No Longer Prince
Summary:
Alibaba mungkin seorang pangeran di masa lalu. Tapi di mata Morgiana, dia akan selalu menjadi pahlawannya.
.
.
.
[Rentang waktu setelah Kasim mati dan Alibaba diungsikan ke Sindria]
Disclaimer: MAGI bukan milik saya.
Morgiana memiringkan kepalanya sembari memangku dagunya dengan sebelah tangan, fokus matanya tetap tertuju kepada lelaki bersurai kuning yang kini sedang mondar-mandir tak karuan di perpustakaan kerajaan Sindria.
Itu Alibaba.
Iya, yang sedang mondar-mandir gelisah itu namanya Alibaba Saluja, pangeran ke tiga dari kerajaan Balbadd—yang sekarang sudah tidak lagi menganut monarki. Berarti, Alibaba sudah bukan lagi pangeran.
Ia bukan siapa-siapa.
Morgiana mengerti sekali apa yang Alibaba resahkan. Ia tahu, Alibaba resah bukan karena kehilangan gelarnya sebagai pangeran. Melainkan, kehilangan wewenangnya sebagai pangeranlah yang membuat Alibaba resah.
Jika ia masih memiliki wewenang sebagai pangeran Balbadd, ia bisa mengatur ulang dan membangun kembali Balbadd menjadi negara republik yang benar. Ia bisa membuat negaranya menjadi lebih baik lagi.
Hanya saja, ia sendiri juga yang mengusulkan agar menghapuskan sistem monarki di Balbadd—meski itu ia lakukan agar kerajaan Kou kehilangan otoritasnya dan agar ia tidak perlu menjual seluruh rakyat Balbadd menjadi budak.
"Kau tidak perlu khawatir, Alibaba-kun," ujar Morgiana setelah diam mengamati Alibaba selama sepuluh menit.
Alibaba menoleh padanya. Kerutan di kening serta mimik wajah yang mengeras menandakan bahwa ia tak mengerti—atau mungkin marah dan tak setuju atas apa yang Morgiana ucapkan.
"Kau pikir aku bisa tenang saja setelah menelantarkan negriku?" Alibaba nyaris menangis, "Aku ini menyedihkan! Aku sudah bukan pangeran lagi hingga aku tak bisa ikut campur atas Balbadd."
"Kau tidak menelantarkan negrimu," gadis itu tersenyum dan melanjutkan, "bukankah Sinbad menyuruhmu pergi demi keselamatan negrimu sendiri? Kau sudah melakukan apa yang kau bisa."
"Kau masih bisa membantu Balbadd." Morgiana kembali menambahkan, tak lupa dengan senyum tipisnya.
Alibaba sempat kehilangan kata-katanya. Bukan karena kalimat menenangkan itu, melainkan senyuman semanis gula kapas yang Morgiana berikan. Senyuman yang membuatnya terdistruksi dari pikiran kalutnya.
"T-tapi, aku sudah bukan pangeran—"
"Lalu kenapa?"
Alibaba tak menjawab. Hingga akhirnya Morgiana menjadikan kesempatan ini untuk terus berbicara.
"Kau adalah pangeran ke tiga Balbadd! Mungkin benar, sekarang monarki di Balbadd dihapuskan dan kau bukan lagi pangeran. Tapi, lalu, kenapa? Kau tetap Alibaba Saluja dari Balbadd! Kau tetap bisa membantu negaramu dari belakang. Pangeran atau bukan, itu tidak masalah bagiku."
Kedua manik lelaki bersurai kuning itu mengilat penuh harapan mendengar pidato panjang Morgiana. Senyumnya yang lebar dan penuh harapan kini kembali bertengger di wajahnya. Matanya kembali memancarkan sorot keoptimisan.
"Kau benar, Mor." Alibaba memeluk Morgiana cepat—membuat Morgiana tercekat dan nyaris pingsan. "Aku benar-benar berterimakasih padamu!"
Alibaba pun berlari-lari kecil meninggalkan perpustakaan. Katanya, ia mencari Aladdin untuk mendiskusikan sesuatu.
Morgiana hanya bisa tersenyum melihat punggung lelaki itu yang kian menjauh.
.
.
.
.
Kau mungkin bukan lagi pangeran. Akan tetapi, pangeran atau bukan, kau tetaplah pahlawan bagi semua orang.
.
.
.
.
Bagi budak-budak yang kau bebaskan di kota Qishan dulu, bagi Balbadd, bagi Kasim, dan bagiku.
