A/n: Gomennasai… lagi-lagi Muki bikin fict hurt. Sebenarnya Muki pengen banget bikin fict bergenre Romance-Comedy tapi Muki nggak bisa-bisa bikin adegan humornya. Akhirnya lari ke hurt lagi deh. Muki udah minta diajarin sama onii-chan karena Muki pikir kakak Muki itu adalah cowok yang romantis. Eh, dia malah bilang; "Apa? Fiksi Romance-Comedy katamu? Come on, tau sendiri kan aku ini penggemar Mystery/Suspense?"
Muki: Iya deh tau Nii-chan penggemar; Sherlock Holmes, Death Note, Bloody Monday, Detective Conan, Another, Hyouka, dll!
Muki juga udah minta diajarin sama onee-chan, eh dia juga sama payahnya dengan Muki. Kata dia, "Ga bisa, Mey! FF genre Romence-Comedy ku yang lumayan dapet tanggapan positif aja Cuma NP! #fuh
Yosh! Segitu aja curcolnya… fict kali ini pair-nya adalah NaruSaku & ShikaIno. Awalnya Muki terinspirasi dari Angel Beat! Epi 3 dan juga lagu-lagu OST Pandora Hearts yang mencerminkan karakter Oz-sama, Alice-chan, dan juga Gilbert! Happy reading minna! ^^
.
Disclaimer : All Character belong to Masashi Kishimoto
Tittle : Paint My Love
Genre : Hurt/Comfort, Romance, Friendship, Angst.
Rate : T
Pairing : NaruSaku, ShikaIno.
Warning : AU, OOC, OC, gaje, abal, ancur, minim deskriptif, typo(s), dll.
.
.
Summarry: Mereka semua menyukai musik. Musik memiliki arti tersendiri bagi mereka. Dengan musik pula mereka bisa saling memahami satu sama lain. Musik menceritakan sejarah tentang hidup mereka. Musik menghibur mereka di kala lara. Musik membuat mereka memiliki sebuah harapan. Dan Musik menuntun mereka pada cinta. Seperti apakah pandangan keempat remaja ini tentang music? Let's see!
.
Chapter 1 : Meet You
.
.
"A song tells the story of your life; there's always a personal history attached to it. There is always a song you can relate to a specific event in your life."—Yamanaka Ino—
oooOOPaintMyLoveOOooo
.
.
.
"Aku dan Ino mau memesan ruang VIP seperti biasanya. Kami akan menyewa ruangan itu sampai pagi berhubung besok adalah hari minggu." kata Sakura pada seorang resepsionis.
Saat ini ia dan Ino sedang berada di tempat karoeke langganan mereka —lebih tepatnya secara tidak langsung gedung ini adalah miliknya.
"Maaf Haruno-sama, ruang VIP sudah penuh semua." jawab resepsionis tersebut yang memang sudah sangat mengenal mereka berdua.
"APA? Kenapa bisa penuh?"
"Saya rasa karena ini adalah malam minggu."
"Jadi maksudmu ruangan yang biasa kami tempati juga sudah diisi orang?" tanya Sakura sedikit emosi.
Hari ini Sakura memang sedang bad mood karena baru putus dengan kekasihnya—Uchiha Sasuke— yah, dulu ia memang sangat mencintai cowok itu karena dia adalah cinta pertamanya tapi lama-kelamaan Sakura bosan juga berpacaran dengan orang introvert macam Sasuke. Belakangan ini ia memang gampang bosan dengan segala hal. Satu-satunya hal yang tidak pernah membuatnya bosan hanyalah karoeke-an karena ia memang sangat menyukai music.
"Iya, saya benar-benar minta maaf, Haruno-sama. Saya tidak tahu kalau anda dan Yamanaka-san akan datang hari ini karena biasanya anda lebih sering berkunjung setiap hari rabu, jum'at, dan minggu." kata resepsionis tersebut terlihat menyesal.
"Hey, apa kau ingin dipecat? Kau pasti tidak lupa, kan, kalau pemilik gedung ini adalah ayahku?" tanya Sakura dengan penuh penekanan.
"Saya mohon jangan, Haruno-sama! Saya benar-benar tidak tahu. Saya sangat menyesal." sambung resepsionis tersebut sambil terus membungkuk hormat.
"Sakura, sudahlah! Aku tahu kau sedang bad mood hari ini tapi kau jangan melampiaskannya pada orang lain!" kata Ino mencoba menasihati sahabatnya itu.
"Tidak bisa Ino! Aku berhak datang kesini kapan saja aku mau!"
"Iya, aku mengerti tapi kau tidak perlu memarahi Yoshino-san apalagi sampai memecatnya… dia kan hanya melakukan tugasnya. Pelanggan tetap disini kan bukan cuma kita berdua!"
"Jadi siapa yang berani menempati tempat khususku? Akan kuusir dia!"
"Sakura, apa kau sudah gila?"
"Diamlah, Ino! Jangan membuatku semakin marah!" tegas Sakura dan Ino hanya bisa menghela napas.
"Cepat katakan! Siapa orangnya?"
"Itu… Namikaze Ruka-san(OC author) dan temannya."
"Namikaze? Maksudmu puteri Namikaze Minato… pemilik perusahaan pertambangan Namikaze sekaligus pemilik Resort terkenal di Aomori dan pemilik Kasino paling terkenal di kota ini?"
"Ha'i, Haruno-sama."
"Berapa umur gadis itu?"
"Satu tahun lebih tua dari anda."
"Baiklah itu tak masalah akan kuusir dia!"
"Sakura jangan! Keluarga mereka lebih kaya daripada keluarga kita!"
"Aku tahu tapi aku tak peduli!"
"Saya bukannya ingin mencegah anda, Haruno-sama, tapi mereka sudah lebih dulu menyewa tempat itu hingga pagi!"
"Sudah kubilang aku tidak peduli!" bentak Sakura membuat resepsionis tersebut langsung terdiam.
Sakura menghentakkan kaki dengan kesal lalu berjalan cepat menuju ruang VIP favoritnya, membuat Ino sedikit kewalahan karena harus mengimbangi langkah Sakura yang sedang bad mood itu. Ino sendiri terlihat cemas, ia tidak mau menyaksikan pertengkaran antara Sakura dan puteri Namikaze itu, bisa-bisa semua menjadi kacau lalu bagaimana kalau misalnya ia ikut terseret dalam masalah jika seandainya puteri Namikaze itu tidak terima dengan perlakuan Sakura dan melaporkan mereka ke polisi. Itu tidak boleh sampai terjadi, bisa-bisa ayahnya langsung membunuhnya karena sudah mempermalukan nama keluarga.
Ino sangat mengenal Sakura. Kedua orang tua Sakura adalah pemilik perusahaan Homeshopping terbesar di kota ini sekaligus pemilik gedung karoeke ini dan juga pemilik salah satu Hotel paling terkenal di pulau Jeju-Korea Selatan. Kesibukkan orang tuanya dan juga kurangnya perhatian dan kasih sayang dari mereka membuat Sakura tumbuh menjadi seorang gadis egois yang angkuh dan suka seenaknya sendiri. Jika Sakura mau, dia bisa melakukan apa saja dan itu membuatnya merinding.
'Kami-sama, kumohon datangkanlah seseorang yang bisa mengubah sikap buruk Sakura!' do'a Ino dalam hati.
Ino tentu ingin Sakura bisa menjadi pribadi yang lebih baik agar sahabatnya itu punya banyak teman. Sakura benar-benar tidak punya banyak teman karena sikap angkuhnya itu, bahkan di sekolah mereka pun banyak sekali murid-murid yang tidak menyukai Sakura dan sering membicarakan keburukkan Sakura di belakang mereka. Sebagai sahabat baik Sakura, ia benar-benar merasa prihatin akan hal itu.
Sakura membuka pintu itu—lebih tepatnya menendang pintu itu dengan kasar. Ino sudah menahan napas, ia pikir perhatian puteri Namikaze itu akan teralihkan dan keributan akan segera terjadi tetapi ternyata perhatian puteri Namikaze itu tidak sedikit pun teralihkan karena dia sedang fokus mendengar seorang anak laki-laki yang sepertinya seumuran dengannya dan Sakura bernyanyi dengan penuh penghayatan. Ia dan Sakura sendiri malah jadi terhipnotis dengan penampilan cowok itu. Entah kenapa Ino merasa lagu yang dibawakan oleh cowok berambut pirang dan bermata blue sapphire tersebut mencerminkan karakter orang itu sendiri.
.
.
Tokei no hari ga urusai n da
(The clock's hand is noisy)
Yugamidasu… gozen 0 ji ni
(And begins banding toward 0 a.m)
.
Kagami no oku ni hisomu yami no
Ashioto ga kikoesou na ki ga shite
(I feel like I can hear the footsteps of the darkness that lurks in the inner part of the mirror)
Shoumetsu shita hazu... kodoku no haheu
Itsu no ma nika me no mae wo fusagi azawaratteiru no sa
(Before I knew it a fragment of loneliness that was supposed to be extinguished, close up before my eyes and sneers at me)
.
Ushinau mo no nante nanimo nai to omotteta
Kodoku ni mo… nareta itsumori de
(Things to lose, I thought I had none of those)
Kimi ga ore no koto hitsuyou o to suru no naraba
Kimi no koto kesshite hitori ni shinai
(I was going to get accustomed to loneliness, but if I'm necessary to you… then I definitely never leave you alone)
I swear to you
Forever close to you
.
Utsuro na hibi ibitsu na egao
Namida sae… nagasezu ni ita
(Every day was blank, and in my warped smiling face there were even tears that stayed there unshed)
Sonna ore ni kimi wa tsubuyaku
"naku koto wa, hazukashii koto ja nai"
(When I was like that, you murmured to me, "Crying isn't something to be ashamed of")
.
Jibun no koto wo… somatsu ni shite
Nani wo mamotteta itsumori? Ore ha mayoi no mori no pierrot
(By turning myself into something so humble)
(What did I thing I was protecting? I'm a clown lost in forest of confusion)
.
"Shinjiru mono nante doko ni mo nai" to itte wa
Kimi no koto kizutsuketeta ne
(When I told you, "there are no things to believe in anywhere")
(I hurt you, didn't I?)
Kawaranai mono ga aru koto oshiete kureta
Kimi no koto… mamori tsuzukete yuku n da
(I will keep on protecting you who showed me that there are things that stay unchanged)
.
Me wo sorashite… mimi fusai de
Yume no naka wo hashitteta
(Averting my eyes, plugging my ears… I was running inside a dream)
Ore ga koko ni ikiru… riyuu ga hoshikute
(I wish for a reason to exist in this place)
.
"Aisaretai" nante negai sae kizukanai de
Kodoku ni mo nareta tsumori de
("I want to be loved," I didn't even notice I had such a wish)
Kimi ga ore no koto… hitsuyou o to suru no naraba
Kimi no koto… mamori tsuzukete yuku n da
(I was going to get accustomed to loneliness, but If I necessary to you… then I will keep on protecting you)
I swear to you
Forever close to you
.
.
Saat cowok itu mengakhiri lagu yang ia nyanyikan, Ino kembali mengalihkan pandangannya pada Sakura dan ia bersumpah ia tidak sedang bermimpi, sahabatnya Sakura meneteskan air mata. Ino tidak pernah melihat sahabatnya ini menangis di depannya sebelumnya karena Sakura selalu berkata kalau menangis itu adalah hal yang memalukan… tapi sekarang Sakura menangis hanya karena melihat dan mendengar cowok itu bernyanyi dengan penuh perasaan?
Ino mengalihkan pandangannya pada cowok itu yang kini tampak menunduk sedih, tangannya yang sejak tadi memegang microphone sudah ia turunkan… nampaknya cowok itu benar-benar bernyanyi dari hati sampai akhirnya lagu tersebut mempengaruhi emosinya sendiri. Dan di layar datar yang sejak tadi menampilkan lirik lagu tersebut kini muncul gambar animasi yang menampilkan point seratus.
'Hebat! Dia mendapatkan nilai yang sempurna tapi ada apa dengan ekspresinya?' Ino bertanya-tanya dalam hati.
Bagi Ino, setiap lagu itu menceritakan sejarah dalam kehidupanmu; selalu ada sejarah pribadi yang tersembunyi di dalamnya. Akan selalu ada sebuah lagu yang bisa menceritakan secara spesifik pada setiap peristiwa di dalam hidupmu. Itulah yang menarik dari music—setiap orang memiliki soundtrack kehidupannya sendiri… sebagaimana ada lagu yang paling ia sukai. Lagu yang mengingatkannya pada seseorang yang ia kenal. Lagu berjudul Back to You yang pernah dibawakan oleh John Meyer.
'Shikamaru… aku selalu ingin kembali kepadamu. Aku mencoba menjauh tetapi sepertinya itu sudah terlambat. Shikamaru aku sebenarnya masih mencintaimu.'
"Jadi onee-chan, apakah aku ini penting bagi kalian?" cowok itu mulai berbicara sambil menatap mata lawan bicaranya. Ia terlihat begitu serius menanyakan pertanyaan tersebut.
Menurut Ino puteri Namikaze Minato itu sangat cantik. Ia memiliki rambut pirang keemesan —sama seperti cowok itu— dan iris matanya berwarna light brown. Kulitnya putih seperti salju dan postur tubuhnya tinggi semampai. Ia yakin banyak sekali lelaki di luar sana yang menyukai gadis ini. Gaya rambutnya juga tampak imut—Twin ribbon bao yellow.
Ino merasa tidak enak juga karena sepertinya kedua orang itu masih belum menyadari keberadaannya dan Sakura sampai sekarang. Ino pun menarik Sakura menjauh dari pintu dan kembali menutup pintu tersebut dengan pelan. Walau bagaimana pun, ia tidak ingin mencampuri urusan orang lain tetapi tetap saja perkataan cowok tersebut masih terdengar olehnya dan mungkin oleh Sakura juga dari balik pintu.
"Jika bagi kalian aku ini sama sekali tidak penting maka aku akan menghilang selamanya toh hidup ini singkat… Itu tak masalah, aku pasti bisa melewatinya."
"Bagiku kau sangat penting. Kau tetaplah adikku tapi tidak bagi ayah dan juga ibuku. Aku tahu dengan pasti kalau mereka tidak menginginkanmu dan bukankah kau sudah mendengarnya sendiri dari ayah? Naruto, sungguh aku ingin kau tetap di dekatku! Jadi kumohon jangan pindah rumah!"
"Jika Otou-san tidak pernah menginginkanku, mengapa ia harus menjalin hubungan gelap dengan ibuku dan mengapa aku dilahirkan ke dunia ini? Padahal Tou-san sendiri yang bilang bahwa akan jauh lebih baik jika aku tidak pernah dilahirkan!"
Ino membekap mulutnya dengan telapak tangan. Rupanya begitu, jadi anak yang bernama Naruto itu adalah putera dari wanita simpanan Minato Namikaze? Pantas saja, ia tidak pernah dengar kalau Minato Namikaze memiliki seorang putera.
"Jadi anak yang tadi itu adalah putera selingkuhan Minato Namikaze-san?" tanya Sakura.
"Sakura, kurasa sebaiknya kita pergi dari sini!" saran Ino tapi sahabatnya itu malah tersenyum.
"Interesting! Ino-buta, kurasa aku menyukainya!"
"NANI?" kaget Ino.
"Suaranya saat menyanyi benar-benar menggetarkan hatiku. Kurasa aku sudah terpesona olehnya. Ino sepertinya aku jatuh cinta lagi!"
"EH? Kau sudah gila, Sakura!" kata Ino. Ia pun menarik Sakura menjauh dari ruangan itu sebelum mereka berdua menyadari keberadaannya dan Sakura.
.
.
.
Ino menggelengkan kepalanya untuk yang kesekian kalinya, "Aku benar-benar tidak habis pikir dengan Sakura. Bagaimana bisa dia jatuh cinta pada anak yang bernama Naruto itu? Kalau orang-orang sampai tahu bisa jadi scandal. Anak itu sepertinya benar-benar sudah gila…"
"Hah? Siapa yang gila, Ino-Nee?" kata seorang anak kecil yang tiba-tiba saja sudah duduk disampingnya dan menatapnya kepo.
"Leo-kun? Kenapa kau bekeliaran disini? Para suster bisa bingung mencarimu!" kata Ino.
Hari ini sepulang sekolah Ino memang sedang berada di taman belakang rumah sakit, kebetulan Kepala sekaligus pemilik rumah sakit ini adalah ayahnya, jadi ia sering datang kesini walaupun hanya untuk sekedar bermain. Ayahnya adalah seorang dokter spesialis penyakit dalam sedangkan ibunya adalah seorang dokter kandungan. Suatu saat nanti ia sendiri juga ingin menjadi seorang dokter. Sejak kecil menjadi seorang dokter adalah cita-citanya. Bedanya ia ingin menjadi seorang dokter psikiater makanya setelah lulus SMA dan lulus test masuk universitas nanti, ia berencana akan mengambil jurusan psikologi. Memang itu masih satu tahun lebih dari sekarang tapi Ino benar-benar sudah merencanakannya.
"Aku kan penasaran, siapa yang sudah bikin Ino-Nee bingung pagi-pagi begini?" kata Leo pula.
"Ah, bukan siapa-siapa. Ayo kita kembali ke kamarmu saja!"
Saat Ino sedang berjalan di koridor sambil menggendong Leo, Ino melihat seseorang tengah meninju tembok penuh emosi. Ino sendiri sampai terkejut karena tembok tersebut sampai retak. Ia yakin orang itu pasti sedang sangat marah tapi yang lebih membuatnya terkejut lagi adalah orang itu ialah seseorang yang sangat ia kenal. Seseorang yang sangat istimewa baginya.
"Ino-Nee, apa kakak itu sudah gila?" tanya Leo terlihat sedikit ketakutan.
"Leo-kun jangan takut toh itu bukan urusan kita. Ayo kita pergi saja!" kata Ino. Sebenarnya ia peduli apalagi orang itu adalah orang yang selama ini mengisi salah satu bab dalam kehidupannya. Ia ingin sekali menghampiri orang itu dan menanyakan banyak hal tetapi niat itu ia urungkan karena ia yakin orang itu pasti akan mengacuhkannya lagi.
oooOOPaintMyLoveOOooo
.
.
.
Ini pertama kalinya Sakura pergi ke atap sekolah. Hari ini ia ingin melukis sesuatu di sana. Ia memang sangat menyukai music tetapi sebenarnya hobinya adalah melukis. Saat Sakura masih berpikir untuk melukis apa, ia melihat seseorang tengah berbaring sambil memandangi langit, tidak jauh dari tempatnya berdiri. Sakura tentu saja terkejut, ia tidak pernah tahu kalau orang yang ia lihat di tempat karoeke beberapa hari yang lalu itu ternyata juga bersekolah disini. Ia tidak pernah melihat orang itu di sekolah. Mungkinkah setiap hari orang ini hanya menghabiskan waktu istirahatnya di atap sekolah sampai ia tidak pernah melihatnya atau ia sendiri yang kelewat cuek hingga tak pernah menyadari keberadaannya meskipun sebenarnya dia sangat dekat.
Sakura terpaku melihat pemandangan di depannya. Rambut emas yang tertiup angin seakan menyinari kegelapan di dalam hatinya dengan cahaya. Dan mata birunya yang indah bagaikan api biru dari waktu yang menerangi semangat yang membara dan menerobos bagaikan kilatan petir. Bodoh sekali ia —kenapa ia tidak pernah menyadari bahwa ada pemandangan indah yang layak ia abadikan di atas canvas-nya. Sakura tersenyum dan mulai menggambar orang itu di buku sketsanya. Kalau tidak salah namanya adalah Naruto. Sebelumnya ia tidak pernah merasakan perasaan seperti ini setiap kali ia melukis sesuatu tetapi hari ini ia merasa hatinya bergemuruh dan tubuhnya terasa melayang. Mungkinkah ini adalah perasaan yang disebut dengan kesenangan. Mungkinkah ia merasa senang karena bisa bertemu dengannya lagi.
'Ya, pasti begitu. Aku senang bisa berjumpa dengannya lagi.' pikir Sakura.
Setelah menyelesaikan gambar sketsanya, Sakura pun memutuskan untuk kembali ke kelasnya karena bel masuk baru saja berbunyi. Tidak hanya Sakura, Naruto pun mulai beranjak dari posisi berbaringnya dan berdiri kemudian mulai berjalan menuju kelas.
'Kenapa hari ini aku merasa ada seseorang yang menemaniku disini, ya?' pikir Naruto sambil memperhatikan sekelilingnya. 'Apa hanya perasaanku? Imajinasi yang tidak nyata!' lanjutnya.
Sejak saat itu, Sakura jadi sering pergi ke atap sekolah untuk sekedar melukis sosoknya. Tanpa ia sadari buku sketsanya sudah dipenuhi oleh gambar sketsa Naruto dalam berbagai pose. Ada yang tengah berdiri sambil memperhatikan pemandangan di bawah sana, ada yang tengah tertidur lelap, ada yang sedang menyantap bentou-nya, ada yang sedang menguap, membaca komik, dan ada juga yang sedang bermain gitar sambil bernyanyi atau sedang memunggunginya sambil merentangkan kedua tangannya untuk merasakan hembusan angin. Dan ada pula yang tengah tersenyum sambil memperhatikan seekor burung kecil yang bertengger di jarinya. Hebatnya, Sakura berhasil melukis semua itu diam-diam. Entah Naruto yang tidak peka sampai tidak pernah menyadari keberadaannya atau berkat dirinya sendiri yang terlalu pandai bersembunyi, Sakura tidak tahu.
.
.
.
Arloji di tangannya baru menunjukkan pukul 7 pagi dan pelajaran pertama baru akan dimulai setengah jam lagi. Kenapa pagi-pagi begini Sakura sudah berada di sekolah tidak seperti biasanya? Itu karena Sakura ingin tahu, apa jam segini Naruto sudah datang ke sekolah. Sakura naik ke atap sekolah, hari ini pun Sakura berencana untuk melukisnya lagi tetapi ia merasa ada yang aneh dengan cowok itu. Naruto memang sudah ada di atap tetapi berbeda dengan hari-hari sebelumnya, hari ini muka Naruto terlihat pucat dan dia tampak lemas dan tidak bersemangat. Dia hanya duduk disana sambil bersandar pada tembok seraya memperhatikan kedua telapak tangannya. Gitar yang sering dibawanya pun hanya dibiarkan menganggur. Sakura yang merasa cemas akhirnya keluar dari persembunyiannya dan memutuskan untuk menghampiri Naruto. Setelah jarak mereka cukup dekat, Sakura pun menyapanya.
"Hey, maaf aku mengganggu! Namaku Haruno Sakura!" kata Sakura memperkenalkan diri. Cowok itu menoleh padanya dan tersenyum.
"Oh, Haruno, ya? Yang sering dibicarakan hampir semua siswa/siswi di sekolah ini?" tanyanya yang dijawab Sakura dengan gumaman, "Hmm…"
"Kau begitu terkenal di sekolah ini. Ada banyak diantara mereka yang menyukaimu dan ada pula yang—"
"Membenciku. Yah, aku sudah tahu." potong Sakura.
"Menurutku mereka bukannya membencimu tapi ingin berteman denganmu."
"Hah? Itu tidak mungkin!"
"Namaku Uzumaki Naruto. Apa yang sedang kau lakukan disini, Haruno-san?"
"Etto… aku kesini untuk menghirup udara segar dan kebetulan aku melihatmu. Dan tolong jangan panggil Haruno-san, panggil saja aku Sakura!"
"Baiklah, Sakura-chan."
"Ano… apa kau sakit? Wajahmu terlihat pucat!"
"Oh tidak, aku hanya sedikit kesal karena tidak bisa bermain gitar hari ini."
"Kenapa?"
"Tiba-tiba saja tadi tanganku tidak bisa digerakkan tapi sekarang sudah tidak apa-apa."
"Sungguh?"
"Ha'i! Lihat, aku bisa menggerakkannya bukan?" kata Naruto sambil mengepalkan tangan kanannya.
"—tapi kau terlihat tidak sehat. Mau kuantar ke ruang kesehatan?" kata Sakura pula.
"Tidak usah! Kurasa aku hanya kelelahan setelah selesai latihan dan kepalaku sedikit pusing."
"Latihan apa pagi-pagi begini? Apa kau ikut klub sekolah?"
"Ya, aku ikut klub karate."
"Oh, karate ya?"
"Kalau Sakura-chan ikut kegiatan klub apa di sekolah ini?"
"Aku ikut klub seni rupa."
"Kalau begitu berarti Sakura-chan pandai melukis? Siapa yang sering kau lukis? Apakah aku?" tanya Naruto sambil tersenyum jahil.
Saat itu juga pipi Sakura langsung memerah dan jantungnya terasa berdebar-debar seperti seseorang yang ketangkap basah saat sedang melakukan kesalahan. Ia benar-benar merasa sangat malu. Apakah Naruto sudah tahu kalau selama ini ia sering melukisnya diam-diam.
"Aku… aku… ano..." kata Sakura salah tingkah.
"Hahaha… becanda! Lagipula mana mungkin kau melukisku! Untuk apa?"
'Fuh! Kupikir dia beneran tahu!' pikir Sakura mulai tenang kembali.
"Apa kau sering menghabiskan waktumu di sini?" tanya Sakura pula.
"Ya, setiap hari aku pasti kesini. Sakura-chan sendiri… apa sering kesini?"
"Tidak juga. Aku hanya datang kesini saat aku ingin."
"Belakangan ini aku merasa ada seseorang yang menemaniku di sini tetapi aku tidak pernah melihat sosoknya. Kurasa itu hanya perasaanku saja."
'Dasar, kau memang tidak peka! Atau aku yang terlalu pintar bersembunyi?'
"Oh ya, Sakura-chan! Apa kau suka musik?"
"Tentu!"
"Kalau begitu bagaimana kalau bernyanyi? Aku ingin tahu sebagus apa suaramu!"
"Bernyanyi? Lagu apa yang harus kunyanyikan?"
"Kau bisa menyanyikan sebuah lagu yang mencerminkan karaktermu atau lagu yang paling kau sukai."
"Karakterku?"
"Ha'i! Bagaimana? Apa kau mau?"
"Baiklah…" kata Sakura yang mulai menyanyikan lagu berjudul 'Kinjirareta Asobi' dengan suara yang lembut.
.
Kinjirareta Asobi wa futari no himitsu
Utsuro kisetsu ni hagureteshimatta heya
(This forbidden play is a secret between the two of us, in this room untouched by the passing seasons)
"Nakanaide" anata wa itta
Nanoni watashi wo hitoribocchi ni shita
(You told me, "Don't Cry." And yet, you left me by myself)
.
Azayaka na tsuki no yo ni umareru chou ha
Nureta hane wo hiroge Waltz wo odoru deshou?
Aa… anata wa doko deshou
(the butterflies born on nights with a clear moon will spread their wet wings and dance waltz, won't they?)
(I wonder, where are you)
.
Mayoi tsuzukereba ii kohitsujitachi yo
Yurushi no hikari ha nanimo sukuwanai wa
(You can keep on wandering in vain, little lambs)
(the light of forgiveness won't save anything)
"Ikanaide" watashi wa itta
Nanoni anata wa hitoribocchi de ita
(I told you, "Don't go." And yet, you left by yourself)
.
Tsumetai garasu no mado hitai wo tsukete
Itoshii anata no otozure wo matteru… sou matteru no…
(I rest my forehead against the cold glass of the window)
Wasuretakunai wasuretai
Tadatada shizuka ni nemuri tsuzuketai
(And wait for your visit, my beloved. Yes, I'll be waiting…)
(I don't want to forget. I want to forget)
.
Watashi ga umereta imi dareka oshiete
Nureta mabuta ni ha anata ga ukabu dake
Aa… watashi wa dare deshou
Nee… watashi wa dare deshou?
(All I want is to keep on sleeping in peace)
(someone tell me the reason why I was born)
(only your memory flashes across my wet eyelids)
(I wonder, who am I?)
.
Naruto tersenyum pahit. Ia meminta Sakura untuk menyanyikan sebuah lagu yang mencerminkan karakternya atau lagu yang ia sukai. Dan dari pertanyaan Sakura tadi, ia tahu bahwa lagu ini sepertinya adalah cerminan dari hati seorang Haruno Sakura. Ia pun menyadari satu hal… nampaknya Sakura sama seperti dirinya. Dia adalah seorang gadis kesepian yang juga tidak tahu mengapa dia dilahirkan dan dia juga ingin tahu siapa dirinya sebenarnya.
"Kau mirip denganku…"
"Eh? Maksudmu?" tanya Sakura bingung.
"Iie. Nande mo nai!" jawab Naruto yang kemudian tersenyum.
"Kau orang aneh!" kata Sakura sambil duduk disamping Naruto.
"Apakah itu sebuah pujian?"
"Baka! Tentu saja itu bukan pujian!" sahut Sakura yang hanya dijawab Naruto dengan tawa.
"Kenapa kau tertawa? Memangnya ada yang lucu?" tanya Sakura sambil merengut kesal.
"Kau yang lucu!"
"Memangnya aku kucing?"
"Hahaha… Sakura-chan, ternyata kau tidak seperti yang orang-orang itu katakan. Menurutku Sakura-chan adalah orang yang menyenangkan."
Sakura langsung blushing mendengar pujian Naruto itu. Selain Ino, tidak pernah ada seorangpun yang menganggapnya orang yang menyenangkan… tetapi kini ada orang lain selain Ino. Ia jadi semakin ingin mengenal Naruto dan menjadi orang yang paling dekat dengannya.
"Boleh kupanggil kau Na-naruto saja?"
"Kau boleh memanggilku sesukamu."
"Etto… Naruto apa arti musik bagimu?"
"Musik ya? Bagiku musik itu adalah hidupku. Musik menyahut untukku… melawan ketidakadilan yang kuhadapi. Aku diselamatkan olehnya. Sejak itu aku mulai berlatih gitar dan bernyanyi dan terkadang menciptakan lagu-lagu. Saat aku hidup dalam kehampaan aku mulai bernyanyi."
"Nampaknya kau sangat menyukai musik?" tanya Sakura. Ia bisa sedikit mengerti apa yang dikatakan Naruto karena insiden di tempat karoeke tempo hari.
"Ya, aku sangat suka musik!"
"Sejak kapan kau menyukai musik?" tanya Sakura lagi.
"Saat aku ingin melarikan diri dari masalah yang kuhadapi tiba-tiba saja aku teringat, Ruka-Nee pernah bilang kalau dia suka music indie dan band indie favoritnya adalah band indie asal Korea— . Aku jadi penasaran karena Ruka-Nee sering sekali menceritakan tentang mereka dan hari itu aku mulai mendengarkan lagu mereka yang berjudul 'Oetoria/I'm Alone.' Dan sungguh Sakura-chan, sejak itu aku langsung jatuh hati pada music. Aku suka warna vocal Jeong Yong Hwa dan mulai menyukai lagu-lagu mereka. Harapanku adalah suatu saat nanti aku ingin bisa seperti mereka."
"Aku setuju denganmu! Suara Yong Hwa oppa memang bagus, bukan berarti aku tidak menyukai suara Jong Hyun oppa. Suara Jong Hyun oppa juga bagus hanya saja menurutku Yong Hwa oppa jauh lebih tampan dan dia sangat mempesona saat sedang memainkan gitar. Kau tahu kenapa? Karena sebenarnya aku ini fans beratnya!" sambung Sakura terlihat sangat antusias.
Naruto merasa senang karena hari ini ia bisa melihat sisi lain dari seorang Haruno Sakura. Gadis yang selama ini diam-diam ia sukai.
"Waa! Aku tidak menyangka!"
"Kakakmu itu fans-nya siapa?" tanya Sakura lagi.
"Sama sepertimu…"
"Ha! Jadi dia adalah sainganku?"
"Lalu apa arti musik bagi Sakura-chan?"
"Musik memiliki kesenangan tersendiri dalam hidupku. Yah, musik adalah hiburan untukku! Setiap kali aku mendengarkan musik… rasanya semua masalahku seperti terbang. Vokalnya menyahut di luar kemampuanku. Bernyanyi untukku."
'Sakura-chan benar-benar mirip denganku.'
"Oh ya, Naruto! Apa kau bisa bermain piano?"
"Ya, aku bisa bermain piano tetapi aku lebih suka bermain gitar. Mendiang ibuku adalah seorang pianis terkenal. Saat aku masih kecil, ibuku sering mengajariku bermain piano. Dia bilang sepertinya aku mewarisi bakatnya karena aku bisa belajar dengan cepat."
"Jadi ibumu sudah— gomennasai… aku tidak bermaksud mengingatkanmu padanya!" kata Sakura terlihat sangat menyesal tetapi Naruto hanya tertawa kecil.
"Sakura-chan, kau tidak perlu merasa bersalah seperti itu!"
"Gomen, kalau aku boleh tahu… sejak kapan ibumu meninggal?"
"Sepuluh tahun yang lalu. Itu sudah lama sekali tetapi entah kenapa aku masih bisa begitu mengingat wajahnya? Dia wanita yang sangat cantik dan langit senja selalu mengingatkanku padanya..."
"Langit senja? Apa ibumu meninggal di sore hari?"
"Bukan! Ibuku memiliki iris mata keunguan dan rambutnya berwarna merah."
"Oh begitu? Memang seperti langit senja sih! Saat itu usiamu baru berapa tahun?"
"Tujuh tahun."
"Oh, ternyata kita seumuran."
Selanjutnya percakapan mereka terus mengalir dengan ringan. Terkadang diselingi oleh tawa dan candaan. Membuat mereka saling mengenal lebih dekat hingga akhirnya membuat mereka menjalin sebuah persahabatan yang manis
.
.
.
Malam ini seperti malam-malam sebelumnya. Ia tidak pernah bisa merasakan ketenangan setiap kali orang tuanya berada di rumah. Mereka selalu saja berkelahi dan rasanya ia ingin sekali menghindar dari semua itu, tapi dalam semua keributan itu seperti biasanya, ia hanya bisa duduk dipojok sambil menutup telinga. Sejak dulu ia mulai menutup diri karena ia tidak punya tempat lain untuk dituju. Walau bagaimanapun ibunya sudah tidak ada lagi di dunia ini. Saat keadaan di rumah mericuh, ia mulai menutup telinga dengan headphone dan melarikan diri ke dalam dunia music. Rasanya semua masalahnya seperti terbang. Vokalnya menyahut diluar kemampuannya. Bernyanyi untuknya. Ia mulai berpikir bahwa apa yang dipercayai orang kebanyakan itu salah. Mereka yang disalahkanlah yang benar. Hanya orang kesepian seperti dirinyalah yang berjiwa manusia. Dengan music ia bisa melupakan semua masalahnya. Dengan music ia tidak perlu mendengar kebisingan karena pertengkaran kedua orang tuanya lagi. Rasanya ia ingin sekali meninggalkan rumah itu dan hidup untuk music. Tetapi ia sadar, dia masihlah seorang anak SMA. Jika ingin melakukan semua itu ia harus bekerja keras untuk mengumpulkan uang agar bisa mencukupi kebutuhan hidup. Sebenarnya ia ingin sekali berhenti sekolah dan focus bekerja tetapi ia sudah terlanjur berjanji pada mendiang ibunya untuk terus sekolah hingga mencapai pendidikan tertinggi.
Akhirnya ia memutuskan untuk melarikan diri ke dalam dunia musik lagi. Saat ini, ia berada di sebuah café dan di depan panggung itu ia bisa melihat sosok sahabatnya tengah bernyanyi… tetapi ia merasa heran, tidak biasanya sahabatnya itu menyanyikan lagu seperti ini. Lagu ini seperti ditujukan untuk orang lain tetapi entah kenapa ia merasa itu tidak benar. Sahabatnya itu seakan tengah menyembunyikan sesuatu darinya. Ia juga bisa melihat tangan kanan sahabatnya itu diperban, entah terluka karena apa.
.
Gogo no hikari Madoromu omae no yukogao
(Afternoon light shines on your sleeping face)
Nani wo kakushi Nani wo mamarou to shiterunda?
(What are you hiding? What are you trying to protect)
Wasurenai sa Shinjirumono wo Nakushita
(I won't forget, I've lost thing I believe in)
Ore no kokoro wo toki hogusu Itoshii hohoemi
(That beloved smile which soothes my heart)
.
Itsudatte Omae ga nozomu
Anzoku wa tooku Dekuchi no nai Meiro na you
(The rest you wish for, is always just a maze with no way out)
(You don't know how to rely on others. You just hide behind kindness)
Amaeru koto wo shiranaide Yasashisa de kakushita
Sono namida wo Nuguu tame ni Ore no te ga aru no ni
(Even though my hands are right here to wipe away your tears)
Omae wo kizutsukeru mono subete Yurushi wa shinainosa
(I won't forgive anything that hurts you)
Ore wo zutto omae dake no tame ni Iketerunda
(I will forever live just for you)
.
Tooku hibiku Kasureta omae no tame iki
(Your tired sigh is resounding far away)
Nani wo Nakushi? Nani kara nogare you to shiteru?
(What have you lost? What are you running away from?)
Oshietekure Omae no tame ni dekiru koto
Utagau koto ni narenaide rashiku ikite hoshii
(Please tell me what can I do for you)
Itsu no hi ga Omae ga tsuketa
Ore no mune no kizu Soresae tada itoshikute
(Don't become distrustful, I want you to stay yourself)
(One day even that scar you left on my chest will only be beloved)
.
Negaukoto sae akiramete Shiawase to iu no ka?
(Are you saying that being happy means giving up even your whishes?"
Sono egao Tsukurowazu ni Sunao ni nareba ii
Kanjiru… omae no Tookoku ga ore wo kiri saku no sa
Ore wa zutto nani mo kawaranaide matteru kara
(Your smile should just become honest, don't try to fix it)
(Your sorrowful cry breaks me into pieces because I will always stay the same and wait for you)
.
"Daijoubu da." to omaega iu tabi ni
Ore no kokoro wa…
(Whenever you said "it would be okay" my heart was…)
Moshimo omaega nozomu nara Taiyou sae kowasou
(If you want to, we can even destroy the sun itself
Sono yume ga kanau no nara Ore wa nandemo shiyou
(If that dream can come true, I shall do anything)
Omae wo Kizutsukeru mono subete Yurushi wa shinai no sa
(I won't forgive anything that hurts you)
Ore wa zutto omae dake wo mamori tsuzukerunda
(I will forever continue protecting you)
.
.
Setelah sahabatnya menyanyikan lagu tersebut. Ia pun melambaikan tangannya. Memberi isyarat agar sahabatnya itu turun dan menghampirinya. Kini mereka berdua duduk berhadapan di salah satu tempat duduk yang masih kosong.
"Yo! Nara Shikamaru! Lagu yang kau nyanyikan itu kau tujukan untuk orang lain atau untuk dirimu sendiri?"
"Apa maksudmu Naruto?" tanya cowok yang bernama Shikamaru itu dengan ekspresi malas.
"Kau menyembunyikan sesuatu dari sahabatmu ini ya?"
"Maksudmu?"
"Kau tidak masuk sekolah selama dua minggu! Pergi ke mana saja kau?"
"Aku tidak pergi ke mana-mana. Aku hanya harus berdiam diri di suatu tempat dalam waktu yang cukup lama."
"Kau sakit, ya?"
"Kenapa kau berpikir aku sakit?"
"Ya, itu karena kau tidak masuk sekolah selama dua minggu dan sekarang kau menyanyikan lagu yang tidak biasanya kau nyanyikan. Wajahmu juga terlihat agak pucat."
"Mendokusai na… kau ini bicara apa sebenarnya?"
"Kalau begitu, apa kau sedang ada masalah? Tidak! Aku yakin kau pasti sakit!"
"Mendokusai! Apa kau sedang menyelidikiku sekarang?"
"Beberapa bulan yang lalu kau putus dengan Yamanaka-san tanpa alasan yang jelas, padahal aku tahu kau sangat mencintainya. Jelas-jelas aku sering melihat kalian bermesra-mesraan… aku yakin pasti ada sesuatu yang kau sembunyikan."
"Aku tidak menyembunyikan apapun! Jadi kau jangan bertingkah seperti seorang detective!" tegas Shikamaru.
"Jangan-jangan kau sakit kanker paru-paru?"
"Sampai kapan kau mau bicara sembarangan?"
"Itu bisa saja terjadi. Kau sahabatku. Aku mengenalmu dengan baik. Kau adalah anak broken home dan kau suka sekali merokok padahal kau masih remaja… jadi hal seperti itu bisa saja terjadi!"
'Si bodoh ini! Kenapa dia bisa tahu?'
"Jika kau benar-benar menganggapku sahabat harusnya kau terbuka padaku!"
"Kau sendiri juga tidak terbuka padaku!"
"Apa maksudmu? Kau tahu banyak hal soal aku! Kau tahu masa laluku dan kau juga tahu kenapa aku suka music? Apalagi yang tidak kau tahu tentang aku?"
"Jangan kau pikir aku tidak menyadarinya… masih ada satu hal yang kau sembunyikan dariku!"
"Baiklah, begini saja… aku janji akan menjawab apapun pertanyaanmu dengan syarat kau juga harus mengaku apa yang sebenarnya kau sembunyikan dariku, setuju?!"
"Cukup adil! Aku setuju!"
"Jadi kau kenapa sebenarnya?"
"Seperti yang kau bilang, aku sakit kanker paru-paru!" kata Shikamaru santai.
"APA? Jadi benar kau… astaga, Shikamaru padahal aku hanya menebak-nebak saja tadi!" sambung Naruto terlihat sangat kaget sekaligus khawatir.
"Mendokusai…" gumamnya, sudah ia duga pasti reaksi Naruto akan seperti ini.
Sebenarnya ia tidak ingin orang lain tahu karena ia tidak suka dikasihani atau melihat orang lain menjadi sedih karenanya tetapi mau bagaimana lagi, semuanya sudah terjadi… tidak ada gunannya lagi ia sembunyikan toh cepat atau lambat sahabatnya ini juga pasti akan tahu semuanya.
"Sejak kapan kau sakit, Shikamaru? Kenapa kau tidak pernah cerita padaku?"
"Entahlah aku sendiri tidak tahu. Aku benar-benar tidak menyadarinya karena selama ini kupikir aku hanya sakit asma biasa. Beberapa bulan yang lalu dokterku bilang kankerku sudah stadium lanjut dan itu benar-benar sangat mengejutkanku, makanya aku memutuskan hubunganku dengan Ino. Aku ingin dia menjauh dariku meskipun sebenarnya aku masih mencintainya sampai sekarang. Aku selalu merindukannya tetapi aku tidak pernah menghubunginya lagi apalagi sekarang kankerku sudah stadium tiga."
Naruto terlihat semakin kaget, jadi karena itu Shikamaru putus dengan kekasihnya. Ia memang tidak mengenal kekasih Shikamaru tetapi ia sering melihat mereka berdua mesra-mesraan di atap sekolah. Naruto tidak menyangka Shikamaru akhirnya bisa seterbuka ini padanya. Selama ini Shikamaru yang ia kenal adalah seorang yang cuek, pemalas, tetapi jenius.
"Jadi Yamanaka-san tidak pernah tahu mengenai penyakitmu?"
"Soalnya kalau dia sampai tahu pasti akan merepotkan. Aku benci melihat wanita menangis."
"Hmm…"
"Sekarang giliranku, apa yang kau sembunyikan dariku?"
"Ruka-Nee menyukaiku!" kata Naruto polos.
"Bukan itu yang ingin kutanyakan, baka! Tapi aku juga sedikit penasaran sih, jadi maksudmu kakakmu itu menyukaimu bukan sebagai seorang kakak terhadap adiknya?"
"Aku sendiri bingung, kenapa dia bisa menyukaiku? Biar bagaimana pun kami berdua adalah saudara satu ayah! Dia bahkan tidak menginjinkanku meninggalkan rumah padahal aku sudah berencana akan menyewa sebuah apartemen kecil. Setidaknya aku punya sedikit simpanan. Itu adalah uang yang berhasil aku kumpulkan sejak aku kerja part time di coffee shop milik Sai-senpai."
"Lalu bagaimana? Apa yang akan kau lakukan? Kau bilang dia sangat baik padamu!"
"Ya, di keluargaku dia adalah satu-satunya orang yang menganggapku penting. Kupikir dia menganggapku penting karena aku ini adalah adiknya tetapi ternyata bukan hanya karena alasan itu. Aku tidak tahu harus bagaimana Shikamaru! Aku pernah berjanji kalau aku akan selalu melindunginya dan tidak akan pernah meninggalkannya sendiri apalagi menyakitinya… padahal aku berjanji begitu karena dia adalah kakakku."
"Mendokusai…"
"Aku setuju denganmu!"
Naruto menjambak rambut jabriknya frustasi. Ia benar-benar bingung. Ia tidak tahu harus berbuat apa. Harusnya kakaknya tahu kalau hubungan seperti itu tidak boleh sampai terjadi. Ayah mereka dan juga orang yang sekarang ia panggil ibu (ibunya Namikaze Ruka) bisa semakin membencinya. Dan hal yang paling membuat Naruto frustasi adalah, ia mencintai orang lain. Ya, sejak dulu ia hanya mencintai gadis musim semi itu. Haruno Sakura.
Shikamaru hanya menghela napas. Ia sendiri juga tidak tahu harus berbuat apa untuk membantu Naruto. Tiba-tiba saja ia terbelalak kaget saat melihat seorang gadis yang sangat ia kenal berjalan menghampirinya. Bagaimana gadis itu bisa tahu kalau ia berada disini.
"Shika, ada yang ingin aku bicarakan denganmu! Bisa kita bicara?" tanya gadis itu dengan ekspresi yang sulit ia mengerti.
"Boleh saja, tapi hanya 5 menit dan kalau tidak mau tidak usah!" ketus Shikamaru.
"Lima menit katamu? Yang benar saja, aku butuh waktu lebih dari lima menit!" teriak gadis itu.
Naruto yang merasakan ketegangan sepertinya akan segera terjadi diantara keduanya akhirnya memilih untuk undur diri dari sana. "Shikamaru, kurasa sebaiknya aku pergi. Sampai jumpa besok!" pamitnya yang kemudian menjauh dari sana.
Gadis itu menatap Shikamaru dengan pandangan tajam. Gadis itu seperti sedang menahan emosinya. Kini Shikamaru bisa melihat mata gadis itu berkaca-kaca.
"Dari ekspresimu sepertinya kau ingin membicarakan hal yang serius?"
"Tentu saja, bodoh! Dasar rambut nanas!"
"—tapi Ino aku sibuk! Aku hanya akan memberimu lima menit!"
'PLAKK!'
Dengan kemarahan yang tergambar jelas di wajahnya, Ino menampar Shikamaru dengan keras. Napas Ino memburu pertanda kalau dia benar-benar sangat marah.
.
.
_TBC_
.
.
Yosh! Saya akan memberi tahu 3 judul lagu tadi:
I Swear to – Minagawa Junko
Kinjirareta Asobi – Kawasumi Ayako
Truth – Toriumi Kousuke
.
Seperti yang author bilang sebelumnya, tiga lagu tersebut adalah OST Pandora Hearts yang sebenarnya menggambarkan character Oz Vessalius, Alice Baskerville, dan Gilbert Nightray. Tiba-tiba saja author kepikiran bikin fict yang terinspirasi dari lagu-lagu tersebut dan juga Anime Angel Beat! Epi 3. Maka jadilah fict ini. Jadi maafkan Muki kalau pada ga suka sama ceritanya, ya… ^^
Minna, mind to review? Review please and No Flame! Arigatou gozaimasu. ^^
R
E
V
I
E
W
