Aishiteiru, Hime..
Itachi, Aki
Naruto rated T
(Canon) Angst, Tragedy
OneSHOOT!
odes
#Warning : Tokoh Aki adalah murni karangan odes. Sebenernya mau pake nama asli odes (Oki Destriyana), tapi gak enak, ntar odes mendadak dangdut *eehhh :Dv. Cerita ini di dasarkan pada kalimat Madara Uchiha to Sasuke di salah satu chapter di manga vol. 45 ( " Itachi membunuh Ayah, Ibu, KEKASIH, dan seluruh klannya, hanya satu yang tidak bisa dia bunuh... yaitu Adiknya). Dan sampe manganya tamat di chapter 699-700, odes gak nemuin lagi titik terang tentang siapa itu "KEKASIH" Itachi yang Masashi Kishimoto sensei maksudkan. But thanks Sensei, u'll never get my heart broken down :*
odes dedikasikan cerita ini untuk kita, Nii chan.
Loveyousomuch my lovely husbando
IloveYou, Te'Amo. Wo Ai Ni, Aishiteiru
#BasedOnTrueManga Naruto vol. 45 (Kebenaran Itachi Uchiha)
.
.
.
-0000-
"Itachi-Nii ... " satu suara itu memanggil namaku. Membuatku yang tadinya tengah termangu dalam diam, menikmati indahnya cahaya mentari dalam hangatnya cuaca di siang hari setelah menyelesaikan misi Anbu sedikit terlonjak kaget.
Aahhh.. rupanya aku terlalu larut dalam lamunan, sehingga satu suara lembut yang mengalun itu saja cukup membuatku tersentak.
Kutemukan sosoknya. Berjalan mendekat ke arahku. Wajahnya yang agung bak rupa dewi dalam lukisan, senyumnya yang selalu terlihat menawan, hidung bangir serupa abjad kuno, hingga manik onyx hitam sekelam jurang tanpa dasar yang mampu menghipnotis semua agar masuk dalam pesonanya. Dialah Hime-ku yang agung, Uchiha Aki.
Helaian raven sehitam arangnya yang memanjang hingga pinggang terlihat berkibar tertiup angin. Bak sutra lembut yang tengah melambai indah menyapa dunia. Senyuman itu... tak pernah sekejap pun hilang dari pandangan mata.
"Kau sudah kembali ..." lagi- suara serupa candu bagi indera pendengaranku itu terdengar mengalun lembut, menyapa seluruh sistem syaraf telingaku. Memanjanya hingga aku bisa merasakan betapa dalam perasaanku padanya. Aku mencintainya.. aku mencintai Hime-ku itu.
"Okaeri Nii-chan... " ujarnya sambil menyentuh dahiku dengan jemarinya yang lembut. Bak tersengat aliran listrik, tubuhku seketika berjengit menerima sentuhannya. Seperti men-transfer energi atau kekuatan. Rasanya, setiap bagian tubuhku merespon, apapun yang Hime-ku ini lakukan padaku.
Aku menyunggingkan sebuah senyum padanya. Meski terlampau kaku untuk disebut senyuman. Wajar saja, Aku... Uchiha Itachi, seorang ketua Anbu Konoha di bawah pengawasan langsung Hokage bukanlah orang yang suka mengumbar senyum. Selain karena pekerjaanku yang tidak memungkinkannya, hampir seluruh Uchiha memang mewarisi rupa stoic dari leluhur kami ini. Belum lagi aku memang seseorang yang tidak mudah ditebak, bahkan oleh keluarga dan kedua orangtuaku sendiri (naruto, vol. 25)
Kecuali Aki... tentu saja. Gadis cantik cucu penjual senbei Uchiha (lihat naruto vol. 17) itu terlihat berbeda dibanding Uchiha lainnya. Gadis itu terlihat mampu menghapus bayang bayang kelam dan suram di balik rupa stoic klan kami.
Aki adalah gadis yang periang. Selalu tersenyum, tertawa tanpa henti, seolah tak ada yang mampu menghapus senyum dari wajah cantiknya.
"Aku punya sesuatu untukmu Nii-chan. Nanti malam datanglah kerumah... " pinta gadis berhelai sehitam arang itu sambil menyenderkan kepalanya di bahuku untuk melepas rindu. Onyxnya terlihat terpejam. Merasa nyaman dan menikmati kebersamaan kami yang selalu lebih singkat dari yang di harapkan.
Aku membelai puncak kepalanya perlahan. Tanpa dikomando, rupa stoicku mencair dan menyunggingkan sebuah senyuman. Senyuman tulus yang berasal dari jiwa.
"Aishiteiru, Itachi Nii-chan... " gumamnya lirih sebelum jatuh tertidur dengan nyamannya di dadaku.
-00000-
.
.
.
Tepat sebelum kembali ke rumah setelah melepas dahaga rindu dengan Hime tercintaku, serombongan shinobi yang memakai topeng khas yang aku tahu pasti berasal dari mana, menghalangi jalanku. Aku terdiam dengan tenang, merasa tahu apa yang harus aku lakukan jika mereka menginginkan pertarungan.
Mereka adalah para Shinobi kepercayaan dan berbakat dari Ne (akar) Anbu!
"Danzo-sama ingin bicara denganmu ... " satu suara bernada perintah itu terdengar bersamaan dengan langkah mereka yang semakin mendekat, merangsak maju dengan niat mengintimidasi dan menyudutkan.
Aku tak bergeming. Kubiarkan mereka melakukan apapun yang mereka mau. Toh tak ada bedanya bagiku. Aku Uchiha Itachi. Uchiha yang terkenal paling istimewa sepanjang sejarah panjang klan ini. (didasarkan pada salah satu statement MK sensei di Shounen Weekly Jump,Q & A )
Melihatku hanya diam tanpa melakukan gerakan, mereka menyangka aku terlalu takut dengan keberadaan mereka. Nyatanya saat salah seorang dari mereka bertindak kelewat jauh dengan mencabut katana dari sarungnya dan berusaha menganamku dengan menghujamkannya ke arahku, salah seorang temannya langsung mencegah perbuatan itu.
"JANGANN ! Kita sudah terperangkap genjutsunya... " teriak salah seorang dari mereka, menghentikan gerakan rekannya.
Aku menyunggingkan sebuah seringai yang tak pernah kutunjukkan sebelumnya. Mataku membentuk sebuah Sharingan sempurna semerah darah yang belum pernah mereka lihat sebelumnya. Tubuh mereka seketika lemas, jatuh bak hilang keseimbangan. Mereka seolah bersimpuh di sekelilingku, memohon ampun.
"Katakan pada Danzo, aku akan datang tepat tengah malam..." ucapku sambil menghilang dalam sekejap mata.
-000000-
.
.
.
Hime.. aku datang~
Aku kembali memenuhi janjiku padamu.
Padahal baru tadi siang kita bertemu, bagaimana bisa kau sudah membuatku rindu seperti ini?
Aahh Hime.. senyummu itu bagaikan candu. Aku ingin selalu melihatnya. Aku ingin selalu melihat senyuman di wajah cantikmu itu.
"Otanjyoubi omedettou, Itachi Nii-chan... " serunya riang sambil menghambur ke pelukanku. Rupanya dia mengingat dengan pasti kapan ulang tahunku. Padahal tadi siang kupikir dia melupakannya. Tanganku bergerak berupaya membalas pelukannya, namun mengapa terasa begitu berat?
"Aku mempunyai hadiah untukmu, Nii-chan... semoga kau menyukainya. " ujarnya sambil mengeluarkan sebuah kalung dari sakunya. Kalung itu, serupa bulatan bulatan kecil yang dijalin dalam satu ikatan. Aku menerimanya dengan canggung.
"Selain kalung, ini juga mantra ..." jawabnya lembut, seolah menjawab pertanyaan yang tak terkatakan olehku.
"Mantra... ?"
"Mantra cinta kita.. sesuatu yang akan kekal dan abadi. Sesuatu yang tak akan lekang dikikis waktu. Sesuatu yang hanya milikku dan milikmu... "
"Aku berharap, kau mau terus memakainya. Sampai kapanpun. Meski nantinya raga kita terpisah, kuharap kalung ini akan menjadi penggantiku untuk terus mengabdi pada cintamu, Nii-chan... " ujarnya serata memakaikan kalung tersebuh di leherku
Dia berjinjit. Berusaha menyamakan tingginya denganku.
Dan... CHUUUP~~
Sebuah kecupan singkat dan manis mendarat di pipi kananku.
"Aishiteiru, Nii-chan... " gumamnya sekali lagi sambil tersipu malu dengan rona serupa buah tomat kesukaan adik semata wayangku.
-0000000-
.
.
.
"Bunuh seluruh klanmu. Habisi mereka! Hingga tak ada ada seorangpun yang bisa merangkak keluar dari neraka !"
"Uchiha adalah klan terkutuk yang membawa takdir kebencian pada desa !"
"Klan ini harus dimusnahkan, sebelum api peperangan menyebar dan membakar seluruh Konoha ...!"
"Satu-satunya harapan kami adalah padamu, Itachi. Hanya kau yang bisa memutus rantai kebencian Uchiha. Atau kau lebih senang kami saling membunuh dan terlibat perang saudara ?"
Suara teriakan di sekitarku, suara bising dan gaduh membuatku muak.
"Jika kau menolak, kami sendiri yang akan membinasakan klan mu. Jika begitu, kau tidak bisa menyelamatkan siapapun. Tapi jika kau menyetujui untuk bekerja sama dengan kami, kami akan melindungi seseorang yang paling berharga bagimu... "
DEEEGG~~
Tou-san? Kaa-san?
Sasuke?
Aki ?
Yang mana yang harus ku pilih ?
Sekelebat bayangan orang orang yang mencintaiku terbayang jelas di pelupuk mata,
"Siapa yang kau pilih ?"
Deg Deg Degg~
" ... "
" Itachi ...?!"
Aki ? Sasuke ?
Wajah kalian terbayang jelas di mataku, haruskah aku memilih seseorang diantara kalian? Bagaimana mungkin aku bisa?
" Itachi ... ! Kami tidak punya banyak waktu! Jawab sekarang juga !"
Aki... maafkan aku...
"Aku setuju menjalankan rencana dan bekerja sama dengan kalian dengan satu syarat, biarkan Sasuke hidup dan jangan pernah membocorkan pemberontakan klan kami dan niat kudeta klan Uchiha pada desa. Juga kenyataan ini padanya. Biar aku sendiri yang menanggung seluruh aib dan luka klan Uchiha. Yang dia harus tahu adalah kebaikan dan kejayaan klan kami. Hanya itu ... "
Sebuah jawaban telah kulontarkan. Namun mengapa rasanya masih ada yang mengganjal.
"Baiklah, habisi klanmu! Dengan TANGANMU SENDIRI... TANPA SISA!"
-00000000-
.
.
.
"Nii-chan! Ada apa kau sudah datang sepagi ini? " kudengar suaramu seceria biasa. Suara yang selalu –dan akan selalu- menjadi candu bagiku.
Kujawab pertanyaanmu dengan sebuah senyum yang terasa kaku.
Kau terlihat mengerutkan kening. Menyadari ada yang tak biasa dengan sikapku. Aku tahu kau gadis yang sangat cerdas, Hime.. kau pasti bisa langsung menebak apa yang terjadi denganku. Dengan kekasihmu yang hina ini...
Karena itu kuputuskan, kau akan menjadi orang pertama yang kubunuh, dengan tanganku sendiri.
Meski curiga, namun senyummu tetap menawan hatiku seperti biasa. Tahukah kau, senyummu itu nyaris saja membuat tekadku goyah?
Pernahkah kau membayangkan akan membalas kasih sayang tulus dari orang yang mencintaimu dengan begini kejam? Saat kenyataan dan takdir mendorongmu untuk membunuh orang yang kau cintai, dengan tanganmu sendiri.
Aki melangkah mendekat dengan senyum dan rona di wajah cantiknya yang selalu membuatku terkesima.
Jaraknya kian dekat...
Gemetar untuk pertama kalinya saat tanganku menyentuh sarung katanaku.
Dekat... dan kian dekat...
Tepat saat jarak kami sedepa, secepat kilat aku mencabut katana dari sarungnya dan menghunuskannya tepat di ulu hati gadis yang kucintai ini. Meskipun aku belum pernah sekalipun mengatakannya. Bahwa aku juga amat mencintainya.
CRAASHHH~
Darah seketika menyembur deras dari katana yang kini menancap di tubuhnya. Aku berusaha bertahan, berusaha tak memalingkan wajah saat melakukannya. Aku melihatnya, dengan mata kepalaku...
Aku melihat gadisku meregang nyawa ...
Sakit, perih yang turut menghujam diriku, mengguncangku dengan sebuah perasaan bersalah. Namun aku tak boleh memperlihatkannya pada Aki. Aku ingin setidaknya dia membenciku di akhir hidupnya.
Membenci laki laki bodoh ini!
Aki... benci lah aku! Maki aku dengan umpatanmu! Kutuk aku dengan amarahmu! Benci aku dengan tatapanmu,,,
Tapi kenapa Aki...
Kenapa kau terus tersenyum?
Apa kau bahagia?
Bahagia mencintai lelaki bodoh ini?
lelaki yang tega menghujammu dengan belati luka saat tak mampu menentang takdir dunia?
"A-AI..SH-SHITE.. IRU.. dayyo.. Ni-Nii-chan... "ucapnya terbata untuk terakhir kalinya.
Onyxnya kian melemah...
Meredup...
Sayu...
Hingga akhirnya tertutup untuk selamanya bersama tubuhnya yang luruh dan jatuh ke tanah.
"Aishiteiru, Hime ..." Ucapku untuk terakhir lirih di sela airmata yang sudah tak sanggup ku bendung lagi. Tanganku gemetar dengan katana yang penuh darah dari gadis yang amat kucintai ini.
Dan tiba-tiba, hujan mengguyur Konoha untuk pertama kalinya di musim panas ini..
Aaahhh Hujan...
Kau datang disaat yang tepat~~
FIN :D
