Better Yet Make Your Girlfriend Dissappear!

disclaimer: HP bukan punya saya tapi punya JK ROWLING

setting: kelas 6, AU, femHarry/DracoMalfoy

Harry Potter tahu harusnya dia tak menerima ajakan gadis-gadis itu untuk main I Dare You Gryffindor. Atau IDYG singkatnya. Permainan menyebalkan tradisi tiap anak Gryffindor, seperti Truth or Dare nya Muggle. Tapi idyg adalah tantangan sihir. Kau harus sungguh-sungguh Gryffindor untuk berani masuk ke permainan ini.

Tantangan yang diberikan sebenarnya cukup harmless. Makan ekor tikus. Telanjang di depan peri rumah. Tapi kadang bisa jadi sangat menyeramkan. Seperti tertawa di kelas Snape, atau bertanya pada Prof McGonagall kapan dia kehilangan keperawanannya.

Atau mengatakan bahwa dirimu hamil di depan Ron Weasley.

Idenya berasal dari Lavender. Marah besar karena Ron sudah berani memutuskannya minggu lalu, dia ingin membalas dendam dengan hal yang paling cowok itu takuti di dunia. Harry atau Ginny hamil di luar nikah.

Karena Ginny tak ikut permainan itu saat ini, rupanya Harry lah yang harus mengobati luka hati Lavender.

"No way!" Seru Harry pada ketiga temannya. Saat itu Harry, Hermione, Lavender, dan Parvati sedang bermain idyg di kamar mereka, dalam rangka menghibur patah hati Lavender yang tak ada habisnya. Jujur, Harry heran, karena dari awal Ron sudah terlihat sangat tidak serius. Why so surpraise? Plus, Harry adalah sahabat Ron, bukan sahabat Lavender, jadi dia semakin tak paham kenapa dia harus ikut permainan menyebalkan ini. Tapi Lavender terlihat sangat butuh dihibur, dan akhirnya Harry dan Hermione mengalah. Tapi rupanya ini adalah plot untuk menjebak Harry.

"Oh ayolah Harry," kata Parvati. "Kau tidak bisa mundur dari tantangan!"

Benar sekali, karena mereka sudah minum Ramuan Tantangan, ciptaan Sihir Sakti Weasley yang dirancang khusus untuk permainan legendaris Gryffindor ini. Kalau Harry mundur, akan ada tulisan besar-besar PENGECUT di keningnya selama sebulan penuh. Semua orang akan tahu bahwa Harry tak seberani kelihatannya. Harry menelan ludah.

"Tapi," dia mengerang, menatap memohon cewek-cewek di depannya. "Itu sama saja dengan bunuh diri! Mana bisa aku berbohong begitu pada Ron."

Hermione terkikik. Harry memelototinya. Hermione juga salah satu cewek yang sedanh sangat marah pada Ron, karena Ron berkencan dengan Lavender. Dan rupanya mendukung aksi pembalasan Lavender ini.

"Tenang saja Harry, aku yakin reaksi pertama Ron adalah pingsan di tempat," kata Hermione pasti. "Setelah itu, kita bangunkan dia dengan aguamenti, dan kita beritahu dia bahwa semua hanya bercanda."

Harry melongo menatap sahabatnya itu. "Kalian semua sudah gila ya? Masa sebegitunya kalian sebal pada Ron..."

"Harry, kami hanya ingin mempermalukannya sedikit," kata Parvati, yang rupanya masih dendam karena Ron cuek padanya di pesta dansa natal 2 tahun yang lalu. Dua tahun yang lalu! Mau berapa lama kau menyimpan dendam?!

Harry merasa sangat terjebak. Dia tahu Ron akan membunuhnya jika dia sampai melakukan tantangan ini. Tapi tulisan PENGECUT selama sebulan...

Harry menelan ludahnya.

"Ayolah Har, sangat mudah. Kau tinggal bilang padanya bahwa kau hamil, dan yang menghamilimu adalah Draco Malfoy. Selesai. Ron pingsan. Aguamenti. Semua tertawa. No harm done!" Kata Hermione sambil bersedekap, matanya berkilat gila.

Harry menatap mereka satu per satu. Ketiga temannya balas menatapnya dengan ekspresi lapar penuh dendam kesumat.

"Kenapa harus Malfoy..."

"Karena itu yang paling membuat Ron syok, musuh bebuyutan kalian," kata Parvati logis.

Harry menggertakkan giginya. Hermione mengacungkan botol kosong Ramuan Tantangan yang sudah mereka tenggak habis. Harry mendesah panjang. Kalah.

"Oh baiklah! Tapi aku akan bilang padanya kalianlah dalang semua ini!" Bentak Harry.

ketiga cewek gila itu bertepuk tangan puas.

Mereka turun ke ruang rekreasi. Pas sekali saat Ron masuk, rupanya baru selesai makan malam. Harry merasa dirinya mau muntah. Dia melihat ron duduk di sofa mereka yang biasa di depan perapian. Harry menarik napas, berharap Ron tak akan membunuhnya setelah ini, lalu menghampiri sahabatnya itu.

"Ron?"

Ron menoleh, nyengir menatapnya. "Hei Har, kau sudah mengerjakan Ramuan? Aku lihat dong. Tukar dengan PR Transfigurasiku..."

Harry duduk di sebelah Ron, melirik ketiga cewek yang mengaku temannya berdiri agak jauh dari mereka, tapi cukup dekat untuk mendengarkan.

"Er,"

Ron mendongak, menatap Harry heran. "Ada apa?"

"Em, aku... mau mengatakan sesuatu..."Kata Harry takut-takut.

Ron mengernyit dalam. "Something wrong? Apa ada yang mengganggumu lagi? Atau mengataimu di koridor?" Tanyanya, mengelus tongkatnya yang dia taruh di atas meja.

Harry menggeleng. "Well," Dia menggigit bibirnya, meremas-remas tangannya. "Em."

"Em?"

"Ron, aku... aku hamil."

Ron mengerjap. Sekali. Dua kali.

"Apa?"

Harry berjengit. "Aku hamil," ulang Harry.

Warna wajah Ron berubah dari pucat, hijau, lalu merah padam. Dia bangkit, menggebrak meja, membuat seluruh ruang rekreasi terdiam, menatap mereka syok.

"APA?!"

"Sst, Ron, tenanglah..." Harry panik.

"TENANG? TENANG KATAMU?! BAGAIMANA BISA AKU TENANG!" Bentak Ron, matanya melotot garang, Harry menciut, dalam hati memaki Parvati, Lavender, dan Hermione. "KAU BERCANDA KAN?"

Harry menelan ludah, menggeleng. "Ron, please, duduklah yang tenang dulu..."

"BAGAIMANA BISA AKU DUDUK TENANG!"

Harry merasakan wajahnya ikut merona. "Ron..."

"HAMIL, HARRY?! Kau tak punya pacar! Bagaimana bisa kau hamil?" Seru Ron, dan kini semua anak tergagap, menatap Ron dan harry bergantian.

Harry berjengit. "Kau tahu bagaimana caranya orang bisa hamil Ron..."

"JANGAN BERCANDA DENGANKU POTTER!"

Harry menciut lagi.

Ron terengah, menatap Harry luar biasa murka. Lalu, "Siapa?" Desisnya. "Siapa yang melakukan ini padamu? Siapa yang menghamilimu?!"

Ini dia, batin Harry. Oke Harry, tinggal satu kata lagi, Ron pingsan, dan tantangannya sukses. "Ron, kumohon jangan marah..."

"SIAPA?!"

"Draco Malfoy," kata Harry, menutup matanya, tak berani melihat ekspresi Ron.

Rasanya ruang rekreasi Gryffindor tak pernah sehening ini. Harry menunggu, menunggu Ron pingsan. Dia mengintip, melihat wajah Ron pucat pasi, matanya tak fokus...

"Mal...foy..." katanya pelan. Lalu...

Ron tidak pingsan.

Cowok itu melesat ke lubang lukisan. "BAJINGAN KAU MALFOY!" Lubang lukisan di buka dan dibanting luar biasa keras. Harry tergagap di tempatnya sepersekian detik, lalu bangkit, memelototi Hermione, Parvati, dan Lavender, yang tampak sama syoknya dengan Harry pada reaksi Ron yang diluar prediksi.

Tanpa kata, penuh kengerian, dia berlari mengejar Ron, mendengar ketiga temannya ikut mengejarnya di belakangnya. Astaga. Astaga. Apa yang akan di lakukan Ron?! Harry merasakan perutnya mulas, berlari sekencang mungkin, dan akhirnya bisa melihat kelebatan bayangan Ron.

"Ron! Ron! Apa yang akan kau lakukan? RON!" Panggil Harry, tapi Ron sama sekali tak mengggubrisnya. Cowok itu tampaknya sudah tuli akan alasan apapun, berjalan penuh murka ke arah aula depan...

Menuju Draco Malfoy yang tepat sedang keluar dari makan malam, bersama teman-temannya. Harry merasakan tenggorokannya kering.

"Ron please! Dengarkan aku!"

Tapi terlambat, Ron melompat ke depan Malfoy, dan, tanpa tedeng aling-aling lagi, menonjok cowok itu tepat di pipinya, membuat Malfoy terpelentang jatuh, melongo syok. Darah mengalir dari hidung dan bibirnya.

"Apa..."

"BERANINYA KAU!" Jerit Ron, menendang wajah Draco, dan siap melakukan hal lainnya jika tidak dicengkeram oleh Theo Nott dan Blaise ZAbini, yang tampak sama kagetnya dengan Harry terhadap reaksi Ron.

"LEPASKAN AKU BAJINGAN!"Ron meronta, tapi Nott dan Zabini mencengkeramnya makin kuat. Malfoy masih tergeletak di lantai,membelalak cengo, tampak terlalu kaget untuk bicara.

Harry merasakan perutnya mulas. Akhirnya dia sampai ke lokasi adegan itu, tapi kerumunan membuatnya tak bisa maju. Sepertinya semua anak dari aula besar berkumpul untuk melihat episode Pertarungan Gryffindor-Slytherin itu. Ketiga teman Harry akhirnya sampai di sebelah Harry, mereka berdiri di tangga, menatap horor.

"KAU MANUSIA PALING MENJIJIKAN!" Seru Ron lagi.

Kali ini Malfoy tampak seperti habis di bangunkan dari mimpi buruk, dia melompat berdiri, wajahnya merah padam, memelototi Ron. "Apa-apaan kau Weasley!" Bentaknya.

"KAU BERANI BERTANYA PADAKU?! SETELAH APA YANG KAU LAKUKAN PADA HARRY!"

Harry menutup wajahnya, tak tahu lagi harus melakukan apa. Ron akan membunuhnya setelah ini. Mungkin Malfoy juga akan ikut memburunya sampai mati...

Malfoy tergagap, matanya melayang mencari di kerumunan, dan menemukan Harry, yang menggeleng cepat. Malfoy mengernyit, tak mengerti. "Apa... ada apa dengan Potter? Aku tak melakukan apapun..."

"JANGAN BOHONG MALFOY! KAU BAJINGAN! APA KAU MENGELAK TELAH MENGHAMILI HARRY?!"

Dan ini dia. Seluruh anak tergagap tak percaya menatap Ron, yang memelototi Malfoy penuh dendam kesumat. Malfoy sendiri tampak seperti habis diberitahu bahwa seluruh hartanya di Gringotts dicuri orang.

"Apa... tapi... bagaimana bisa..."

"Ini dia," desis Lavender. "Tenang saja Har. Malfoy akan bilang bagaimana bisa ada bayi kalau kalian berdua tak pernah tidur bersama..."

Harry menutup matanya, berjengit. Oh Lavender... Marlin...Astaga... apa yang sudah Harry lakukan...

"Tapi kami cuma melakukan seks SEKALI! Bagaimana bisa langsung jadi anak!"

Kalimat Malfoy itu disusul keheningan paling mencekam yang pernah ada di Hogwarts. Harry mendesah pasrah sepasrah-pasrahnya.

"kau..." ron mendengus murka, meronta melepaskan diri untuk menyerang Malfoy, tapi Zabini dan Nott berusaha keras menahannya.

"Tenang dulu Weasley, kita pasti bisa bicarakan ini baik-baik," kata Nott, tampak terguncang.

"AKU TAK MAU MEMBICARAKAN INI BAIK-BAIK! AKU MAU MEMBUNUH BAJINGAN ITU!"

"Harry," desis Hermione. "Harry... kau sungguhan dengan Malfoy?"

Harry berjengit lagi. "Hanya sekali, Hermione," desisnya. "Kau dengar Malfoy kan?"

"Tapi," Hermione menoleh, memberi Harry tatapan membunuhnya. "Tapi Malfoy sudah punya pacar!"

Harry cemberut. "Well, kau pikir aku tidak tahu," tandasnya. Hermione menatapnya tak terkesan.

Harry mendesah.

-dhdhdhdh-

Kalau ditanya sejak kapan Harry menyukai Draco Malfoy, Harry tak akan bisa menjawabnya. Mungkin sejak awal? Karena Malfoy adalah manusia paling menyebalkan sejagat raya, kadang Harry tak tahu apa yang harus dia pikirkan.

Dia dan Malfoy bertemu pertama kali di Madam Malkin, saat mereka umur 11 tahun. Draco menatap mata Harry lama, sedikit melongo. Harry mengernyit.

"Apa?" Tanyanya jengah.

Wajah Draco merona, mengangkat bahu. "Matamu aneh."

"Aneh?"

"Terlalu hijau. Seperti acar kodok."

Harry cemberut, menolak bicara lagi. Draco menarik rambutnya.

"Masa begitu saja tersinggung," godanya.

Harry memutar bola matanya, bersedekap. Draco nyengir, lalu mulai bicara panjang lebar entah soal apa. Manusia menyebalkan.

Di Hogwartspun, mereka menjadi musuh bebuyutan. Bertahun-tahun. Malfoy selalu mencari cara untuk membuat Harry marah padanya. Dan Harry tak tahu kenapa, dia menyukai semua perhatian itu. Well, dia selalu berpikir itu adalah perhatian, sampai saat kelas 4. Draco mulai berkencan dengan beberapa anak. Tak pernah sekalipun mengajak Harry. Dia mengencani Lisa Turpin dari Ravenclaw, Hannah Abbot dari Hufflepuff, Pansy Parkinson dari Slytherin, dan akhirnya settle dengan Daphne Greengrass di akhir kelas 4. Sampai kelas 6. Hampir 2 tahun...

Membuat hati Harry tersayat tiap kali mengingatnya.

Apa bagusnya sih Daphne Greengrass? Merlin, cewek itu sangat membosankan. Bahkan tampilannya pun membosankan. Pirang. Tinggi. Dagu terangkat. Pakaian rapi. Gaya bangsawan sok-sokan. Membuat Harry muak. Tapi jelas itu adalah tipe Draco. Tak ada satupun mantan Draco yang tomboi, suka tertawa keras, dan selengekan macam Harry kan?

Tapi Draco selalu menatap Harry. Selalu berusaha mencari perhatiannya. Harry pernah sedang mengerjakan PR dengan Ron di perpus, dan Draco duduk di meja di hadapannya. Cowok itu bertopang dagu menatap Harry, tampak nyaris tak sadar apa yang dia lakukan, sampai temannya menyikutnya (biasanya Nott, Zabini tak pernah ke perpustakaan mungkin). Wajah Draco langsung merona. Tapi cowok itu akan berusaha menatap Harry lagi. Lagi dan lagi.

Sampai lama kelamaan Harry terbiasa dengan tatapan Draco padanya. Di aula besar, hampir selalu tiap makan, mata Draco akan mencarinya, kadang mereka bertatapan, walaupun Hary selalu terlalu malu dan buru-buru menunduk.

Selalu seperti itu selama 6 tahun, sampai saat ini...

Jadi, saat mereka datang ke pesta Ravenclaw, duduk di sisi terjauh, Harry tak merasa aneh Draco menatapnya sepanjang malam. Bahkan saat cowok itu beeciuman dengan Daphne Greengrass, pacarnya yang menyebalkan dan datar dan membosankan, Harry tak kaget cowok itu tetap menatapnya.

Harry mendesah. Dia tak tahu harus berpikir apa.

Lalu Antony Goldstein mengajaknya berdansa. Harry tak bisa dansa, tapi Antony memaksanya, jadi dia ikut turun ke lantai dansa, berjingkat dan berjoget dengan puluhan anak lain yang memadatati tengah ruang rekreasi itu. Dia berusaha melupakan Draco dan tatapannya. Dia tertawa saat Antony menempelkan tubuh mereka, membisikkan sesuatu yang menggelitik telinga Harry.

Lalu Harry merasakan seseorang menarik tangannya, berjalan cepat keluar ruang rekreasi Ravenclaw. Draco.

"What the hell?" Bentak Harry, menghentakkan tangannya. Draco tak melepaskannya sampai mereka aman di luar pintu Ravenclaw, suara musik tak terdengar lagi. Draco mendorong Harry ke tembok, meletakkan tangannya di kedua sisi kepala Harry.

"Aku yang harusnya bertanya. What the hell Potter?" Desis Draco. "Kau dan Goldstein?!"

Harry mengernyit. "Bukan urusanmu Malfoy! Kau bukan siapa-siapaku!"

Draco cemberut, tapi tampaknya tak punya jawaban untuk ini. Dia tampak gelisah. Jantung Harry berdebar tak karuan. Draco tampak mempertimbangkan sesuatu. Dia melirik pintu Ravenclaw, menatap langit-langit, lalu pandangannya terhenti di mata Harry.

Dan dia mencium Harry.

Harry merasa kakinya langsung lemas. Draco menarik pinggangnya, berusaha mensuportnya. Mereka berciuman seolah tak ada hari esok. Penuh nafsu dan hasrat yang susah payah mereka pendam selama 6 tahun...

Dan Harry tak tahu bagaimana, Draco membawanya ke Kamar Kebutuhan. Segalanya berlangsung cepat. Tak ada kata. Baju terlempar. Draco menatap tubuh Harry dengan mata sedikit berair, seolah ini adalah keinginannya seumur hidup yang akan jadi nyata. Harry menatap mata abu-abu itu tercekat.

merlin...

Dia tidur dengan Draco Malfoy...

Dia akhirnya tidur dengan Draco Malfoy...

Dia menyerahkan keperawanannya pada Draco Malfoy...

Harry dan Draco mencapai kepuasan di saat yang sama, samar Harry mendengar Draco mengambil tongkatnya dan menggumamkan mantra kontrasepsi.

Astaga!

Dia tidur dengan Draco Malfoy!

Harry merasakan tangan Draco merengkuhnya, mendekapnya dari belakang. Cowok itu menenggelamkan wajahnya ke leher Harry, dan mereka tertidur. Saat Harry bangun, Draco sudah tak ada. Tak ada surat. Tak ada kata.

Harry merasakan tenggorokannya tercekat. Menangis bukan pilihan.

Tapi maksud Draco begitu jelas saat Harry turun untuk makan siang. Cowok itu berciuman dengan pacarnya...

Harry hanya melihatnya, lalu berlari kembali ke asramanya. Menenggelamkan wajahnya ke bantalnya. Tak ingat kapan terakhir kali dia menangis... mungkin saat Sirius meninggal?

Harry benci dirinya sendiri, yang berharap lebih pada manusia brengsek macam Draco Malfoy. Mungkin Draco hanya penasaran. Penasaran seperti apa rasanya meniduri Harry. Harry, yang memberikan keperawanannya...

Dan begitu dia berhasil mendapatkan Harry, dia langsung membuangnya tanpa kata. Kembali ke pacarnya yang sempurna tanpa penjelasan. Seolah Harry hanya seonggok sampah yang dia pungut, dia lihat tak begitu berharga, dan dia buang ke tong sampah.

-dhdhdhdh-

Kembali ke aula depan, Malfoy nampak terpojok, bingung setengah mati. Harry berusaha tidak menatap cowok itu, berpikir bagaimana membereskan kesalahapahaman ini.

"Dan..."kata Malfoy dengan nada bingung yang sama sekali tidak seperti dirinya yang biasa. "Dan... aku melakukan mantra kontrasepsi! Aku yakin sekali!"

Seluruh aula depan menatapnya cengo. Harry berusaha mendorong orang di depannya, ingin menuju Ron, menenangkan sahabatnya itu, tapi kerumunan itu tak bergeming. Semua bertekad ingin melihat adegan demi adegan sedekat mungkin.

"Kubunuh kau Malfoy! Kau binatang biadab! Mantra kontrasepsi apaan! Kau memperkosa Harry..."

Kalimat itu nampaknya membuat Malfoy tersentak dari kekagetannya. "Beraninya kau!" Serunya, wajahnya marah. "Aku dan Potter melakukannya secara sadar! Suka sama suka!"

"Kau kira aku percaya Harry mau melakukan itu denganmu?!" Bentak Ron. "Kau Slytherin menjijikan! Kau bahkan sudah punya pacar!"

Malfoy menegakkan tubuhnya, dagunya terangkat. "Kau bisa tanya Potter sendiri oke? Aku dan dia melakukan secara sadar, aku bertanya padanya apa dia yakin mau melakukan seks, dan dia bilang dia sangat yakin dan ingin aku melakukannya sesegera mungkin..."

"STOP KAU MANUSIA BIADAB! TAK TAHU DIRI! KUBUNUH KAU..."

Malfoy menatap mata Harry lagi, yang rasanya ingin mengubur dirinya hidup-hidup saat itu juga. Apa yang cowok itu pikirkan, bercerita pada seluruh orang seperti itu! Apakah sebegitu tidak pentingnya Harry di matanya?!

"Aku akan bertanggung jawab penuh."

Kata-kata Malfoy itu membuat Ron berhenti berteriak.

"What?"

"Aku akan bertanggung jawab penuh, Weasley," ulang Malfoy, suaranya tegas tanpa celah. "Aku akan menikahi Potter, dan menjadikan anak di perutnya pewarisku."

Perkembangan luar biasa ini membuat Harry dan semua orang tergagap. Ron tampaknya sudah tak sanggup lagi. Matanya berputar ke atas, dan dia pingsan. Semua langsung heboh.

Malfoy tetap tegak. Dia menatap Harry seolah menantangnya untuk menolak.

Harry dan ketiga teman wanitanya tak bisa berkata-kata.

"Harry," kata Lavender dengan suara bergetar. "Sebaiknya kau membuat dirimu sungguhan hamil..."

Harry dan yang lain tahu apa maksudnya. Harry benar-benar akan dihabisi oleh cowok-cowok itu jika memberitahu mereka kalau kehebohan ini semua hanyalah tantangan konyol untuk balas dendam pada Ron.

-dhdhdhdh-

Bersambuuung

cerita pendek, hanya beberapa chapter yang tak bisa saya singkirkan dari pikiran hehe

adakah yang mau baca lanjutannya?

Kalau ada 10 review, akan saya buat lanjutannya.

terimakasih rnr nyaa :*