalu menggosok-gosok hidungnya dengan tangan seolah bekas tangan Yifan tadi meninggalkan bakteri untuk hidungnya. Ah, Yifan tersinggung sekali.
"Lantas mengapa kau memerah begitu? kau gugup, kan?"
Mendengar itu, si mungil segera menangkup pipinya yang terasa hangat. Ia menggumam sendiri, "A-aku tidak memerah..." mendongak menatap kakaknya,
"Lupakan, kau sinting. Kami tadi hanya sedang main ular tangga, dan Chanyeol kalah.. sebagai hukuman wajahnya harus aku lukis. Iya, kan.. Yeol? eh? Chanyeol mana?" Baekhyun menggaruk kepalanya linglung begitu tak mendapati teman tingginya itu ditempatnya.
"Chanyeoooolllll... Kau dimana~" Baekhyun celingukan, kemudian iseng mengintip disebuah kandang dekat pintu masuk. Dan rasanya Yifan berhasrat untuk menonyor kepala merah jambu adiknya, karena demi wajahnya yang kebule-bulean! mana mungkin Chanyeol ada dikandang minimalis Mong-ryeong- anjing peliharaan Baekhyun. Tapi itu bisa menjadi mungkin mengingat otak Chanyeol tidak lebih banyak dari Baekhyun.
Si mungil menghela nafas, "Chanyeol hilang.." katanya sedih.
CKLEK!
Baekhyun dan Yifan serempak menoleh pada pintu masuk yang baru saja dibuka, itu Ayah mereka yang baru pulang dari melembur. "Ada apa dengan Chanyeol, dia seperti dikejar setan saja,"
Gumaman sang Ayah membuat Baekhyun berbinar, "Eh, Ayah lihat Chanyeol?" tanyanya. Byun senior itu mengangguk pelan sambil mengernyitkan kening, "Iya, tadi Chanyeol lari terbirit-birit dan langsung masuk kerumahnya begitu Ayah panggil. Memangnya, ada apa nak?"
"Jadi Chanyeol pulang? Ini semua salah Yifan hyung!!! Chanyeol pulang gara-gara dia! Ibuuuuuu...!"
"Yifan! berhenti mengganggu adikmu!"
.
.
.
Hari ini seluruh kelas sedang free karena para guru mengadakan rapat mengingat sebentar lagi ujian akhir semester akan berlangsung. Kelas Baekhyun sekarang sangat ricuh, beberapa anak lelaki bermain bola yang terbuat dari gumpalan kertas, lalu beberapa murid cewek berkumpul dalam satu lingkaran hanya untuk menceritakan dan mendegarkan seputar gosip panas atau membicarakan film horror terbaru yang meyeramkan. Dan sisanya, termasuk Baekhyun hanya duduk dibangku dengan muka tertekuk malas. Oh, atau sebenarnya hanya wajah Baekhyun yang tertekuk karena yang lain cuma diam dan duduk kalem sambil membaca sesuatu. Tipikal kutu buku sekali.
"Oy! Baekhyun, ayo gabung bersama kami!"
Si muka kotak dengan senyum lebar dari ujung ke ujung berseru lantang pada Baekhyun, bermaksud untuk mengajak lelaki berparas hawa itu untuk ikut serta bersama mereka bermain bola kertas yang digumpal-gumpal menjadi buntalan besar. Namun sayangnya, Baekhyun tidak dalam mood bagus untuk meladeni ajakan Jongdae.
"Nggak mau. Tidak mood!" ketus Baekhyun menjawab.
"Dia ditinggal Chanyeol tuh, makanya tidak mood. Ya, kan.. Baek?"
Baekhyun melotot mendengar ledekan Luhan si murid pindahan dari Cina yang orangnya sok asik. Ia melempari lelaki blonde itu dengan pulpen, "Fakyu, Luhan! Jangan sok tauuuu..."
Luhan bersama sekawanannya cekikikan senang saat melihat wajah emosi Baekhyun. Well, itu memang terlihat lucu dengan kedua sipitnya yang mendelik serta bibirnya yang manyun ke depan.
Byun termuda itu lantas bangkit dari duduknya dan berjalan melewati Luhan dan kawan-kawan. Mencoba cuek atas ledakan tawa mereka yang semakin kencang. Ia mendegus kuat begitu kakinya menginjak lantai koridor.
Sialan sekali si Luhan ini, mengapa tebakannya sangat benar!
.
.
.
Chanyeol itu anaknya aktif, dia mengikuti banyak kegiatan ekstrakulikuler di sekolah. Contohnya, klub musik, basket, dan organisasi lain seperti OSIS salah satunya. Berbanding terbalik dengan Baekhyun, si mungil itu sama sekali tidak memiliki minat untuk ikut kegiatan, dia anaknya malas bersosialisasi, bahkan temannya yang benar-benar ia anggap teman bisa dihitung jari. Salah satunya Chanyeol, yang memang telah menjalin ikatan sahabat sejak mereka masih dalam kandungan ibu masing-masing. Mereka tetangga, ingat?
Jika teman Baekhyun minim, maka Chanyeol sebaliknya. Chanyeol itu supel, ramah, tukang nebar senyum dan konyol. Dengan mudah lelaki bertelinga lebar itu mendapat banyak teman dan Baekhyun benci itu. Baekhyun benci saat Chanyeol lebih memilih menghabiskan waktu kosong seperti ini dengan teman se-organisasi-nya dibanding dengan dirinya yang penyendiri ini.
Huft, menyedihkan.
Baekhyun membuang nafas jengah, daripada ia meladeni Luhan, Jongdae dan geng mereka itu, Baekhyun akhirnya memutuskan untuk bersantai diatap sekolah. Tidak buruk, ditempat ini anginnya sepoi-sepoi, sejuk dan menenangkan.
Baekhyun merebahkan tubuh pendeknya pada matras yang tergelar disudut atap. Berhubung tidak ada bantal, Baekhyun menggantinya dengan lengan yang ia lipat dibawah kepalanya. Oke, posisi yang enak untuk segera menjemput mimpi sebelum jam istirahat tiba nantinya.
Angin yang menyapu wajah halus Baekhyun mempengaruhi mata anak itu yang kian memberat. Dia menguap kecil dan kantuk segera merenggut kesadarannya.
.
.
.
Seingatnya, tadi saat matanya terpejam.. Baekhyun hanya tidur terlentang dengan kedua lengannya sebagai bantalan. Lalu mengapa sekarang posisinya berubah miring dan saat ia membuka mata adalah dada bidang seseorang yang pertama kali tertangkap retinanya?
Mengerjap Baekhyun lakukan, ia mengernyit merasa ada sebuah tangan merengkuh pinggangnya serta lengan kokoh sudah menggantikan kedua tangan Baekhyun sebagai bantal kepalanya.
Si mungil tak membutuhkan waktu lama untuk menyimpulkan siapa orang yang tengah memeluknya diatas matras sempit ini. Tentu itu Chanyeol. Hanya Chanyeol yang bisa dan boleh memperlakukan Baekhyun seperti ini.
Ia tersenyum diantara desak nafas yang semakin sulit untuk diraup akibat gugup memenuhi dirinya. Baekhyun mendongak, benar mendapati wajah manis Chanyeol yang sedang terpejam damai. Sungguh pahatan yang sempurna saat dilihat dari posisi seperti ini, rahangnya keras dan sangat pas membentuk wajah si tinggi, hidungnya runcing mancung tanpa celah, dan, ehm! hal yang paling Baekhyun damba diam-diam adalah bibir tebalnya yang begitu kissable Yang kini tengah terbuka sedikit dengan dengkuran halus keluar dari sana.
Baekhyun tidak terkejut mengetahui Chanyeol tiba-tiba ada disini. Tidur bersamanya, mendekapnya dengan pelukan hangat. Ia tidak terkejut sebab tempat ini memang sering mereka singgahi berasama disaat keduanya sedang dilanda bosan.
Lelaki mungil itu tersenyum jahil, ia membawa jari telunjuknya menelusuri kulit wajah Chanyeol. Di mulai dari mata pejam si jangkung yang ia buka sedikit kelopaknya, hingga wajah temannya itu menjadi konyol dan kikikan Baekhyun langsung menguar disana. Jari turun ke hidung, memencetnya pelan dan kembali terkikik. Ludah tertelan payah saat tangannya bersentuhan dengan halus bibir Chanyeol. Sangat lembut, membuat Baekhyun ingin merasakannya sendiri.
"Baekhyunn~"
Dan geraman rendah Chanyeol membulatkan mata Baekhyun. Anak itu menarik jarinya dari wajah si tampan dan gelagapan tak menentu saat kepergok oleh Chanyeol bahwa diam-diam dia menaruh kagum atas paras temannya itu.
Namun alih-alih merasa terganggu, yang lebih tinggi malah mengeratkan dekapannya pada tubuh mungil Baekhyun. "Ssstt, aku masih ingin tidur." Chanyeol berbisik parau, tidak tahu apa kalau itu membuat Baekhyun meremang dengan desiran halus pada aliran darahnya.
Ehm, lupakan. Daripada itu, ia memilih untuk menyamankan diri didalam rengkuhan Chanyeol, menyesapi juga bagaimana harum gentle menguar merasuki penciuman. Baekhyun suka wangi Chanyeol, itu menenangkan dan memabukkan.
"Maaf ya tadi lama meninggalkanmu.. mereka menahanku dengan dalih berdiskusi tentang pensi sehabis ujian akhir nanti," Chanyeol berucap. Dan seketika Baekhyun teringat jika tadinya ia mau merajuk pada Chanyeol.
"Menyebalkan," sahut Baekhyun pendek.
"Ouch, bayiku merajuk.. Hm?"
"Ih, aku bukan bayi!"
"Loh, itu buktinya gemesin gituu~"
Yasudah, kita biarkan saja sepasang 'sahabat' itu saling melepas rindu setelah beberapa jam tidak bertemu.
.
.
.
Dua lelaki beda tinggi badan itu berjalan ringan dengan es loli digenggaman tangan masing-masing. Yang lebih kecil terlihat cemberut namun yang tinggi seakan acuh sambil menjilati es miliknya dengan gembira.
"Harusnya kita beli es krim!" dan pekikan kesal itu meluncur pada akhirnya dari bibir tipis merah jambu itu.
"Es loli tidak kalah enak, kok, Baek.. nih coba deh punya aku!"
Baekhyun membuka mulut tanpa protes saat Chanyeol menjejalkan es batangan itu kedalam mulutnya, sensasi dingin dan rasa manis langsung menjalari lidah, aneh bagaimana Baekhyun tersenyum berbinar sambil berucap polos, "Wah, punyamu sepertinya lebih enak, ayo tukaran saja!"
Chanyeol melongo saat es lolinya ditarik paksa dan diganti dengan milik Baekhyun, bukan apa-apa.. Tapi rasa es loli mereka itu sama kok..
Berkedip kecil, Chanyeol terkekeh geli pada akhirnya. Merasa terbiasa oleh tingkah laku Baekhyun yang aneh namun tetap memiliki sisi cute.
"Siapa yang sampai rumah duluan akan mendapat kimbap ibuku!!!"
Selepas berteriak nyaring begitu, Baekhyun langsung mengambil ancang-ancang dan melesat meninggalkan Chanyeol yang masih loading. Si jangkung tersadar didetik ke tiga, langsung menjerit dengan suara baritone-nya. "BAEKHYUUNN JANGAN CURANG!!!" kaki panjangnya langsung bergerak mengejar teman mungilnya.
Di bawah senja oranye, dua lelaki berseragam sekolah tengah berlarian, saling mengejar, dan mendorong satu sama lain bilamana keduanya sejajar, tak luput diselingi tawa jenaka yang menyenangkan.
Setidaknya, biarkan mereka seperti ini dulu sampai waktu yang akan memberitahu jika label sahabat saja tidak lengkap untuk mereka.
.
.
.
Dia kembali.
Gadis itu telah kembali sekarang.
Dia Kim Yejin.
Perempuan yang dulu adalah bagian dari Baekhyun dan Chanyeol. Mereka adalah tiga sahabat yang lucu-lucu, selalu saling menggandeng saat berjalan sambil tertawa khas anak-anak. Yah, setidaknya begitu sampai akhirnya Yejin pindah ke Paris bersama Ayah tirinya saat mereka berumur 10 tahun.
Dan sekarang si cantik bersurai cokelat itu telah kembali. Kesini. Bersama mereka, tinggal satu komplek dengan mereka. Yah, dan harusnya itu Baekhyun tanggapi dengan senyuman bahagia dan menerjang wanita itu dalam pelukan rindu.
Tapi lihat apa yang dilakukannya, si mungil itu hanya berdiri diam dengan senyum getir terpaksa sambil memperhatikan bagaimana Chanyeol masih bertahan dalam dekapan Yejin. Oh, dengan rengekan berat bahwa dia begitu merindukan Yejin. Tentu saja Chanyeol serindu itu, ini pasti yang Chanyeol harap-harapkan sejak dulu kan? Mengingat Yejin adalah.. Cinta pertamanya.
"Baekhyuna, bagaimana dengan.. uhm, jantungmu berdetak kencang saat melihat seseorang?"
Baekhyun sedikit terkejut dengan pertanyaan Chanyeol, terbukti dari sipitnya yang melotot lucu. Ia menoleh pada temannya yang mengenakan kaca mata bulat itu, lalu memicingkan mata. "Serius kau begitu?" ragu bertanya. Chanyeol mengangguk, dan si pendek itu bergumam tak jelas sambil menjilati lagi es krim ditangannya yang hampir meleleh.
Saat ini, mereka tengah duduk di atas pagar dinding belakang sekolah dengan es krim sebagai teman. Baekhyun tidak suka kebisingan, Chanyeol pun. Maka dari itu keduanya lebih memilih mengasingkan diri dari pesta ulang tahun sekolahnya yang tengah berlangsung meriah didalam sana. Ah, semoga saja tidak ada guru yang memergoki mereka disini. Doa Baekhyun.
"Baekhyuuun, jawab! kenapa kau cuma diam!" Chanyeol menuntut. Si sipit menepuk tempurung kepala Chanyeol pelan, "bodoh, itu tandanya kau sedang menyukai seseorang!" dan mencibir.
"B-begitukah?"
"Iya begitu, memangnya siapa orang sial itu sampai disukai oleh makhluk buntel berkacamata ini, hmm?" Baekhyun meledek. Chanyeol tak tersinggung, malah menunduk dan Baekhyun yakin si embul itu memerah sampai telinga.
"Tapi kau jangan tertawa ya kalau ku beritahu?"
Bahu bergidik cuek, "Tergantung,"
"Itu... Ngg, uh.. Diaadalahyejin"
Alih-alih tertawa seperti yang Chanyeol khawatirkan, kerjapan kecewa adalah yang pertama menjadi respon Baekhyun. Anak itu tertawa hambar setelahnya, dia menepuk pundak Chanyeol beberapa kali dan kemudian meloncat dari pagar untuk berlari pulang lalu berencana menangis di kamar selama tiga hari. Tentu saja itu membuat Chanyeol terheran-heran, ingin menyusul namun panggilan halus didekatnya menusnahkan keinginan,
"Chanie.." Yejin dengan gaun merah mudanya nampak begitu menawan.
Ah, sudahlah.. itu sudah 8 tahun yang lalu. Tidak usah diungkit-ungkit, tidak baik juga untuk hati Baekhyun.
"Baekhyunie.. Kau hanya diam. Tidak merindukanku?" suara halus Yejin mengintrupsi. Sipit berkedip cepat, bibir mengulas senyum dan segera dirangkulnya gadis manis itu.
"Mana mungkin, aku dan Chanyeol selalu merindukanmu, hanya saja... Aku masih nggak nyangka Yejin yang cengeng dulu sudah secantik ini sekarang. Hehe," Baekhyun cengengesan. Dalam hati meringis menyadari ucapannya yang setengah dusta.
Yejin tertawa kalem mendengar pujian itu, ia memukul bahu si pendek main-main, "Kau juga makin cantik, ngomong-ngomong."
Baekhyun melotot tak terima, "Yah!! aku tampan, tam-pan. Hand-some!"
Yejin terkikik lagi, melihat itu Chanyeol ikut bergabung bersama keduanya. Merangkul dua temannya dengan Baekhyun berada ditengah-tengah.
"Well, guys. Aku senang akhirnya kita bisa berkumpul lagi."
Tentu saja dia senang, kesempatan dirinya untuk bersama Yejin semakin besar.
Hari itu, Baekhyun tertawa sumbang dengan dada yang tiba-tiba terasa sesak.
.
.
.
Pagi itu, tidak seperti biasanya. Tidak ada teriakan berat dari Chanyeol yang membangunkan Baekhyun, juga tidak ada berangkat sekolah bersama karena saat Baekhyun datang ke rumah Chanyeol, bibi Park bilang si caplang itu sudah pergi ke sekolah.
Bersama Yejin.
Oke, belum apa-apa si idiot itu sudah melupakan eksistensi-nya.
Ha-ha, haha.
"Berangkat sendirian tidak buruk juga,"
- setidaknya Baekhyun bebas memaki Chanyeol.
Setiba di sekolah, Baekhyun mendapati kelasnya begitu heboh dengan kehadiran Yejin. Para lelaki berkumpul membentuk lingkaran dengan gadis itu ditengah-tengah. Oh, disebelahnya ada Chanyeol juga. Oh lagi, dan bangkunya ditempati oleh Yejin. Wah, usaha yang bagus untuk merusak mood Baekhyun yang sudah anjlok.
"Permisi dong, kenapa kalian semua menyampah ditempat dudukku?"
Semua mata memandang. Ya, semua. Termasuk mata besar milik Chanyeol. "Baekhyun, kapan kau datang?" dan pertanyaan yang menurut Baekhyun sangat lawak terlontar dari bibir tebal Chanyeol.
"Kapan? Ha, setahun yang lalu mungkin." Baekhyun terkekeh sinis. Sengaja ceritanya.
Chanyeol yang mengetahui nada tak enak itu pun langsung menghela nafas, "Maaf tadi meninggalkanmu. Aku bawa motor jadi,
"Iya tahu." Baekhyun memotong dan menyahut pendek.
Kau bawa motor karena dia. Iya tahu kok.
Sejak kedatangan Baekhyun, entah mengapa menonton perdebatan sepasang sahabat ini jadi lebih menarik bagi para lelaki yang tadi sibuk menanyai Yejin. Sementara gadis Kim itu merasa bersalah pada Baekhyun sambil bangkit dari duduknya, "Ini salahku, Baekhyunie.. jangan marah pada Chanyeol ya"
Alis Baekhyun mengerut, "Kenapa salahmu? ini bukan salah siapapun, Yejin. Bukan salah Chanyeol juga. Tidak perlu ada yang disalahkan, oke?" Baekhyun memaksakan satu senyum lembut, bagaimanapun ia tidak boleh egois hanya karena masalah kecil.
Yejin cemberut sedih, "Tapi kau terlihat marah tadi,"
"Aku tidak. Beneran, santai saja Yejin-ah" kata Baekhyun, menampilkan deretan gigi putihnya hingga Yejin ikut tertawa kecil.
"Hoi, anak baru! Kau disuruh laporan sama kepsek tuh, dikantor!"
Semuanya menoleh ke arah pintu masuk, pada Suho si ketua kelas dengan senyum bagai malaikat. Yejin menunjuk dirinya dengan telunjuk, "Aku?"
"Iya, kau."
Gadis itu lantas berlalu pergi, menyisakan kerumunan yang masih betah menatap Chanyeol dan Baekhyun dengan binar mata sok polos. Baekhyun menatap mereka tajam, "Apa liat-liat! sudah sana bubar!" bentak si mungil, benar-benar membuat gerombolan tersebut membubarkan diri sambil berseru meledek si pendek.
Kini hanya ada keheningan dan sedikit bumbu canggung menyelimuti sepasang sahabat itu.
"Baek_
"Jangan minta maaf lagi, aku tidak papa, Yeol. Tidak usah cemas," senyum tipis Baekhyun sunggingkan, matanya tanpa sadar ikut tertarik hingga membuat lengkungan menyerupai sabit.
"Oke, Baekhyunie.." Chanyeol menarik pipi gembil Baekhyun gemas, membuat anak itu merengek minta dilepaskan tapi malah membuat si tinggi makin gemas.
"Hih, imutnya.. cium nih."
Baekhyun tertegun.
Chanyeol kalau bercanda suka tidak kira-kira ya. Ha-ha.
.
.
.
"Nak, silahkan duduk."
Yejin mengangguk ragu, matanya menilik ke arah seluruh penjuru kelas. Hanya ada satu bangku kosong tersisa, yaitu di pojok kelas dekat jendela dengan seorang lelaki pendek bermata bulat menghuni bangku di sebelahnya. Gadis itu menggaruk pipi lalu beralih pada Pak Hanbin, "T-tapi, pak.. Saya tidak bisa duduk dibelakang. Mata saya buram saat melihat tulisan dari jarak jauh."
Pak Hanbin bangkit dari kursinya, "Kalau begitu, siapa yang bersedia menggantikan Yejin?" guru berkacamata itu melontar tanya.
"Baekhyun bersedia, Pak!"
Tidak-tidak! itu bukan Baekhyun yang bicara, itu Chanyeol komplit dengan senyum idiotnya. Baekhyun mencelos tak percaya akan itu, ingin protes namun sang guru sudah memotong terlebih dahulu,
"Benar, Baekhyun?"
Sebelum menjawab, Baekhyun melempar tatapan kecewa pada Chanyeol dan ia tidak peduli bagaimana lelaki tinggi itu balas menatapnya dengan wajah bersalah, si jangkung buru-buru berucap, "Tidak jadi, Pak_
"Aku pindah. Yejin, duduklah dibangkuku" Baekhyun menyusun bukunya dan menenteng ransel sambil membawa tungkai melangkah pada pojok kelas. Membiarkan Yejin yang menatapnya bingung, namun tetap mendaratkan bokong disebelah Chanyeol. Pemuda itu memandang si mungil dengan kosong.
Baekhyun mendengus samar, mengapa harus bertahan jika Chanyeol sudah tidak mau sebangku dengannya? secara tidak langsung si caplang itu telah mengusir Baekhyun. Yasudah jika itu maunya, Baekhyun turuti meski hatinya berdenyut merasa sangat kecewa.
"Hai, Kyungsoo" ia menyapa teman sebangku barunya, namun malah tatapan sengit yang didapat sebagai balasan.
"Oh, astaga Baek.. Katakan goodbye pada ketenangan!" Kyungsoo merancau dramatis.
Baekhyun mengerjap lamban, "Goodbye ketenangan"
Kyungsoo merutuk, dia bodoh atau polos.
.
.
.
'YOU WIN'
"YES!! Aku menang, ye ye yeee!!! Woo~"
Stik playstation dibanting keras begitu tulisan 'You Win' muncul pada layar monitor didepan. Baekhyun meninju udara sekali kemudian menghempaskan tubuh pada sofa.
"Itu karena aku mengalah, bantet!" Yifan berseru tak terima, sedikit memberi jitakan pada kepala sang adik.
"Peduli? Hahaha!"
Dan si pirang semakin jengkel dengan juluran lidah yang menyebalkan itu. Ia bangkit dari duduk, mengambil langkah cepat mencoba abai pada tawa Baekhyun yang semakin menggelegar mengusik kuping. "Hah, sialan." desis si tinggi.
"Woy! jangan lupa traktirannya, kakakku sayang!"
"Bangsat."
Baiklah, itu mungkin terdengar lucu sampai Baekhyun lagi-lagi terbahak sambil berguling-guling riang, membuat Yifan bergidik di ujung sana.
"Bu, anak bungsumu semakin tidak waras buuuu..."
Mengadu pada ibu mungkin solusi terbaik untuk Yifan.
Sementara Yifan kini sudah berlalu, tinggalah Baekhyun yang sekarang sibuk mengatur nafasnya yang tersengal-sengal akibat terlalu banyak memaksakan tertawa hingga Baekhyun rasa tenggorokannya seperti lecet. Ia berdeham pelan, meraih susu kotak perisa stroberi diatas meja. Lelaki tersebut mengelusi leher tak berjakun itu. "Ah, bagaimana jika otak tertawaku rusak? oh no! Nooooo!"
Mungkin itulah sebabnya Yifan melarang keras untuk Baekhyun mengkonsumsi kartun pons berwarna kuning dan teman pink-nya yang dungu serta gurita dengan tampang datar tapi diam-diam tak waras. Begini, Yifan hanya takut otak minimalis Baekhyun itu semakin bobrok karena karakter yang didalamnya rata-rata hanya memiliki kadar otak setengah sendok makan saja, atau bahkan tidak sama sekali. Ah, bukankah Yifan kakak yang perhatian?
TING TONG!
Baekhyun tadinya hendak masuk ke dalam kamar, menyumpal telinga dengan headshet dan menjelajah Youtube untuk menonton video yang menghibur, tapi dentingan bel diluar rumah menghentikan langkah, alis dia mengerut, "Siapa sih?"
TING TONG!
"Tidak sabar sekali, huh!" ia mendumel, memaki dalam hati tamu tak sabaran diluar sana yang masih betah menekan-nekan bel seperti sinting.
"Siapa sih, eh Chan... yeol?" sipit berkedip cepat, jantung bertalu kencang kala menangkap sosok tinggi dengan cengiran gigi khas lelaki itu.
Baekhyun merutuk dalam diam, mengapa pula Chanyeol harus datang kesini disaat ia ingin menghindari pria jangkung itu. Ah, sebenarnya kecewa masih memenuhi perasaannya perihal tempat duduk kemarin. Baekhyun seolah menjaga jarak dengan sahabatnya tersebut, ia memilih menyeret Kyungsoo saat istirahat dibanding makan dikantin bersama Chanyeol seperti yang selalu mereka lakukan atau tidur diatap sekolah, ia bahkan tak merisaukan rontaan Kyungsoo yang bersumpah akan membunuh Baekhyun jika si sipit itu terus saja menarik-narik tangannya tanpa tujuan. Iya betul, mereka hanya mengitari lingkungan sekolah seperti idiot. Dan membuat tanda tanya besar dikepala teman-teman lain, pasalnya tidak ada riwayat manapun yang menerangkan jika dua lelaki pendek berbeda jenis mata itu memiliki jalinan persahabatan yang erat. Apalagi Kyungsoo yang selama ini hanya berinteraksi dengan tumpukan buku.
Oh, cukup. Mengapa jadi Kyungsoo.
Lupakan.
"Ey, Baekhyun? mengapa melamun?" suara berat Chanyeol menginterupsi. Baekhyun tergagap sambil menggaruk ujung hidung garing,
"Oh, tidak kok, ada apa kemari Chan?" penuh kecanggungan.
"Aku merindukanmu"
Degup jantung makin menggila, kala dua kata tersebut terlontar dari belah tebal Chanyeol. Bibir digigit kuat, tak kuasa menahan mata yang tanpa sadar berkaca-kaca.
"Aku kangen padamu, Baekhyun. Cukup menghindarnya.. aku tidak bisa kalau kau seperti itu, aku_
kata-kata kembali tertelan, Baekhyun tak membiarkan Chanyeol selesai dengan kalimatnya malah menubruk lelaki itu dalam pelukan sambil merengek dan kadang terisak. "Chanyeol, chanyeooll.. hiks"
Tangan besar Chanyeol yang tadinya bergantung dikedua sisi tubuh kini terangkat dan balas merengkuh tubuh mungil didekapannya. Kepala merunduk untuk kecupan kecil di ceruk leher yang lebih mungil.
"Maafkan aku, oke? kau tahu aku tidak benar-benar serius waktu itu, tapi kau langsung pergi dan kau menghindar dariku. A-aku.. merasa kosong saat kau melakukannya, Baek.." Chanyeol merasa lega menyusupi dirinya sekarang. Lega karena nyatanya Baekhyun pun merespon maafnya dengan baik, anak itu mengangguk kecil dalam dekapan dan rambut halusnya menggelitik leher si jangkung hingga pemuda Park tersebut tertawa kecil.
"Tapi aku tidak papa kalau kau ingin duduk dengan Yejin, kemarin aku hanya kesal sesaat kok. Aku tidak marah, serius" Baekhyun mendongak menatap Chanyeol, masih dalam posisi saling mendekap. Dan si tinggi merundukkan kepala agar mata sejajar dengan si mungil. Ia menggeleng pelan, "No, Baekhyun. Mulai besok kau duduk denganku lagi, aku cuma ingin kau."
Jantung Baekhyun lompat-lompat kesenangan.
"Terus Yejin?"
"Jongin mau tukaran dengan Yejin, kau tahu.. si hitam itu kan naksir Kyungsoo." Chanyeol berbisik, dan nafasnya menerpa kulit wajah Baekhyun membuat anak itu meremang dan merasa darahnya berdesir menyenangkan.
"Bantet, kau dipanggil ib_ oh shit! Ibuuu mereka berciuman lagiiiii... !!!!"
Kali ini, kedua sahabat itu tak ambil pusing pada teriakan Yifan yang lagi-lagi memergoki mereka dalam posisi mirip orang berciuman. Chanyeol malah mendekap Baekhyun semakin erat dan menggoyang-goyang tubuh mereka ke kanan-kiri. "Kau tidak kangen aku, Baek?"
"Kangennnn~"
Kalau begitu kita tinggalkan dulu dua anak adam tersebut saling merengek rindu dan masih bilang kalau mereka hanya sahabat.
.
.
.
Ini adalah akhir pekan, dan Baekhyun si bungsu hanya bermalas-malasan dikamar masih dengan piyama larva dan rambut acak-acakan. Dan lihatlah mata sipitnya yang masih susah untuk terbuka, juga mulut kecilnya yang menguap lucu.
"Hoam~ jam berapa sih ini?" Dia menggaruk-garuk tengkuk. Melirik jam dinding micky mouse yang tergantung di pintu masuk. Pukul 10:19
Wah, sulit dipercaya ia bangun sesiang ini.
"Byun bantet! bangun kau, tidak baik anak gadis tidur kesiangan, nanti jodohmu dipatok ayam!!"
Suara Yifan terdengar dari luar, dan satu lemparan bantal Baekhyun persembahkan untuk kakak tersayang. Meski itu hanya mendarat dipintu saja.
"Sini lihat milikku biar kau sadar dari kesintinganmu!"
Tawa menggelegar terdengar dari kakaknya itu dan hasrat untuk membotaki rambut pirang Yifan makin timbul dalam benak Baekhyun. Oke, Baekhyun.. tidak baik mengawali pagi yang sebenarnya hampir siang ini dengan emosi. Dengar apa kata Yifan tadi, nanti jodohmu dipatok ayam.
Baekhyun menggeliat kecil dan menguap lagi, kucek mata dan bangkit dari ranjang menuju kamar mandi karena urusan perut yang mendesak.
Si mungil menghabiskan waktu setengah jam untuk mandi. Sepuluh menit buang air, sepuluh menit melamun, sepuluh menit membersihkan diri. Ia mengambil pakaiannya yang berserakan dilemari, padahal ibu sering merapikan tapi tangan nakal Baekhyun selalu saja merusaknya. Jika ibunya protes, maka ia akan menyahut tak mau kalah. "Baekhyun anak cowok, bu.. wajar kalau tidak rapi."
Jika sudah begitu wanita dua anak itu hanya menghela nafas.
Baekhyun menarik asal kaus abu longgar dan celana pendek diatas lutut. Bajunya yang kebesaran membuat anak itu tampak menggemaskan ditambah rambut pink-nya yang menjuntai-juntai kebawah, kalau kata Chanyeol seperti es krim berjalan.
"Baekhyun! sini turun buruan, ada Chanyeol sama Yejin!"
Suara ibunya kedengaran dari lantai bawah, mendengar nama Chanyeol membuat si mungil buru-buru turun guna melihat Chanyeol dan Yejin yang benar berdiri dengan senyum lebar.
"Hai, Baekhyuniee!" Yejin menyapa.
Gadis itu tersenyum manis berlari menghampiri Baekhyun yang memasang wajah bingung kepolos-polosan.
"Baekhyun, ini kan akhir pekan. Kita main yuk!" ucap Chanyeol, lelaki itu juga mendekat padanya. Baekhyun mengerjap, "Kemana?"
"Kita ke Taman bermain saja! aku ingin sekali ke sana, kita kesana saja ya.. Chanyeooolll~" satu-satunya gadis disana merengek dengan menggoyang-goyangkan lengan Chanyeol manja. Semua tak luput dari pandangan Baekhyun, tentu saja. Simungil agak berdeham kecil dan membuang arah pengelihatannya ke objek lain.
"Yasudah kita ke sana. Setuju, kan Baek?" tanya Chanyeol, mengabaikan sorakan gembira Yejin disampingnya dengan menaruh seluruh atensi pada lelaki imut dihadapannya.
"Eung, aku fikir kalian saja deh yang pergi..." Baekhyun menyengir tak enak sambil mengusap-usap tengkuknya canggung. Bulat mata si tinggi melebar membuat wajahnya terlihat konyol, "APA! Kenapa, Baek!?" dia sedikit menaikkan suaranya.
Kalau aku ikut, aku cuma jadi obat nyamuk kalian!
"Yahh.. tidak kenapa-napa, Chan. Aku lagi malas keluar, ingin seharian dirumah saj_
"Tidak. Ada. Alasan. Byun. Baekhyun. Pokoknya. Ikut!!" Chanyeol menekan setiap kata dengan suara beratnya yang serak, sungguh mempengaruhi kulit sensitif Baekhyun yang kini meremang.
"Iya, Baekhyunie... Ikut dong. Tidak seru kalau kau tidak ada, ikut yaaa!" Yejin menambahi, jika sudah begini.. Baekhyun kesulitan sendiri untuk menolak. Dengan kaku, anak itu akhirnya mengangguk menyetujui membuat Chanyeol tersenyum lebar pun sama hal-nya dengan Yejin.
"Aku ganti celana sebentar, oke?" Baekhyun permisi, diangguki oleh dua temannya dengan cepat.
Ya, tidak mungkin Baekhyun ke taman bermain cuma pakai celana pendek diatas lutut. Bisa-bisa diperkosa dijalan.
Ah, lupakan.
.
.
.
Ayunan digoyangkan, mata fokus menatap dua anak manusia jauh didepan sana dengan bibir merah termanyun beberapa centi. Ia mendengus, kembali mengayunkan tubuhnya dengan kencang. "Apa-apaan! mereka mengajakku, mereka juga yang mengabaikan aku! sulit dipercaya, ha-ha."
Baekhyun ingat betul, bagaimana antusiasnya Yejin begitu mereka bertiga sampai ditaman bermain. Gadis itu melompat kesenangan, berseru heboh sambil memekik beberapa kali. Semua itu mengundang kuluman senyum dari Chanyeol, si jangkung itu dengan senang hati mengajak Yejin mengitari taman melihat-lihat wahana sederhana yang ada, bersama Baekhyun yang mengintili mereka berdua dibelakang. Lelaki pendek tersebut merasa kesal dengan pemikirannya sendiri.. merasa bahwa dia seperti seorang adik yang mengekori kakaknya pergi berkencan dengan seorang gadis. Pikiran dangkal seperti itulah yang membuat Baekhyun akhirnya berhenti pada ayunan tunggal dan memilih duduk disana saja.
"Ambilin yang itu, Chanyeolie!!"
"Huh? mana?"
"Ituuu... yang warna kuning!"
Baekhyun masih dengan pandangan lekatnya pada Chanyeol disana yang tengah memetik bunga dengan mudah karena tubuhnya yang tinggi menjulang. Yejin tersenyum begitu manis saat si tinggi memberi bunga tersebut padanya, dan dimana saat Chanyeol menyelipkan bunga kuning itu pada telinga Yejin, disitulah hati Baekhyun teremas habis-habisan. Simungil mendecih tak senang, "Dasar tukang kerdus."
Chanyeol dan Yejin terlihat terlibat dalam pembicaraan, entah apa itu Baekhyun tak paham karena hanya mulut mereka yang berkomat-kamit. Namun, tidak lama kemudian Chanyeol mengeluarkan ponsel-nya disaku lalu mengarahkan benda pipih tersebut didepan wajah mereka berdua. Baekhyun mengangguk kecil, "Selca bareng toh" dia terkekeh.
Beberapa menit berlalu namun dua orang disana masih betah tertawa sambil menangkap kupu-kupu yang banyak berterbangan disekitar mereka. Baekhyun tidak tahu harus berapa lama lagi ia duduk terpelongo disini sedang hati tak lagi dalam mood yang bagus. Anak itu bangkit, melangkah pada Chanyeol yang masih belum juga sadar akan hadirnya Baekhyun.
"Chanyeol!"
Barulah si caplang terlonjak dan tersenyum lebar begitu mendapati Baekhyun didekatnya. "Ada apa, Baek?"
"Aku bosan, kalian mengajakku kesini tapi aku hanya berakhir duduk send_
"Lihat lihat! ini sangat cantik bukan?!"
Baekhyun refleks melipat bibirnya saat Chanyeol berseru keras begitu menangkap kupu-kupu bersayap biru lalu memamerkannya pada Yejin. Si gadis mengangguk-angguk lalu mereka larut akan kekaguman atas serangga indah itu, dan berakhir mengabaikan Baekhyun lagi.
"Chanyeol.." kali ini Baekhyun merengek letih. Rasanya ingin menangis tapi rasanya malu juga. Chanyeol menoleh sekilas, "Ya?"
"Ayo beli es krim.." Baekhyun mengajak.
"Bentar ya," si tinggi lagi-lagi menyibukkan diri pada kupu-kupunya.
Baekhyun mendesah berat, bibirnya cemberut dan dia tidak sadar sipitnya sudah basah oleh liquid. "Aku beli sendiri saja,"
Tidak peduli entah Chanyeol mendengar gumamannya atau tidak, kaki kecilnya sudah berbalik dan membawa tungkai menjauhi dua orang tersebut. Baekhyun menoleh sekilas lagi, lalu berseru tidak percaya melihat Chanyeol dan Yejin tidak menyadari kepergiannya. Dia mengusap mata basahnya dan benar-benar pergi dengan dongkol memenuhi perasaan.
.
.
.
Baekhyun masih membaca komik dikamar kala itu saat tiba-tiba Yifan mengetuk pintu kamarnya dan berkata kalau Chanyeol ada dibawah. Alis dia kerutkan, bibir dimajukan, kembali teringat kejadian ditaman tadi siang. Baekhyun menghela nafas cepat, menutup komiknya dan turun dari ranjang berniat menjumpai Chanyeol dibawah.
Baekhyun berdiri pada anak tangga dan benar melihat eksistensi Chanyeol yang duduk disofa ruang tengah dan selalu bersama senyuman kelewat lebar miliknya. Wajah dibuat senormal mungkin, dan menghampiri Chanyeol dengan sapaan ramah seperti biasa. "Hai, yeol.."
"Jangan pura-pura," Chanyeol tiba-tiba mencolek dagu simungil. Baekhyun mendelik, "Pura-pura apa, bodoh?"
"Kau merajuk kan? hmm?"
"Tidak. Kenapa berfikir seperti itu?" tanya Baekhyun heran, apa actingnya tidak bagus sampai Chanyeol bisa melihatnya?
Si jangkung tergelak pelan, "Lupakan saja, aku bawa es krim nih! tadaaa~ rasa stroberry kesukaan Baekhyun.."
Semangkuk ukuran jumbo es krim baskin rubins terpampang dihadapan Baekhyun, anak itu memekik gembira dan segera merampas sang es krim, namun tangan Chanyeol bergerak gesit menyembunyikan es krimnya dibalik tubuhnya yang besar. "Berikan~" rengek Baekhyun.
"Maafin aku dulu." kata Chanyeol serius dan simungil mengerutkan dahi, "Kau merasa berbuat salah padaku memangnya?"
"Iya, aku mengabaikanmu ditaman tadi siang. Kau pasti kesal, tapi masih bersikap sok biasa-biasa saja." Chanyeol berucap panjang sementara Baekhyun berdeham gugup.
"Tidak apa, sudah berikan es krimku!"
"Tidak boleh, cium aku dulu baru kuberikan."
Dan Baekhyun membatu dengan sipit melotot lebar. "Apa-apaan!" tanpa sadar mendengus geli.
"Yasudah kalau tidak mau es krimnya kuberikan untuk Kak Yifan saja_"
"JANGAN!" Baekhyun tambah melotot. Chanyeol menyeringai tipis, "Makanya cium!" Lalu menuntut.
Baekhyun menggaruk tengkuknya, heran dengan sikap Chanyeol yang tak biasanya aneh begini. Mengapa harus cium?
"T-tttapi.. Kenapa harus cium, Chan? k-kenapa?" tanya Baekhyun terbata, sedang sitinggi masih bisu dengan mata bulatnya menatap dalam pada manik cokelat Baekhyun.
"Aku ingin saja. Kalau kau tidak mau ya tidak papa, tapi es krim_
"A-aku mau!"
Sialan, es krim adalah kelemahan Baekhyun. Ia mana rela melihat es krim favoritnya gagal dimiliki. Maka dengan ragu-ragu malu, Baekhyun menatap Chanyeol sedangkan tangan dibawah sana sudah melintir-lintir ujung kaosnya. "Aku harus cium dimana?" cicit anak itu.
Chanyeol menunjuk bibirnya sendiri dengan telunjuk sambil tersenyum tipis. Hal itu sontak melebarkan mata Baekhyun untuk ke sekian kalinya. "Di b-b-b-b-bibir mu? Chan...yeol? k-kau serius?" jantung berdentum tak karuan.
Tidak ada sahutan dari Chanyeol, lelaki itu malah memejamkan mata sambil memonyongkan bibir tebalnya dihadapan Baekhyun membuat pipi simungil bersemu tidak jelas. Baekhyun bergetar mengangkat tangannya, menangkupkan kedua telapak tangan dia pada wajah Chanyeol. Bibir digigit kuat, mencoba abai pada lonjakan keras yang berkali-kali menghantam jantung, "Aku tidak percaya, ya tuhan.." gumamnya.
Perlahan mendekatkan wajah pada Chanyeol, Baekhyun akhirnya nekat menempelkan bibir tipisnya diatas bibir penuh Chanyeol. Jantungnya langsung bedetak dengan irama menyenangkan, darahnya seolah berdesir membuat merinding, itu hanya menempel sangat lama dengan mata keduanya yang saling terpejam.
Awalnya begitu, hingga saat Baekhyun ingin menarik tautan mereka, tiba-tiba tangan Chanyeol menahan tengkuknya dan kembali menyatukan bibir mereka lebih dalam. Baekhyun melotot ketika Chanyeol melumat lembut bibir bawahnya, kemudian atasnya, bergantian hingga Baekhyun kewalahan mengatur jantungnya yang terus memompa kencang. Pasrah menjadi pilihan, kini lengan Baekhyun menggantung indah pada leher sijangkung sedang ciuman sekarang didominasi oleh Chanyeol.
"Baekhyunie, ibu bawa buah strober_ Astaga! Yifan, ibu pikir kau membual soal mereka yang sering berciuman.. jadi itu semua benar?" Ibu Baekhyun menatap takjub pada dua sahabat disana, sedang Yifan memutar mata malas disebelah sang ibu, "Sudah bosan dengan tingkah tak senonoh mereka, huh" dia mendengus lalu melenggang pergi memasuki kamar. Tapi Ibunya malah mengeluarkan ponsel dan merekam aksi anak dan sahabat anaknya tersebut dengan kekehan kecil.
Well satu hal yang perlu kalian ketahui, tak peduli seberapa sering Chanyeol membuat Baekhyun merasa sedih, kecewa, marah, namun pada akhirnya mereka akan kembali seperti semula. Karena, satu yang Baekhyun sukai dari Chanyeol, dia selalu menyadari kesalahannya dan meminta maaf dengan tulus.
Satu dari sekian banyak yang Chanyeol sukai dari Baekhyun, anak itu selalu memaafkan Chanyeol tak peduli apa.
.
.
.
Semenjak kejadian ciuman dirumah Baekhyun beberapa hari lalu, baik Chanyeol maupun Baekhyun rasanya canggung untuk bertatap muka. Jika bertemu dua anak adam tersebut hanya menunduk dalam-dalam dengan warna merah jambu menghias dipipi masing-masing. Tahu-tahu itu membuat Yejin kebingungan dengan tingkah dua sahabatnya itu. Namun yang didapat saat ia bertanya hanyalah gelengan serentak dari Chanyeol juga Baekhyun. Gadis itu memilih acuh pada akhirnya dan membiarkan si tinggi dan si pendek bersikap sesuka hati.
Intinya Baekhyun tak tahu harus pakai cara apa agar bayangan ciuman manis itu tidak melulu berputar-putar diotaknya dan berakhir ia yang memekik gemas.
"Gila woy!" Luhan datang menepuk pundak Baekhyun kencang hingga anak itu terlonjak hampir terjungkal dari tempat duduknya.
"Sialan, Luhan! Aku kaget, bodoh!" Baekhyun mengelus dada pelan. Luhan hanya haha hehe tidak jelas.
"Habis kau seperti orang sinting senyam senyum habis itu menjerit tak tahu malu. Gejala orang nggak waras banget." Kata Luhan santai. Baekhyun menjitak kepala pirang anak itu dengan geram, punya mulut kok lemes sekali. Dasar teman nakal.
"Kau tidak istirahat?"
"Eh? Memangnya sudah ya?" Baekhyun mengerjap, kali ini giliran Luhan yang menjitak kepala pink Baekhyun lalu mencibir, "Bahkan sudah mau masuk."
"Kenapa tidak ada yang memberitahu akuuuu!"
"Loh, tadi sebelum istirahat kau tidur seperti orang mati. Chanyeol saja tidak sampai hati membangunkanmu, jadi dia keluar dengan Yejin saja."
Baekhyun tersentak, buru-buru menoleh ke bangku Chanyeol dan benar tak mendapati sosok tinggi itu. Juga bangku Yejin yang kosong. Dia mendesah pelan, "Mereka belum kembali?" Tanyanya.
"Tadi kulihat mereka diruang musik. Main piano bersama," bahu Luhan gidikkan kecil. Namun Baekhyun merespon dengan pelototan kecil, "Diruang musik? Main piano bersama?" Cercanya panik. Luhan ketularan panik.
"Kenapa Baek kenapa???!"
"Tidak tidak. Tidak ada apa-apa, Lu. A-aku mau ke kantin bentar mau beli roti." Baekhyun bangkit dari duduknya, dan tangannya ditahan oleh pemuda cina itu. "Mau kutemani? Bentar lagi masuk loh, Baekhyuna"
"Enggak usah deh, Lu. Bentar kok." Tolak Baekhyun halus. Luhan mengangguk paham dan melepas tangan Baekhyun.
"Buruan sana,"
Setelah memberi anggukan, kaki-kaki kecil Baekhyun buru-buru melangkah. Namun bukan seperti yang ia katakan pada Luhan, tidak untuk ke kantin membeli roti. Melainkan ke arah Ruang musik.
"Baek, jika sudah besar aku mau menyatakan perasaan sama Yejin"
Baekhyun menoleh, binar matanya redup dan ia hanya mengangguk kecil sebagai respon. "Baguslah" datar sebagai sahutan.
"Menurutmu yang romantis seperti apa?" Chanyeol bertanya lagi. Dengan senyum merekah menghias bibir. Dagu tertumpu pada telapak tangan dan matanya lekat memandang Baekhyun yang tengah mengecat gambar dengan tubuh tengkurap dikarpet bulu milik anak itu.
"Bilang saja, Yejin aku suka kau. Jadi pacarku ya. Gitu." Baekhyun masih betah menatap gambarannya tanpa repot-repot melihat ke arah Chanyeol.
"Tapi itu terkesan memaksa.. aku mau nanti aku main piano didepan orang yang kusuka. Lalu menyatakan perasaan dengan romantis, keren kan aku?" Chanyeol tersenyum sombong. Tak menyadari bagaimana jari mungil Baekhyun meremat pensil warnanya erat dan kepalanya tertunduk dalam.
"Iya, keren.."
Tak sadar juga gambaran Baekhyun luntur akibat air mata anak itu yang menetes satu demi satu.
Baekhyun mengatur nafasnya yang bergerumul didada, ia membungkuk dengan tangan bertumpu pada lutut kakinya. Nafasnya masih tersengal akibat ia yang berlari kencang dari lantai tiga sampai lantai satu demi mencapai ruang musik yang kini ada dihadapannya. Baekhyun menegakkan tubuh, mencoba mengintip dari celah jendela kaca yang benar menampakkan sosok Chanyeol tengah menekan tuts piano bersama Yejin yang tersenyum manis disebelahnya, mereka sangat romantis. Benar-benar serasi.
Alunan piano yang Chanyeol mainkan meremas hati Baekhyun, itu adalah lagu favorit mereka berdua yang sering Chanyeol mainkan dan ia akan bersenandung merdu melengkapi nada tersebut. Tapi lihatlah siapa yang sekarang mendampingi Chanyeol, bernyanyi bersama dengan senyum menghiasi wajah keduanya.
Baekhyun berdeham samar menyampingkan denyutan kecil dihati, ia masih lekat menatap dua insan disana yang sekarang tengah bertatapan. Tatapan yang sama-sama mendamba, sama-sama memuja. Wah, serasi benar.
"Aku menyukaimu. Tidak tidak, kurasa mencintaimu lebih cocok. Sungguh, aku mencintaimu.."
Ruangan senyap didalam membuat suara berat Chanyeol memantul sampai keluar. Baekhyun mendengar dengan jelas setiap patahan kata yang terlontar dari bibir sitinggi dan ia merutuk karena merasa hatinya remuk seperti kaca yang retak. Juga mempengaruhi kakinya yang melemas bagai tak bertulang, ia hampir limbung jika saja tak bersanggahan pada dinding.
"Chanyeol, aku juga mencintaimu.. aku_
Baekhyun ingin menghentikan ini. Sungguh, ia tidak sanggup melihat Yejin membalas pernyataan Chanyeol dan benar-benar nekat mendorong pintu kayu cokelat didepannya hingga kini terpampang wajah kaget milik Chanyeol dan Yejin.
"Baekhyun?" Keduanya berseru.
"Chanyeol," Baekhyun berucap pelan. Langkah dia bawa mendekat pada si tinggi,
"Kenapa, Baek?"
"K-kau.. tidak makan siang?" Tanya Baekhyun mencoba mencari topik. Namun kernyitan alis dia dapat sebagai respon Chanyeol.
"Aku sudah. Tadi Yejin membawa bekal dan kami makan bersama," sahut Chanyeol kemudian. Itu membuat hati Baekhyun tercubit namun anak itu menutupinya dengan senyum baik-baik saja.
"Oh, oke.. k-kalian.._
"Baekhyuna, boleh aku minta waktu bersama Yejin sebentar? Kita lagi ada yang ingin dibicarakan," Chanyeol menyela. Tak mengetahui jika itu benar menyatak jantung Baekhyun sampai ke dasar. Simungil berdeham kikuk lalu mengangguk-angguk pelan.
"Baiklah, aku mengerti. M-maaf tadi mengganggu."
Baekhyun membalikkan tubuh, tidak lagi menahan tetesan air mata yang jatuh perlahan. Di setiap langkah Baekhyun biarkan air matanya membasahi lantai. Ia tidak tahu, bahwa kini adalah saatnya ia kehilangan Chanyeol. Baekhyun benar-benar harus merelakannya untuk Yejin.
Tangan Baekhyun mengepal kuat, lalu apa maksudnya kemarin dia meminta ciuman dari Baekhyun? ia sudah berharap namun kemudian Chanyeol menjatuhkannya sampai kedasar. Kurang ajar. Tidak tahukan dia kalau itu ciuman pertama Baekhyun..
.
.
.
Yifan tak tahu jika wajah imut Baekhyun sekarang telah berubah mengerikan dengan mata sembab membengkak dan juga lingkaran hitam seram yang mengelilingi sipitnya. Sempat terbesit di fikiran untuk menuduh adiknya menggunakan make up sembarangan namun urung saat tiba-tiba Baekhyun menyerbunya dalam pelukan sambil menangis tersedu-sedan. Ia mengangkat alis sebelah, merasa heran dan bingung. Tapi mengikuti insting tangannya terangkat mengelusi pundak sempit Baekhyun dan juga mengusap surai anak itu lembut.
"Ada masalah, hum?" Bisik Yifan halus, di waktu-waktu seperti ini jiwa kakak yang baik akan masuk dalam tubuh Yifan. Naluri saudara kandung itu kuat.
"Hyung~ hatiku sakit hyuuung..." simungil tak ragu merengek sambil mengusel-ngusel didada lebar kakaknya.
Yifan mengangguk kecil, ternyata masalah hati toh. Batin si pirang.
"Kau datang pada orang yang tepat, Baek. Duduklah.. aku akan memberi solusi." Yifan berucap serius, kepala Baekhyun ia tepuk-tepuk pelan dan bahu anak itu ia tekan agar duduk pada sofa. Lelaki itu suka sekali menjalani peran sebagai pakar cinta.
Yasudah terserah.
"Jadi, sejak kapan kau merasa hatimu sakit?" Yifan memulai, Baekhyun pun tak menyuarakan protesan sama sekali dan berdeham pelan untuk menetralkan suara sumbangnya.
"Kemarin, hyu_
"Tidak tidak, Baekhyun.. dalam kasus ini aku bukan kakakmu. Aku pakar cinta, tolong panggil aku Dokter Kris." Yifan menyela, melihat itu membuat Baekhyun meragu bercerita pada sang kakak yang otaknya tidak lebih banyak dari otak ayam. Bola mata diputar malas, wajah terpampang datar. "Baiklah, dokter Kris." Ucapnya menuruti, daripada urusan jadi panjang. Begitu fikirnya.
"Nah, bagus. Good boy~" Yifan tersenyum lebar, lalu menatap sejurus pada mata kelam Baekhyun.
"Aura patah hati sangat menguar didalam matamu, kau diputuskan? Atau kau yang memutuskan?"
Baekhyun cemberut, "Pacaran saja tidak, apanya yang memutuskan dan diputuskan?"
Dan ekspresi kaget yang berlebihan menjadi respon Yifan. Ia menangkup pipi Baekhyun, "Tidakkah kau pacaran dengan Chanyeol?" Tebaknya dan mengenai ulu hati simungil.
"Kita hanya sahabat. Lagipula dia sukanya sama Yejin."
"Ini buruk. Lalu apa arti semua ciuman kalian yang sialannya selalu dilihat mata suciku?"
"Kami tidak pernah ciuman!" Bantah Baekhyun dengan muka merona. Lagi teringat akan kejadian yang sudah lalu. Mata Yifan memicing curiga, dia menuding hidung Baekhyun.
"Aku dan ibu punya video saat kau berciuman dengan Chanyeol beberapa waktu lalu disini. Mau?" Dan Yifan menyeringai saat melihat raut gelagapan simungil.
"Lupakan soal itu. Sekarang aku mau tanya, Baekhyun. Apa kau mencintai Chanyeol?" Kali ini Yifan serius dan Baekhyun tidak punya pilihan lain selain jujur saja. Jadi ia mengangguk sambil menatap Yifan memelas.
"Katakan padanya kalau begitu."
Baekhyun mendelik kaget, "APA!!? Tidak mau, ah!" Tolaknya.
"Harus. Agar kau tahu apa dia suka padamu juga atau tidak." Yifan mengangkat dua bahunya cuek. Baekhyun mendesah, mengusap kasar wajah sembabnya. "Dokter, aku kacau begini karena semalam melihat Chanyeol menyatakan perasaan pada Yejin dan keduanya mungkin sudah resmi pacaran sekarang. Kau gila menyuruhku menyatakan perasaan pada Chanyeol? Kau fikir apa tanggapannya nanti, dia mungkin akan jijik padaku." Keluh Baekhyun.
Yifan menyeringai, tak elak membuat simungil menyatukan alis merasa sebal. "Fikir dengan logis, dia tidak akan menciummu seperti kemarin itu kalau dia jijik padamu." Ucap Yifan merasa angkuh dan memang benar ucapannya tersebut menghantam dada Baekhyun dalam sekali sentakan.
Itu benar...
"Penyelesaiannya hanya satu. Kalian harus tahu perasaan masing-masing." Kata Yifan pada akhirnya.
"Apa harus hyung?" Tanya Baekhyun ragu, kakaknya memberikan satu anggukan kecil dan Baekhyun akhirnya memantapkan hati untuk mengikuti saran Yifan. Setidaknya, biarkan Chanyeol tahu dulu isi hatinya kan?
.
.
.
To: Chanyeolie
Chanyeol, aku ingin bicara.
Send
Baekhyun menghela nafas sejenak, memandangi pesan yang baru saja terkirim untuk Chanyeol. Tak sampai semenit, bunyi notifikasi terdengar dan anak itu menggeser ponselnya cepat.
From: Chanyeolie
Bicara apa, Baek? Aku kerumah mu ya?
Read
Mata Baekhyun melebar, segera ia membalas pesan Chanyeol kemudian menyambar jaket bulunya lalu bergegas keluar rumah.
To: Chanyeolie
Enggak, Yeol! Aku tunggu ditaman kota, oke?
Send
.
.
.
Baekhyun mengeratkan jaketnya agar angin dingin tidak menyerang kulitnya yang sensitif. Memasuki awal desember artinya korea sedang dilanda musim dingin dan Baekhyun sangat benci hawa tersebut. Baekhyun akan demam tinggi hanya karena tubuhnya yang terkena salju, paling tidak ia akan flu selama seminggu.
Tidak tahu kenapa anak itu masih bertahan duduk kaku dibangku taman kota selama setengah jam padahal tubuh mungilnya sudah menggigil tidak karuan, bibirnya membiru dan wajah putihnya pucat pasi. Baekhyun mengerjap kecil, ia meyakini dalam hati jika Chanyeol pastilah akan datang bukan? Chanyeol tidak setega itu kan membiarkan Baekhyun mati beku disini?
Setidaknya biarkan dia tahu dulu perasaanku sebelum aku mati.. _ Baekhyun meracau tak jelas.
"U-ugh.. d-ding-in.." Baekhyun membiarkan gigi-giginya beradu dan bergemelutuk hebat. Kedua telapak tangan digosok, berharap ia mendapat kehangatan sedikit saja.
Detik berlalu berganti menit, menit berangsur-angsur berganti jam. Baekhyun sudah satu jam menunggu seperti orang bodoh ditaman kota yang sepi ini tapi tidak ada tanda-tanda akan kedatangan Chanyeol. Dimana dia sebenarnya? Haruskah Baekhyun pergi? Bagaimana jika dia datang jika Baekhyun pergi? Bagaimana jika.. - Baekhyun merasa pening memikirkan terlalu banyak kata bagaimana jika dikepalanya.
"BAEKHYUN-AH!!"
Itu Chanyeol!
Baekhyun menggigit pipi bagian dalamnya, hampir saja menangis karena tidak sia-sia usahanya menunggu disini. Chanyeol datang.. dia benar-benar ada disini sekarang. Berdiri dihadapannya. Baekhyun senang sekali, ya tuhan..
"Chan.." bibir tipisnya melirih dan menyunggingkan senyum lebar walau sulit dilakukan ditengah dinginnya suasana sekitar. Namun alih-alih mendapat balasan serupa, Baekhyun malah menemukan raut emosi dalam wajah Chanyeol.
"Kau fikir apa yang telah kau lakukan, Byun Baekhyun!" Nadanya rendah, tapi penuh tekanan.
Byun Baekhyun.
Panggilan yang keluar dari mulut Chanyeol jika ia sudah amat marah.
"A-aku fikir kau tidak akan datang, Chanyeol.. aku se-nang, k-kau datang.." Baekhyun bergetar, ia tahu Chanyeol marah.. tapi peresetan. Baekhyun kedinginan, maka ia memeluk tubuh tinggi Chanyeol dan menangis diam-diam.
Chanyeol sendiri tak memberi respon yang berarti, dia hanya diam mematung. Tidak membalas pelukan Baekhyun juga tidak menolaknya.
"Chanyeol, aku mau bicara.. tolong dengarkan saja, jangan menyela sebelum ku minta, okey?"
Baekhyun melepas dekapannya, kepala terangkat menatap manik kelam Chanyeol yang tajam. Sebelum memulai, anak itu meneguk ludahnya kasar dan menghela nafas pelan.
"Kau boleh benci padaku setelah ini, setidaknya.. biarkan aku mengungkapk_
"Jangan bertele-tele, Baekhyun. Katakan intinya saja." Chanyeol berucap datar. Dan Baekhyun semakin gugup dibuatnya.
"A-aku.. aku.. a-ku, aku menyukaimu Chanyeol." Baekhyun menunduk dalam. Menatap sepatunya yang berembun dibawah sana dengan tangan saling bertaut.
"Ini konyol bagaimana bisa aku suka padamu sejak kita sekolah dasar, padahal aku tahu kau sukanya pada Yejin.. tapi aku lancang sekali menyukaimu sampai sekarang, Chanyeol maafkan aku, kau boleh benci aku kau bisa jijik padaku, Yeol.. Kau_
Mendongak. Dan Baekhyun menemukan dirinya sendiri berdiri ditengah semilir angin musim dingin yang menakutkan. Chanyeol tak lagi disana, Baekhyun bahkan tidak menyadari kepergian lelaki itu atau langkah kakinya yang menjauh, Baekhyun tak menyadari semua itu karena ia terlalu gugup dan parno sendiri. Baekhyun pun tak sadar kini ketika lelehan bening itu turun meluncur dari sipitnya dalam jumlah banyak.
Jadi begini ya ending dari perkara cintanya?
Jadi dia sudah ditolak?
Wah, siapapun.. tertawakan Byun Baekhyun sekarang.
Baekhyun terkekeh konyol. Mengusap mata basahnya namun air asin itu masih tetap mengalir diwajahnya jadi dia memilih untuk membiarkannya. Kakinya melangkah terseok, meninggalkan taman kota dengan bibir bergetar antara terisak dan kedinginan.
.
.
.
"Ya ampun!"
Yifan memekik begitu melihat siluet Baekhyun memasuki rumah dengan tubuh lemasnya. Si pirang mendekati Baekhyun yang sekarang tengah berjongkok tanpa tenaga didekat pintu. Wajahnya pucat, bibirnya mengering dan bergetar, matanya bengkak dan itu membuat Yifan tersulut.
"Kau darimana saja, bodoh!" Berakhir ia yang membentak. Baekhyun diam saja, untuk buka mulut saja ia tak bisa apalagi untuk menyahut.
"Baekhyun, ibu bilang kau bersama Chanyeol. Lalu mengapa kau seperti ini, hah?!"
Ibu mereka datang dengan raut panik mendengar bentakkan Yifan. Wanita cantik itu terkejut mendapati si bungsunya dalam keadaan mengenaskan. "Yifan, Baekhyun kenapa sayang? Mengapa kau malah membentaknya, ayo kita bawa ke kamar."
Yifan mengangguk, menurunkan tubuhnya dan menggendong Baekhyun dipundak. Ibu ke dapur berkata dia akan menyusul setelah membuatkan minuman hangat dan bubur dan Yifan mengangguk sementara ia melangkahkan kaki ke lantai atas dengan Baekhyun digendongan.
Si sulung mengeratkan gendongannya kala merasa Baekhyun gemetar kencang dipunggung dia. Dan samar-samar anak itu merengek, entah sadar atau tidak.. yang jelas Yifan mendengarnya seperti ini, "Chanyeol menolakku.. dia tidak suka aku.." dengan suara parau yang hampir menyerupai bisikan.
Kakak Baekhyun itu menghela nafas pelan, ia membuka pintu kamar Baekhyun dengan kaki dan merebahkan simungil di ranjang empuknya. Sepatu dilepas, jaket dibuka, poni Baekhyun diusap keatas hingga dahi anak itu terlihat, keringat keluar dari sana. Yifan berjengit kala menyentuh kening adiknya sebab itu terasa panas.
Tuh, kan. Baekhyun langsung demam.
"Yifan, sini biar ibu yang mengurus adikmu. Kau panggilah dokter kemari ya." Ibu datang lengkap dengan semangkuk bubur dan segelas minuman jahe penghangat tubuh.
Yifan mengiyakan, dan keluar dari kamar guna menelfon dokter pribadi mereka.
"Dasar anak nakal, sudah tahu dingin masih nekat keluar juga." Ibu Baekhyun mengelusi pipi Baekhyun lalu mengecupnya pelan. Berdoa agar putranya baik-baik saja dan lekas sembuh seperti sedia kala.
.
.
.
Dibanding sebelumnya, keadaan Baekhyun sekarang terlihat lebih lumayan. Anak itu sudah bisa duduk dengan sanggahan bantal dipunggungnya, demamnya sudah turun dan suhu tubuhnya sudah tidak setinggi kemarin. Hanya saja pening masih mendera kepala, itu wajar kata Dokter. Juga hidungnya yang sekarang tersumbat cairan kental membuat Baekhyun susah bernafas. Hal tersebut malah membuat Baekhyun kelihatan menggemaskan dengan hidung mungilnya yang memerah dan sipitnya nampak masih bengkak.
"Apa tertawa-tawa?!" Ucap Baekhyun sinis mendapati Yifan yang tengah mengaduk susu untuknya sambil cekikikan saat melihat wajah Baekhyun.
"Tidak, hanya saja.. wajahmu itu konyol sekali kau tahu, bantet. Ffthhh.."
Bruk!
Aw.
Guling ukuran besar Baekhyun lempar, dan syukurlah itu tepat sasaran. Mengenai kepala pirang Yifan.
"Yak! Dasar biadab. Sudah mending ku urusi kau!" Gerutu sitinggi, mulutnya komat kamit menyumpahi Baekhyun tanpa suara. Taunya malah mengundang gelak tawa serak dari yang lebih muda.
"Oke, maafin aku. Sini dong.. aku mau susunya." Baekhyun menunjuk susu vanila yang dipegang oleh Yifan. Dan bak anjing penurut, kakaknya itu berjalan ke arahnya dan duduk dipinggiran kasur Baekhyun.
"Nih,"
Segelas susu diterima. Bibir meniup pinggiran gelas, menimbulkan uap yang mengepul diwajah Baekhyun. Ia meminum cairan putih itu pelan dengan ukuran sedikit-sedikit karena masih terasa panas. "Enak, nggak?" Tanya Yifan. Anggukan kecil Baekhyun jadikan respon dan lihatlah betapa bangganya Yifan hanya karena susu buatannya dibilang enak.
"Hyung," Baekhyun melirih. Dehaman didapat sebagai sahutan,
"Kau bilang mau melanjutkan S2 mu di Kanada, benar ya?" Lanjut Baekhyun, kini menatap bening mata Yifan yang serupa akan miliknya.
"Benar. Seminggu lagi aku berangkat, kenap_
"Aku mau ikut."
Mata si sulung membulat, pun sama dengan mulutnya. Ia mengernyitkan kening, "Maksudnya?"
"Kau tahu, hyung.. aku sudah ditolak Chanyeol. Aku tidak mau melihat wajahnya lagi, aku malu juga itu membuat aku terluka. Jadi tolong bawa aku pergi dari sini, hyung.. jauh darinya.." kata Baekhyun sedih, matanya menatap Yifan seperti minta pertolongan dan itu menggetarkan perasaan sang kakak. Ia mengelusi surai Baekhyun, membawa kepala anak itu pada dekapannya.
"Sebenarnya aku mau saja membawamu, tapi.. kau yakin Ayah dan Ibu akan setuju? Mereka tidak ada yang menemani. Apalagi ibu. Kau tidak kasihan?"
"Hyung, ku mohon bujuk ibu.. a-aku tidak kuat berada disekitar Chanyeol lagi. Setidaknya tunggu aku siap melihatnya lagi, aku akan kembali kesini." Ucap Baekhyun mantap.
"Sekolahmu bagaimana?"
"Aku bisa sekolah disana, iya kan?"
Yifan menghela nafas, ia dihadapkan oleh dua pilihan sulit. Di satu sisi iba melihat adiknya yang tengah patah hati, dan di sisi lain bingung apa Ibu dan Ayah mereka akan memberi izin untuk Baekhyun ikut dengannya ke Kanada. "Itu kita fikirkan nanti, sekarang minum obatmu. Kau masih pusing, kan?" Ucap Yifan beralih ke topik lain.
"Pengertian sekali, jadi sayang padamu deh. Hehe..." Baekhyun menyengir, Yifan juga membalas serupa.
"Nah, buruan minum obatmu."
"Ini sirup kan, hyung?"
"Iya, bantet..."
"Rasa stroberry kan?"
"Dokter Nam sudah hafal tabiatmu yang tidak mau minum obat kalau tidak berperisa stroberry. Semua obatmu rasanya Stroberry, bantet." Oceh Yifan diiringi gerutuan sebal. Namun yang pendek malah haha hehe sambil membuka mulut saat sendok teh berisi cairan bening berwarna merah jambu itu tersodor ke bibirnya.
"Habis ini makan ya,"
"Iya kakakku cintaaaa~"
"Oh, maaf. Seleraku tidak rendahan seperti ini, sorry.. kau ku tolak."
Baekhyun cemberut, sedetik kemudian berubah menjadi rengekan jengkel. "Segitu buruknya aku sampai semua orang menolakku!"
Dan kemudian kamar bernuansa blue itu hanya diisi oleh tawa menggema milik Yifan.
.
.
.
Baekhyun sebenarnya sudah sembuh dari demamnya, dihari kedua ia juga sudah kelihatan sehat seperti biasa. Tapi sudah terhitung seminggu anak itu masih betah bermalas-malasan dirumah, bangun siang dan setelahnya hanya bermain game sampai bosan lalu berakhir dia yang tidur lagi. Ibunya kerap kali menasihati anak bungsunya itu agar segera berangkat sekolah, tapi Baekhyun selalu beralasan jika ia masih flu berat dan diluar sedang musim salju, tidak baik untuknya yang rawan oleh hawa dingin. Alasan seperti itu tahunya di percaya oleh wanita Byun tersebut, tidak tahu anaknya hanya sedang berdalih agar tidak bertemu seseorang yang bernama Chanyeol jika ia pergi sekolah.
"Baekhyuna, kau benar-benar mau ikut kakakmu ke Kanada?" Ibu datang dengan sepiring kue jahe lalu bergabung bersama Baekhyun menonton drama.
"Memangnya boleh, bu?" Tanya Baekhyun balik sambil mencomot sepotong kue.
Sang ibu menghela nafas, dan Baekhyun tahu wanita yang melahirkannya itu memiliki sisipan ragu dihati. Jadi inisiatif, ia pun memeluk lengan Ibunya dan bergelayut disana dengan manja. "Ibu.. tidak boleh ya?"
"Bukan, Baek.. kau memangnya tidak sayang sekolahmu disini? Beberapa minggu lagi ujian akhir akan datang, setidaknya selesaikan sekolahmu sampai semester ini. Barulah jika ingin pergi bersama Yifan hyung, pergilah.." ucap sang ibu lembut, sambil mengusap-usap tangan Baekhyun yang berada dilengannya.
Baekhyun menengadah menatap ibunya, "Bagaimana jika aku pergi untuk liburan saja? Mungkin beberapa hari sebelum ujian tiba, bagaimana bu? Bolehkah?" Matanya sengaja dikedipkan bagai anak anjing, dan benar menbuat ibunya termakan oleh rayuan.
"Lalu ibu harus bilang apa pada pihak sekolahmu jika mereka menanyai keberadaanmu?"
"Bilang saja.. Baekhyun ada urusan penting bersama kakaknya. Dan akan kembali sebelum ujian datang,"
Ibunya dengan mudah mengangguk, dan Baekhyun memekik senang akan itu. Kecupan didahi dan pelukan erat ia hadiahkan untuk wanita kesayangannya tersebut. "Makasihhhh, ibuuuu~"
TING TONG!
"Ah, tunggu disini biar ibu yang melihat siapa yang datang."
"Okey!"
Ibunya melenggang pergi, dan Baekhyun menghela nafas kecil melihat punggung wanita itu menjauh, dia mana tega meninggalkan ibunya jika ia benar ikut Yifan menetap di Kanada, jadi Baekhyun memutuskan ikut hanya untuk sekedar melepas stress saja. Lagipula, ia sebenarnya tidak sepenuhnya menginginkan pisah dari Chanyeol.
Ah, omong-omong soal Chanyeol, Baekhyun tidak pernah melihat batang hidungnya lagi.. setelah pertemuan terakhir mereka di taman kota. Yasudahlah, lagipun Baekhyun masih belum siap untuk bertatap muka dengan sitinggi itu.
"Baekhyuna, sayang.. ada teman-temanmu nih!" Teriak ibu, tak lama muncullah beberapa makhluk yang menurut Baekhyun begitu menyebalkan dengan senyuman lebar diwajah mereka. Ah, makhluknya berjumlah empat.
Satu si blonde yang sok asik, Luhan. Satunya lagi si kotak bermulut bawel, Jongdae. Sisanya adalah orang yang tak pernah Baekhyun duga kedatangannya. Kyungsoo dan Jongin. Baekhyun pun tak paham mengapa dua orang tersebut sekarang terlihat akrab.
"Baekhyuuuuuun.." lihatlah betapa sok asiknya Luhan menerjang dia dalam pelukan yang menyakitkan. Benar menyakitkan karena tubuh mungil Baekhyun sampai terjungkal dan tulung punggungnya bertubrukan dengan ubin. Sialan memang.
"Aduh, Luhan! sakit, bodoh!!" Maki Baekhyun, namun yang didapat hanya tawa kekanakan. Lalu sebuah tawa melengking pecah, Baekhyun tahu itu adalah Jongdae. Dan kikikan jaim itu Kyungsoo dan tawa terbahak-bahak itu Jongin.
Teman-teman bajingan.
"MENDINGAN KALIAN PULANG SANA KALAU MAU MERUSAK MOOD-KU SAJAAAA!!!!" Dan jeritan membahana itu, tentu Baekhyun.
"Calm down, Baek.. kita kesini mau menjengukmu lho. Begini sambutanmu?" Ujar Kyungsoo memilih menghentikan kegaduhan. Baekhyun menarik nafas dalam-dalam, menghembuskannya perlahan dan duduk kalem sambil menatap empat orang didepannya datar.
"Kudengar kau sakit, Baek?" Jongdae buka suara. Duduk disamping Baekhyun dan memasang wajah khawatir. Entah sungguhan entah hanya akting saja.
"Ya, tapi sudah agak lumayan. Sekarang tinggal flu-nya saja." Sahut Baekhyun. Ke-empat temannya mengangguk-angguk. Lalu keranjang buah ukuran sedang mampir ke pangkuan Baekhyun.
"Kita bawa buah-buahan, ada stroberry juga. Buah kesukaanmu, kan?" Kata Luhan. Baekhyun mengangguk ragu, ia menatap Luhan dengan kening mengernyit.
"Lu, aku fikir kau tidak tahu buah yang aku suk_
"Dia memang tidak tahu, Baek.. itu kan buah titipan Cha_ emphhh!"
"Hehehe, maaf Baekhyun. Jongin kalau ngomong suka ngelantur..." Kyungsoo nyengir sambil membekap mulut Jongin.
Daripada itu, Baekhyun sedikit tercenung saat Jongin hampir menyebutkan nama Chanyeol. Mungkinkah...
.
.
.
Hari ini Baekhyun dan Yifan akan berangkat ke Kanada. Keduanya sudah mempersiapkan semua kebutuhan, ibu juga sudah meminta izin pada pihak sekolah Baekhyun, dan sekolah memberikannya meski agak sulit mengingat sebentar lagi ujian.
"Kapan jadwal keberangkatan nya?" Tanya Ayah yang mengambil cuti karena ingin melihat kedua putranya berangkat ke luar negeri.
"Ah, dua jam lagi. Semua sudah siap, kok Yah. Kita tinggal ke Bandara." Sahut Yifan dan kepala keluarga Byun itu mengangguk-angguk. "Mana Baekhyun?"
"Dikamarnya, katanya mau mengecek lagi apa ada yang tertinggal atau tidak."
Ayah terkekeh, "anak itu.. seperti mau pindah kesana saja,"
Yifan juga terkekeh, dan suara Ayah berikutnya membuat Yifan terdiam.
"Kenapa dia tiba-tiba bersikeras ingin ikut denganmu? Biasanya dia paling anti jauh dari Ibu dan Ayah,"
Haruskah dia memberitahukan soal masalah Baekhyun dengan Chanyeol?
"Nak, kenapa diam?"
"I-itu.. yah, Baekhyun.. sebenarnya dia, dia ingin menghindar sejenak dari Chanyeol." Memutuskan untuk jujur.
Ayah mengernyit ,"Loh, kok gitu? Mereka ada masalah?"
"Cinta Baekhyun bertepuk sebelah tangan dengan Chanyeol. Dia bilang dia malu bertemu Chanyeol jadi mau melepas beban dengan ikut bersamaku."
"Jadi selama ini Baekhyun menyukai Chanyeol? Astaga anak itu, dia memendamnya sendirian.. mengapa tidak jujur saja dari dulu,"
Bahu Yifan gidikan pelan, juga tidak mengerti dengan rumitnya kisah cinta sang adik.
Sementara itu, Baekhyun menghirup udara dari jendela kamar yang ia buka tirainya. Sipitnya terpejam mendalami perasaan. Ia mau menikmati udara di Seoul banyak-banyak sebelum nanti pergi ke Negeri lain. Agak terdengar lebay karena faktanya ia akan kembali kesini lagi nantinya.
Baekhyun membuka kelopaknya, dan yang pertama kali tertangkap retina adalah sosok tinggi yang diam-diam selalu ia rindukan dan selalu hadir dimimpinya. Chanyeol, sahabatnya, cintanya, kesayangannya, orang yang beberapa waktu lalu menolak cintanya. Dia berdiri diseberang sana, dibalkon kamarnya yang berhadap-hadapan dengan kamar Baekhyun. Tanpa sadar kedua pasang mata itu saling menyelami, seolah ingin memberitahu jika rindu membunuh mereka. Baekhyun merasakan sesak menyerang dada sebelah kirinya, ia ingin menutup gordennya, namun nyatanya masih diam dengan pandangan sejurus kedepan.
Sipitnya yang buram akan air mata masih bisa melihat gerak mulut Chanyeol disana yang seperti membisikkan namanya, meski begitu pelan tapi Baekhyun tahu Chanyeol memang menyebut namanya.
"Baekhyuna, sudah waktunya. Cepat turun, semua sudah menunggu." Suara Yifan terdengar dibalik pintu. Baekhyun lekas mengusap matanya, berkedip sebentar dan memasang senyum lebar.
"IYA AKU TURUN!"
Tirai ditutup, tak ada lagi Chanyeol. Yang ada hanya helaan nafas dari Baekhyun, "aku pergi, Chan.." bisiknya parau.
.
.
.
Baekhyun mengetuk-ngetuk sepatu ketsnya bosan. Ia tengah duduk sendiri dibangku tunggu karena Yifan sedang ke toilet. Sedang Ayah dan ibunya sudah pulang karena tiba-tiba ada pekerjaan mendesak yang harus ditangani Ayah.
"Lamanya, Yifan hyung.." ia menggerutu. Cemberut sebal sambil celingukan mencari keberadaan hyung-nya.
Baekhyun tambah panik saat ada pemberitahuan tentang keberangkatan Seoul ke Kanada akan lepas landas sepuluh menit lagi. Jarinya ia gigiti, ia berdiri hendak menyusul Yifan ke toilet namun sebuah cekalan pada tangannya menghentikan langkah.
Baekhyun menoleh, "Siapa_ CHANYEOL?!!!"
Chanyeol dengan nafas tersengal-sengal sekarang tengah ada didepannya. Tubuh tingginya membungkuk dan tangan hangatnya masih menggenggam pergelangan Baekhyun.
Belum pulih dari keterkejutannya, sebuah tarikan Baekhyun dapat dan berakhir ia yang ada dalam dekapan Chanyeol. Lelaki tinggi itu memeluknya erat, hingga Baekhyun kesulitan meraup udara namun sebuah suara bergetar membuat Baekhyun tersentak. Chanyeol menangis?
"Kau tidak boleh pergi.. jangan tinggalin aku, Baekhyun.. hiks," bahkan dia terisak.
Baekhyun menyampingkan masalah mereka yang lalu, ia tersenyum lembut sembari mengelusi punggung lebar Chanyeol. "Kenapa, hm?"
"Aku.. aku tidak bisa tanpamu, Baek.."
"Ada Yejin, kok." Sahut Baekhyun, tidak tahu kenapa juga air mata tiba-tiba mengalir diwajahnya.
"Dia berbeda. Aku cuma mau kau."
Baekhyun melepas pelukan mereka, dia menatap dalam ke mata Chanyeol. Menyelami manik kelam lelaki itu dan berkata tegas, "Kau jangan egois, yeol.."
"Dalam hidup.. kau harus membuat pilihan...
"Aku sudah buat pilihan, Baekhyun." Potong Chanyeol. Baekhyun menaikkan alis, hampir berdecih namun ia memilih menatap Chanyeol tanpa ekspresi.
"Kalau begitu, pilih sahabatmu atau cintamu?" Tanyanya menantang.
"Aku pilih sahabatku dan juga cintaku." Jawab Chanyeol mantap, mengabaikan siratan kecewa yang terpancar dari sipit Baekhyun. Anak itu mendengus,
"See? Apa itu yang kau sebut pilihan?" Sindirnya.
Chanyeol menangkup wajah Baekhyun, berkata lembut hingga nafasnya menerpa kulit simungil.
"Keduanya ada padamu, Baek.. aku memilihmu sebagai sahabatku. Aku juga memilihmu, sebagai cintaku.."
Sebelum Baekhyun sempat menyela, Chanyeol lebih dulu membungkam bibir anak itu dengan miliknya hingga mata Baekhyun melotot lebar. Bukan apa, pasalnya saat ini mereka tengah dibandara. Banyak orang yang menyaksikan perbuatan yang tak semestinya dilakukan dan Baekhyun memalu akan itu.
Tapi nampaknya itu tak berlaku bagi si bebal Chanyeol. Dia malah memperdalam ciuman mereka, merengkuh pinggang Baekhyun semakin rapat dan keduanya makin menempel. Tak memiliki pilihan lain, Baekhyun akhirnya ikut memejamkan mata. Juga membalas pelan bibir Chanyeol yang masih betah melumat bibir tipis Baekhyun yang lembut.
"Jangan pergi, aku mencintaimu. Sangat. Kau saja yang tidak sadar.., kalau kau memang mencintaiku juga.. tetap disini bersamaku, banyak yang harus kujelaskan padamu. Mau, kan?" Chanyeol berbisik ditengah nafas yang tersendat.
"Tapi,.. mpphtf" Dibungkam lagi.
"Jadi kekasihku. Aku maksa nih," berbisik lagi.
Baekhyun menganga, "Waktu itu saja kau meninggalkanku ditaman kota padahal ak_
"Makanya jangan pergi biar aku jelasin..."
"Tapi, Yifan hyung.."
"Baekhyun, pesawatnya sudah lepas landas lima menit yang lalu. Yifan hyung sudah duduk kalem dikursi penumpang, percaya deh. Coba lihat ponselmu," titah sitinggi.
Baekhyun tak banyak bersuara, takut disambar lagi bibirnya yang sudah tak perawan ini. Dan mendelik begitu melihat sebuah pesan gambar dari Yifan yang dikirim beberapa menit yang lalu. Dia selca dengan kacamata hitamnya, menyengir lebar, dan lihatlah dia duduk dimana. Dikursi penumpang.
'Hay, adikku yang bantet. Cintamu nggak bertepuk sebelah tangan lagi, kan? Jadi tidak perlu ikut aku untuk menghindar. Sebenarnya aku tidak ke toilet, aku sengaja meninggalkanmu. Hehehehehe'
Shit,
"Kalian bersekongkol ya?" Tuding Baekhyun menujuk hidung Chanyeol. Sijangkung mengangkat kedua tangannya sebatas telinga,
"Chanyeol,"
"Apa sayang?"
Sialan Baekhyun maluuuu.
"Sayang sayang ndasmu peyang! Aku tuh sebenernya ingin ke Kanada buat liburan! Aku pengen kesana, tapi kau malah membatalkannya seenak pantatmu!! Kau fikir tiket murah, hah?! Aku benci Chanyeooolll, huweeee"
"Eh, eh.. Baekhyunie, diem dong. Sini sini peluk. Nanti Chanyeol belikan es krim yang banyak, oke." Chanyeol menarik sikecil dalam pelukannya dan ngomong-ngomong mereka masih jadi tontonan orang-orang yang kini mesem-mesem melihat keromantisan dua lelaki tersebut.
"Chanyeol,"
"Ya?"
"Jadi sekarang kita bukan sahabatan lagi?"
"Tentu saja kita sahabat, Baekhyun. Kau sahabat hidup dan matiku. Kau cintaku, kau kesayangaku, kau segalanyaaa bagiku."
Pukulan manja mampir didada, "kerdus terus."
"Tidak apa, yang penting aku cinta Baekhyun."
"Aku juga cinta Chanyeol,"
"Ciyeeeee ciyee~~~"
Ah, lupa kalau masih di Bandara. Hehe.
.
.
- End -
.
.
Special
"Baek, aku mau ke toilet bentar. Tunggu disini, hm?"
Yifan bergegas pergi tak lupa menyeret kopernya membuat Baekhyun teriak, "hyung, taruh saja kopermu disini!"
"Ah, aku memerlukan ini, Baek. Tunggu disitu, oke!"
Baekhyun hanya mengangguk meski tak paham dengan tingkah aneh Yifan. Sedang Yifan kini sudah berjalan jauh dari jangkauan Baekhyun mengeluarkan ponselnya dan mendial nomor seseorang.
"Chanyeol, aku percaya padamu. Cepat temui adikku, katakan yang sejujurnya tentang perasaanmu. Aku percaya kau bisa menjaga Baekhyunku, aku titip dia oke?"
"Terima kasih banyak, hyung!"
Yifan berdecak puas, ia menyeringai jahil. "Haha, dasar anak muda." Celetuknya.
Didepan sana pesawat penerbangan ke Kanada sudah menanti. Yifan menaiki anak tangga pesawat, mencari tempat duduk dan mendaratkan bokong dengan nyaman.
"Ah, satu lagi."
Ia mengeluarkan ponsel, membuka fitur kamera untuk mengambil selca guna dikirimkan pada Baekhyun.
"Oke, sudah. Hahh.. bye bye adikku yang manis." Yifan merentangkan tangan dan tak sadar itu mengenai penumpang lain yang duduk disebelahnya.
"Aw, hey!"
Sipirang menoleh, seorang lelaki dengan mata panda yang kelihatan menggemaskan. Jantungnya dag dig dug tiba-tiba.
Gila, inikah yang namanya jatuh cinta?!
Cerita pasaran tapi aku suka:)))Btw, ini aku buat kan dari sudut pandang bekyun kan.. nah, biar makin jelas, nanti kalo sempet aku buat yang dari sudut pandang ceye.Kalo sempet, huhu:"((((oke, seeyu..riviu