My Sky

Pairing : D18 (Dino Cavallone x Hibari Kyouya)

Disclaimer : Katekyo Hitman REBORN! (c) Akira Amano. FF by me.

Warnings : BL. A little bit OOC. Don't like, don't read!

Enjoy~

.

.

.

Pemuda itu membenci pria dengan rambut pirang dan senyum bodoh di sana.

Pemuda itu benar-benar membencinya.

Membutuhkannya pun tidak.

Ia benar-benar sebal dengannya.

Percayalah; Hibari Kyouya membenci Dino Cavallone lebih dari apa pun.

"Ayolah, Kyouya~ Hanya sparing sedikit, tidak akan membunuh, 'kan?"pintanya sambil mengatupkan kedua tangannya. Senyum manisnya—yang dirasa Hibari sangat bodoh—terpampang di wajahnya yang tampan.

Hibari memalingkan wajahnya, kesal, "Sudah kubilang aku tidak butuh sparing—lebih-lebih denganmu, Haneuma."

"Supaya kau lebih ku—"

'DUAK!'

'TRAK!'

Dua benda beradu. Tonfa dan cambuk panjang saling menimbulkan suara. Itu Hibari Kyouya yang menyerang Dino menggunakan tonfanya dan ditahan dengan cambuk Dino.

Mata mereka bertemu—raven obsidian dan coklat indah.

Kilatan tajam di antara keduanya.

"Lebih apa? 'Kuat'? Aku memang sudah kuat, Haneuma." Kata Hibari dingin. Ia paling benci saat orang memandang rendah dirinya, mengatainya lemah. Dia adalah karnivora. Binatang buas. Monster. Tidak ada yang boleh menganggapnya 'lemah'—walaupun itu adalah Boss Mafioso nomor tiga paling berpengaruh di sleuruh Italia.

Tidak akan pernah.

"Kau kuat. Aku tahu itu—lebih dari Reborn sekalipun. Percayalah. Hanya saja; banyak yang lebih kuat dari dirimu, Kyouya." Mata Dino berkilat. Ia serius. Dunia mafia kuat. Dan Hibari hanya pemuda SMP berusia limabelas tahun dengan kemampuan bertempur luar biasa—namun tak cukup bila dibandingkan dengan mafia-mafia kelas kakap di Italia.

Dino mengerti hal ini, dan dia tulus ingin menjadi tutor yang berhasil menjadikan muridnya seorang mafia hebat.

Mata mereka saling pandang, cukup lama sampai-sampai tidak ada yang berkedip.

Hibari membenci itu.

"Satu kali." Dari bibirnya terucap kata.

"Eh?"

"Satu kali sparing—untuk hari ini dan selesai."

Dino tersenyum senang, "Oke!"

.

.

.

Aku membencinya.

Satu hal itu yang kuyakini.

Namun tak kuasa.

Aku kalah lagi.

Mengapa?

Aku sekuat ini.

Masih kalah.

Aku benci.

Aku membencimu, lawan.

Dino Cavallone, aku benci.

Namun tiap detik bersama,

Tak kuasa hati.

Senyummu indah.

Suaramu menyejukkan batin.

Iris coklat menggoda.

Pribadi menawan seluru pikir.

Kau bersamaku selamanya

Kesendirian tak lagi menemani

Aku awan

Kamu langit

Langit memeluk awan

Kemanapun awan pergi

Langit akan menemukan

Aku tak kuasa berlari

Kabur tak kenal arah

Kamu selalu mengawasi

Aku tak bisa menang

Karena kamu langit

Aku hanya awan

Dan karena awan mencintai langit

Iya, 'kan?

.

.

.

"Tahukah kamu, Langit?"Hibari membuka percakapan. Sparing sudah selesai. Dengan hasil sejelas tulisan hitam di atas kertas putih; Hibari kalah—lagi.

Dino mengelus pelan rambut sehitam malam milik Hibari yang kini tidur dalam pangkuannya, "Apakah itu, Awan?"

"Aku membencimu," kata pemuda yang menjabat sebagai Ketua Komite Kedisiplinan SMP Namimori. Dino shock bukan main.

"Jahatnya!"

"Awan begitu membenci langit yang lebih besar daripadanya. Awan terlalu ringan sampai-sampai bisa ditiup angin. Awan selalu kalah dengan Langit." Tutur Hibari. Dino cukup lama tertegun karena ia tidak suka kalah dan ia berbicara blak-blakan tentang kekalahannya—walau dengan bahasa puitis seperti itu (itu tidak aneh. Hibari membaca banyak buku dan ia suka literatur dan bahasa—favoritnya adalah puisi.)

"Dan tahukah kau, Langit?"

Dino bersiap untuk segala kemungkinan cercaan lain atau hal-hal puitis lain yang akan dilontarkan oleh pemuda yang lebih muda tujuh tahun darinya itu. Ia tetap mengelus rambut halus Hibari selembut mungkin.

Hibari tersenyum.

"Awan mencintai Langit—dan Langit akan selalu mendekap Awan. Tahukah kau?" katanya. Ia menutup matanya, menikmati belaian yang diberikan oleh Dino padanya—keseharian mereka selesai sparing.

"Eh?"

Hibari Kyouya tersenyum, "Jangan buat aku mengatakannya dua kali, Haneuma."

Pria berambut pirang dengan tattoo kuda api da tengkorak di leher dan tangannya itu terkekeh pelan, panggilan 'Haneuma' terlontar dari bibir Hibari; yang berarti ia tak bisa diminta untuk mengulang pernyataannya.

"Dan Langit pun mencintai Awannya, Kyouya~"

"Yah, kau 'Langitku', maka kau harus mencintai 'Awanmu'. Kalau tidak, lihat saja—kamikorosu!"

Dan Dino pun tertawa sembari mengacak pelan rambut hitam Hibari dan memberinya kecupan manis di dahinya.

.

.

.

Nggak, gue gatau gue nulis apaan. Jadi tolong jangan tatap gue seperti itu. Serius. LOL Gue kurang asupan dari Mbak Ciocarlie. Terus... Jadi kan Mbak Harumo nge-tweet gue berabad" yang lalu (yang sayangnya baru gue buka karena gue sibuk kerja dan ga pernah buka twitter untuk berpuluh" abad #dor) dan katanya D18 menipis, terus gue kepikiran ide ga jelas ini dan terlanjur mengetiknya dan semoga dia seneng—ya, semoga, mengingat cerita ini plotless banget. Oh! Dan gue prefer ke 'Cavallone' daripada 'Chiavarone'. Gue dari dulu lebih nyaman pake ini. :3

Dan ini FF comeback gue setelah bermilenium" tahun ga ke sini ahahaha! #disepak jadi mohon maklum kalo feels-nya ga nyampe ke pembaca #pret

Akhir kata, mind to review? :3