Disclaimer: Naruto milik Masashi Kishimoto
Uzumaki Naruto diangkat menjadi seorang Hokage. Maka mau tak mau ia harus menerima semuanya. Keadaan ini membawanya mengenal Hinata. Dan beberapa waktu, Sasuke pun mempunyai rasa itu.
Warning…!
OOC, Canon Maksa, Gaje, Typo, EYD Kurang Lancar, dan kesalahan-kesalahan lainnya.
.
.
.
Lamaran Sasuke
.
.
.
LANGIT MALAM TERANG OLEH CAHAYA BULAN.
KANTOR HOKAGE, RAMAI AKAN KERUMUNAN ORANG.
LAKI-LAKI ITU BERJALAN KELUAR, MENJAUH DARI TEMPAT KERAMAIAN ITU.
IA MELANGKAH DENGAN GERAK PELAN.
BERHENTI, TEPAT DI DEPAN PINTU SETELAH PERJALANAN YANG TERASA PANJANG.
Wajahnya nampak lusuh dengan pakaian ninja yang juga kusut di sana sini. Mata hitamnya terasa lebih kelam dari biasanya. Ia membuka pintu pada rumah besar itu. Masih berdiri di sana memandang datar apa-apa yang ada di dalam rumahnya. Di dalam sana tidak ada yang menyapanya. Sepi. Hening. Bahkan sebuah kecoa yang biasanya ada di rumah yang lama ditinggal penghuninya tidak terlihat berkeliaran. Perabotan rumahan itu tertata rapi meski sedikit berdebu, perabotan-perabotan itu seolah memandanginya dengan sebuah pertanyaan.
Untuk apa dia kembali?
Membawa apa dia dari rantaunya?
Misi, tugas yang diberikan oleh sang Hokage telah usai. Satu bulan lalu ia meninggalkan rumah ini. Waktu yang cukup lama dari pada misi biasanya sudah ia lakukan dengan baik. Rasa lelah karena melakukannya, membuat dia nampak tidak baik seperti biasa. Meski ia tetap terlihat tampan malah. Dan tidak ada yang meragukan itu.
Namun memang ada yang membuatnya lebih tersiksa hari ini, di luar segala yang dia lalui selama sebulan. Yaitu tentang…
Jabatan Hokage.
Yaa, sebuah kata yang empat tahun lalu pernah ia utarakan pada perang ninja ke empat.
Waktu itu, ia sungguh-sungguh mengatakannya dengan niat baik. Ia ingin merubah sistem yang telah dibuat oleh Dunia Ninja selama ini. Bagaimana sebuah misi dijalankan, tugas pengawalan, mencari barang hilang, atau menjaga perbatasan.
Uchiha Sasuke sungguh benar-benar ingin mengubah semua itu.
Karena Hokage adalah seorang pemimpin. Dan pemimpin memiliki andil besar dalam mewujudkan suatu kedamaian pada segala lini.
Langkah kakinya berbalik menjauh setelah sebelumnya menutup pintu itu. Ia tengah membutuhkan sesuatu untuk menenangkan pikirannya. Dan ia berpikir bahwa menyusuri desa Konoha akan menjadi pengobat yang manjur. Ia melangkah dengan pelan namun terus tanpa berhenti, melewati rumah-rumah penduduk yang sepi karena penghuninya telah sedang bahagia dengan Hokage barunya.
Siapa lagi kalau bukan mantan rekan se-tim-nya saat Genin dulu. Uzumaki Naruto. Nama itu pastilah sudah terkenal di lima Negara besar. Dan tidak ada penolakan sama sekali dari para penduduk.
Sasuke memang sudah menduga-duga bahwa hal seperti ini bukan termasuk hal yang mengejutkan. Ketika sebulan lalu, sang Hokage ke-enam, Hatake Kakashi, atau bisa disebut juga Hokage sementara selama empat tahun, memerintahkannya untuk menjalankan sebuah misi ke suatu desa kecil yang cukup jauh dari Konoha dalam waktu selama satu bulan. Ia sudah merasakan firasat itu. Apalagi melihat ekspresi dari rekan pirang prianya yang seolah sedih. Ia tahu, bahwa ini akan terjadi.
Harusnya ia tidak perlu terburu-buru pulang. Harusnya ia pulang besok pagi sesuai jadwal. Paling tidak, ia tidak perlu meradang malam-malam.
Sudahlah, Sasuke, Naruto memang pantas menyandangnya.
Hirup, keluarkan, hirup, keluarkan.
Sasuke nampak mendesah antara lelah dan kecewa pada dirinya sendiri. Ia kini berada di salah satu rumah penduduk, tepat di atas atap. Akan ada yang terganggu bisa-bisa. Tapi, siapa peduli. Yang penting ia bisa melihat bulan bundar dari atas sini, sambil sesekali menikmati angin malam agar bersamaan dengan hembusannya, masalahnya akan terbawa angin, terbang menjauh, dan tidak kembali lagi.
Andai saja ia punya seseorang di sampingnya. Wanita yang bisa dia ajak mengobrol akan masalahnya ini. Ia pasti akan lega. Lagipula memang rumahnya selalu saja sepi tanpa seorang pun yang menyambutnya ketika pulang. Terlebih, ia juga butuh keturunan.
Apakah ia harus mulai mencari wanita?
Aaahh, sial! Kenapa ia berpikir soal itu saat ini. Kelihatannya, otaknya memang sedang mengalami sebuah konsleting. Mungkin sebaiknya, ia segera tidur.
Hampir, Sasuke hampir turun dari atap itu sebelum kedua netra kelamnya melihat seseorang tidak jauh dari sana, di atas atap itu, juga tengah memandang bulan purnama.
Ia seorang wanita?
.
.
.
[ TBC ]
