My Prince(ss)
Rated: T
Cast : Tao, Kris, Chanyeol, Sehun, Kai, Suho, and others
Warning : Yaoi, TYPO ALWAYS
DON'T LIKE, DON'T READ
NO SIDERS
.
.
ENJOY~
.
"Kau tahu? Kali ini siswa yang masuk sekolah kita meningkat 40%, cukup banyak, rite?" Chanyeol membuka kaleng soda yang sedari tadi ia pegang, sembari menatap teman-temannya yang tampak bosan.
"Oh yeah? Kuharap salah satu dari mereka bisa menarik perhatianku," ujar Kai, menanggapi ucapan Chanyeol dan terus saja memainkan pulpen ditangannya. Sehun, mulai merasa terganggu dengan pembicaraan ini, kemudian mengambil jarak dan kembali membaca ensiklopedia.
"Kalian berisik," Kris mengambil bacaannya, mengikuti Sehun untuk mengambil jarak. Yah, hari ini Sean sonsaengnim tidak masuk, jadi mereka ditugaskan untuk membaca apapun yang berkaitan dengan pelajaran. Tidak seperti Suho yang hobi membaca buku harian adiknya.
Mereka berlima, Kris, Chanyeol, Sehun, Kai dan Suho merupakan sekawanan sejak kecil dan bisa dibilang masih cukup akrab, walaupun memiliki sifat yang bertolak belakang. Mereka masuk asrama khusus lelaki, oleh karena itu, ketertarikan terhadap lawan jenis sangat kurang sekali. Kecuali Kris dan Kai yang masih bisa dibilang cukup normal karena menyimpan majalah po*n dibawah ranjang tidur asrama mereka.
Kelimanya belum mempunyai kekasih walau telah berusia 17 tahun, dan yang paling terobsesi memiliki seorang kekasih tentu saja Kris. Ia tidak bisa membayangkan dirinya yang belum pernah berpacaran dalam 17 tahun dan itu merupakan sesuatu yang sangat sial baginya. Teman-temannya, sudah pernah memiliki pengalaman dalam hal memadu kasih, namun tidak ada yang bertahan lama kecuali Sehun. Pemuda pendiam itu cukup menyayangi kekasihnya walaupun seorang pria dan kakak kelasnya.
"Hei, Kris. Kudengar ada yang cukup sexy tahun ini, kau mau lihat?"
Kris mendongak, menatap Chanyeol yang baru saja bersuara, "Bodoh, bagaimana caramu keluar dari penjara kecil ini, hah?"-jujur saja, Kris merasa tertarik dengan penawaran sahabatnya.
"Sudahlah, ikuti saja aku," Chanyeol menghela napas sejenak, kemudian menghirup napas dalam-dalam, "AAA, AKU SUDAH TIDAK TAHAN! AKU HARUS KE TOILET SEKARANG!"-dan yang ia lakukan adalah bertingkah seperti seorang anak kecil dengan teriakan yang cukup melengking, kemudian memberikan kedipan sebagai sebuah isyarat kepada Kris.
"Oh, oh yeah, daritadi aku juga sudah tidak tahan. Aku ingin ketoilet sekarang," Kris, malah ikut-ikutan berbuat gaduh yang menarik perhatian. Penjaga perpustakaan yang kebetulan ketua kelas mereka, Ren menatapi keduanya dengan aneh. "Cepatlah. Sepuluh menit, okay?"
"Got it, Ren!" Kris dan Chanyeol segera melesat pergi.
.
.
.
"Wah, banyak sekali ..." Chanyeol bergumam kagum saat melihat barisan siswa baru yang sudah lulus test masuk sekolah. Mereka berdiri dengan rapi, mengantri untuk diberikan semacam kartu nama sebagai pengenalan kepada yang lain.
Mata elang Kris melihat kesana-kemari. Tidak ada yang istimewa sebenarnya, hanya sekumpulan beberapa pria yang tidak menarik, berpakaian sama sepertinya dan semuanya tampak tak modis.
"Hei, Kris! Ada satu disana yang cukup berkilau!" Chanyeol langsung menarik lengan Kris, menunjuk seorang pemuda yang hanya berdiam diri, menatapi kartu pengenalan dirinya. Kris, langsung melongo melihat pemuda tersebut. "Kau bilang itu menarik?"
"Ya! Coba kau lihat, dia itu cukup manis. Well, sepertinya ini hal yang bagus bagiku untuk memberikan pesona seorang kakak kelas," ujar Chanyeol berbangga diri.
Kris mendecih, "Jangan terlalu sombong, Park. Dan jangan sampai membuat dirimu seperti orang bodoh,"
"Tentu saja, man!"-Chanyeol melangkah meninggalkan Kris yang masih terdiam. Ia berjalan mendekati pemuda yang dimaksudkan, kemudian menggaruk kepalanya. Kris memperhatikan mereka dari jauh, lalu menatap lekat pemuda yang dimaksudkan oleh Chanyeol. Tatapan mengintimidasi, sepertinya.
Kris harus menarik ucapannya tadi. Pemuda yang disebutkan Chanyeol tadi tidak begitu buruk. Pemuda itu tinggi, kakinya panjang, rambutnya berwarna hitam pekat, matanya tajam dan terkesan tegas, bibir kecil yang berwarna plum. Yah, itu hampir mendekati tipe idaman Kris. Tapi, ayolah, haruskah seorang lelaki? Yang benar saja! Kris tidak mau menjadi seorang gay seperti Sehun, Chanyeol dan Suho.
"Hei!" Chanyeol berteriak menyapa pemuda yang sedang tertegun itu.
Pemuda itu, sedikit terkejut, kemudian menatap Chanyeol dan menyadari bahwa dihadapannya adalah kakak kelas. "Ah, ya, sunbae-nim," sahutnya.
Chanyeol tersenyum, menjulurkan tangannya kepada pemuda tersebut. "Park Chanyeol, kelas XI B,"
"Huang Zitao, kelas X A. Salam kenal, Chanyeol sunbae," pemuda itu, tersenyum dengan sangat lembut dan menyambut uluran tangan Chanyeol. Chanyeol, membuka mulutnya lebar. Oke, ini adalah jatuh cinta! Love at first sight!
Kris menepuk dahinya melihati tingkah Chanyeol yang sangat bodoh. Walaupun ia juga mengakui bahwa pemuda yang bernama Huang Zitao itu sangat manis. Dengan cepat ia berlari menyusul Chanyeol. "Park, c'mon! Ren sudah menunggu kita!" ia menarik lengan Chanyeol dan sontak jabatan tangannya dengan Zitao terlepas.
"Ah! Zitao! Aku menunggumu dikantin nanti!" teriak Chanyeol, menyempatkan diri melambaikan tangannya. Zitao, hanya tersenyum miring dan membalas lambaian tangan tersebut.
.
.
.
.
"Dia menakjubkan!" Chanyeol tidak berhenti berteriak gembira setelah bertemu dengan adik kelas barunya. Kai, yang merasa tertarik dengan teriak tak jelas Chanyeol, mulai bertanya. "Seperti apa anaknya?"
"Manis! Dia tinggi! Senyumnya lembut! Suaranya halus! Jari-jarinya lentik! Matanya indah! Oh tuhan! Aku terkena serangan jantung!" seruan Chanyeol membuat Sehun berdecak kesal.
Kai menyeringai, "Pemuda?"
"Memangnya ada siswa perempuan yang masuk ke sekolah ini?"
"Oh, aku tak ikut-ikutan," Kai mengangkat tangannya, "I am straight, babe,"
Chanyeol mencibir, "Oke, dia memang bukan untukmu, tapi untukku!"
"Chanyeol, berhenti menjadi seorang cassanova," sahut Kris yang baru datang dengan hotdog ditangannya. Chanyeol menggeleng, "Tidak, kali ini aku benar-benar tulus!" balasnya dengan mata yang berbinar-binar.
Suho memutar bola matanya jengah, "Sudah berapa kali kau mengucapkannya?"
"Oh sungguh hyung! aku benar-benar jatuh cinta kali ini!"-Suho hanya menggelengkan kepalanya. "Berisik!" Sehun akhirnya tak tahan untuk berkomentar, setelah itu ia kembali asyik dengan bacaannya.
.
"Ah! Chanyeol sunbae!"
Chanyeol, Kris, Suho, Sehun dan Kai langsung menoleh mendengar suara seseorang yang memanggil nama si cassanova itu. "Huang Zitao!" Chanyeol berseru senang, menghampiri pemuda itu dan langsung merangkulnya. Ia menyeret Zitao kedalam kerumunannya. Zitao hanya bisa terdiam. Walau agak canggung, tapi dia ikuti saja kemauan kakak kelasnya.
"Nah, inilah Zitao!" seru Chanyeol, menepuk punggung Zitao pelan.
Zitao membungkukkan badannya. "Salam kenal, sunbae-nim. Huang Zitao, dari kelas X A"
Suho, yang mulai merasa tertarik memperhatikan Zitao. "Kau sopan," sahutnya, menatap Zitao penuh arti. Chanyeol segera mengajak Zitao untuk duduk disampingnya, namun pemuda itu menolak.
"Maafkan aku sunbae, tapi aku tidak bisa. Aku sudah membawa bekal dan akan memakannya dikelas, hitung-hitung untuk mengakrabkan diri juga dengan teman-temanku," ucap Zitao lembut, ia tersenyum manis yang membuat Chanyeol kembali terpukau.
"Benarkah? Sayang sekali ... besok bawalah bekalmu kesini, makan bersama dengan kami, okay?"-Suho segera mengambil alih perhatian Zitao, membuat pemuda itu tersenyum padanya dan menganggukkan kepala tanda setuju. Kemudian ia pamit dan berlari kecil meninggalkan kawanan itu.
"Dia benar-benar menakjubkan..." gumam Chanyeol, masih menatapi Zitao yang berlari pergi.
"Ya, kurasa kau benar kali ini, Chanyeol," ucap Suho, yang langsung membuat Chanyeol menatapnya tak percaya. "K-kau mengincarnya, hyung?!"
Suho terkekeh. "Tak boleh? Bahkan sepertinya Kai mulai tertarik dengan anak itu,"
Chanyeol segera mengalihkan pandangannya pada Kai, sangat terkejut melihat Kai yang terus menatap Zitao yang masih berlari kecil. "KAI?! Kau straight, rite?!"-Chanyeol menghalangi pandangan Kai dari Zitao.
Kai menyeringai, berusaha menyingkirkan kepala Chanyeol dari pandangannya, kemudian mendesah saat ia tidak lagi melihat Zitao. "Aku menarik ucapanku, Park!" serunya, memperbaiki posisi duduknya. "I am gay, bro!"
Kris dan Sehun hanya mendecih saat mendengar ucapan Kai. "Sepertinya hanya aku yang normal disini," Kris membanggakan diri, kemudian melahap kembali hotdog miliknya.
"Haha, tidak lama lagi kau akan seperti kami, bung!" Kai memukul lengan Kris pelan.
"Huh,"
.
.
.
...
Kris mendecak kesal saat hujan mulai turun. Ia ketiduran di kelas dan satu kelas sepakat untuk tidak membangunkannya hingga waktunya kembali ke asrama. Kris sangat jengkel. Bagaimana bisa ia tidak mendengar bel tanda pulang dan malah terbangun disaat hujan turun?! Oh ayolah, jarak antara sekolah dan asrama cukup jauh! Ia tidak mau pulang dalam keadaan basah dan besoknya sakit.
Sebenarnya, Kris bisa saja sakit dan menyantaikan diri berada di asrama. Namun, ada suatu hal yang membuat ia harus masuk sekolah besok. Janji si pemuda Huang. Yah, janjinya untuk makan bersama kawanannya. Kris jelas tidak mau melewati hal tersebut. Jujur, wajah si pemuda Huang itu tidak bisa berhenti menghilang di benak Kris. Ia tidak ingin menjadi gay, tetapi di satu sisi ia mulai merasa tertarik pada adik kelas lelakinya.
Kris keluar dari kelasnya, berjalan menuju koridor kelas dan memerika setiap kelas, siapa tahu ada payung yang tertinggal.
"Eh?"
Kris, langsung menoleh begitu mendengar suara seseorang. Matanya membulat saat melihat siapa yang ditemuinya. "Huang Zitao?"
Zitao, pemuda itu, tersenyum dengan manis.
.
.
"Kenapa sunbae masih disekolah?" Tanya Zitao, berusaha menyamakan langkahnya dengan Kris. Yah, kini mereka pulang ke asrama dengan payung yang dibawa Zitao. Payung itu tidak terlalu besar, tapi cukup untuk dua orang, dan Zitao berbaik hati mengajak Kris pulang bersama yang diterima cuek oleh pemuda yang mengaku seorang straight itu. Sebutlah keadaan ini cukup romantis. Sepayung berdua di bawah rintik hujan.
Over dramatic
"Anak-anak sialan itu tidak membangunkanku," jawab Kris, ia mengambil alih payung dari tangan Zitao. Seketika itu juga tangannya bersentuhan dengan kulit lembut Zitao. 'Lembut,'-batinnya.
Zitao terkekeh, "seharusnya sunbae tidak tidur dikelas," gumamnya, yang hanya dibalas keheningan oleh Kris. "Maaf, apakah sunbae orang China?"
"Ya," kini Kris kembali bersuara, menoleh kepada Zitao yang tengah memperhatikan jalanan yang basah. "Kau juga China, rite?"
"Iya," Zitao mengangguk.
Ada rasa tidak rela dalam hati Kris jika keheningan kembali dan hanya suara rintik hujan yang terdengar. Ia ingin berbincang-bincang dengan si pemuda Huang, sekalian untuk menghilangi kebosanan. Niat awalnya untuk cuek segera luntur akibat rasa tak rela itu. "Kenapa kau masuk sekolah ini?"-dan benar saja, Kris langsung bertanya saat Zitao diam saja.
"... Entahlah ... paman memintaku untuk bersekolah disini. Kupikir, untuk menyenangkannya itu sudah cukup," jawab Zitao pelan.
Kris bingung. "Paman? Kenapa tidak menuruti orang tuamu? Barangkali mereka berniat agar kau tetap di China,"
"Orang tuaku sudah meninggal saat aku masih kecil. Aku bahkan belum pernah melihat wajah mereka secara langsung. Hanya sebuah foto yang diberikan paman. Foto Mama dan Baba," jawab Zitao, kali ini sangat pelan, namun Kris masih bisa mendengarnya.
"Maafkan aku, Huang ..." ujar Kris menyesal.
Zitao tersenyum, menoleh kepada Kris, "Tidak apa, banyak juga yang menanyakan hal itu padaku,"
'Oh, jadi bukan aku yang pertama ya'-pikir Kris sedikit kesal.
Zitao merogoh saku kemejanya, kemudian mendapatkan sebungkus cookie coklat. Ia menatap Kris dan kue itu bergantian. "Kau mau, sunbae?" sahutnya, berusaha meninggalkan situasi canggung.
Okay, Kris lapar. Sangat. Ia hanya makan hotdog tadi, dan itu hanya setengah. Kai menghabiskan hotdognya saat ia memesan minum. Dan saat ia ingin kembali memesan makanan, bel masuk berbunyi. Kris harus menahan laparnya serta ngantuknya, namun ia tak tahan untuk tertidur. Rasa kantuknya sudah hilang, tapi rasa lapar itu belum.
"Ng ... kau?"
"Tidak apa, aku sudah makan bekal tadi," ujar Zitao, membuka bungkus kue itu dan menyodorkannya pada mulut Kris. "Aaa," gumamnya, memerintahkan Kris untuk membuka mulutnya. Kris sedikit heran, tentu saja. Ia merasa seperti anak kecil sekarang. Namun, ia membuka mulutnya dan kue itu berhasil dilahap setengah oleh Kris. Ada rasa bahagia dihati Kris saat ini. Perlakuan anak kecil ini memang memalukan, tapi perasaan senang yang ia dapat sungguh luar biasa.
Zitao kembali tersenyum, menaruh bungkus sampah kue itu didalam saku kemejanya. Baiklah, sebenarnya ada sedikit kebohongan disini. Zitao bahkan tidak memakan sesuap pun bekalnya. Saat ia membuka bekal sandwich yang dibawanya, beberapa temannya menyerbu dan langsung mengambil bekal Zitao sambil mengucapkan terima kasih. Pemuda itu hanya tersenyum canggung saat melihat kotak bekalnya yang kosong tanpa sisa.
"Zitao,"-pemuda yang dipanggil namanya itu segera menoleh pada si pemanggil.
"Ya?"
"Kau selalu tersenyum ya?"
Zitao mengerjapkan matanya bingung. "Ha? Tidak juga," tangkas Zitao, yang sedikit bingung dengan pertanyaan Kris.
"Ya, kau selalu tersenyum," Kris tidak mau mengalah.
"Benarkah? Aku bahkan tidak menyadarinya," Zitao menggaruk kepalanya yang tak gatal, bingung! "darimana sunbae tahu?"
"Ya, kulihat kau selalu tersenyum, manis sekali," pujian itu lolos keluar dari mulut Kris, yang segera disadari olehnya. 'Stupid Kris! Kenapa aku malah memujinya?!'-batin Kris.
Zitao yang mendengarnya sedikit merona, "Haha ... apakah sunbae memperhatikanku sedetail itu?"
Gotcha, Kris!
Kris menatapnya canggung. Baiklah, sekarang Kris harus jujur atau tidak kalau memang ia memperhatikan Zitao? Secara tidak langsung jika ia mengatakan iya, maka sama saja dengan melakukan pendekatan ringan, dan itu membuat dirinya menjadi seorang gay! Dan jika ia tidak jujur, jawaban apa yang pantas ia berikan?
"C-Chanyeol yang mengatakannya padaku," seru Kris cepat. Ada rasa kecewa karena ia harus mengatakan itu pada Zitao, yang berarti bahwa ia membantu saingannya untuk mendapatkan Zitao.
Tunggu.
Ada yang salah disini.
Barusan Kris berpikir apa?
Saingan?
Oh. Saingan.
Saingan apa sih?!
Saingan untuk mendapatkan Zitao, tentu saja.
"Arrggh, bad Kris Wu!" Kris berteriak kencang lalu mengacak rambutnya frustasi. Tidak! Ia menjadi gay?! Oh ayolah! Ini benar-benar gila!
Zitao, yang terkejut sekaligus heran, menatap kakak kelasnya dengan tatapan bingung. "Sunbae? Kau kenapa?"
"Tidak apa-apa. Ayolah, cepat!"-Kris, yang merasa bingung dengan dirinya sendiri, langsung menarik tangan Zitao, dan berlari kecil menuju asrama yang sudah semakin dekat.
Kris, kau menggenggam tangan Zitao.
Dan pemuda bermarga Wu itu melepaskan genggaman mereka dan kembali berteriak frustasi. Zitao, memandangnya dengan penuh heran. 'Gila?'-pikirnya.
Ya, dia gila, Zitao. Berkat dirimu.
.
.
.
.
.
.
Chanyeol langsung terkena lemparan tas dari Kris saat ia membuka pintu. "Kris? Kau sudah pulang?" Suho menyahut, menatap Kris yang tampak kesal. Kris tak menghiraukan perkataan Suho, ia berjalan menuju kamar mandi dan mendapati bahwa ruangan kecil itu terpakai.
"Shit! Keluar cepat! Aku ingin memakainya!" dengan kasar Kris menggedor pintu kamar mandi. Kai, yang sedang mandi bergerutu mendengarnya.
"Calm down, Wu. Kai baru saja masuk kedalam," sahut Suho, membuat Kris makin merasa jengkel.
Chanyeol, mulai takut melihat Kris yang bergelut amarah, "K-kris ... begini .. tadi itu aku sudah ingin membangunkanmu ... tapi Sehun langsung melarangku, jadi aku .. yah kau tahu? Ada es krim yang kubeli dan sebelum cemilanku habis dimakan Kai, aku harus buru-buru pulang ke asrama,"
"Bagus. Sekarang salahku," lanjut Sehun, merebahkan diri diatas kasurnya. Kemudian menatap tajam Chanyeol dan berusaha untuk tidur.
"Kris, kau marah hanya gara-gara hal itu? Tumben sekali," gumam Suho, menghampiri Kris dan menepuk pundaknya.
Kris, mengacak rambut pirangnya. "Arrghh! Kenapa tidak mau hilang, sih?!"
Chanyeol, Suho dan Sehun langsung kebingungan mendapati Kris yang tampak seperti orang gila. "Kris? Kau baik saja? Kepalamu terbentur?"-Suho memegangi kepala Kris, yang langsung disentak kasar oleh sang empunya.
"Dia tidak mau hilang!" hardik Kris.
"Sebenarnya apa yang tidak mau hilang?! Dan kenapa kau malah marah-marah tak jelas, huh?!" Suho mulai naik pitam.
"Ini semua salah Chanyeol! Dia menyuruh pemuda itu datang ke kantin!" Kris langsung menunjuk Chanyeol yang seolah-olah sebagai polisi yang mendapatkan pelaku. Chanyeol, yang tampak kebingungan langsung bergumam, "Ha?! Aku?! Kok aku?!"
"Hahahaha!" Semuanya langsung menatap Sehun yang tertawa. Bagus, sekarang Sehun ikut menjadi gila!
"Sehun?"
"Pfft, kenapa otak kalian lemot sekali? Kris hyung ikut menyukai pemuda Huang itu, bodoh!"
.
.
.
Genius Sehun!
"Bad jerk! Kubunuh kau sekarang!"
Kris langsung menerjang Sehun dan menarik kerah kemeja pemuda albino itu, disusul oleh teriakan Chanyeol. "APA?!"
.
.
.
TBC
Haihai~~
Heheh ini ff yang gajadi lagi/?
Ira cuma pengen buat ff yang bertema sekolahan :v dan kebetulan sekali kemaren ada yang request ff kristao anak sekolahan/remaja yang banyak sweet-sweet nya wkwk. Jadi sekalian deh ira buatin walaupun agak hancur. So, apakah ini membosankan? Atau malah memuakkan? Kependekan? Alurnya kecepetan? Okay, I got this :'v
Last, MIND TO REVIEW? :D
