Mohon reviewnya minna-san ^_^

Terima kasih atas kunjungannya..


Me and Him

By Ishikawa Ayica

This story is mine

Naruto milik Masashi Kishimoto

Genre : romance

Pair : SasuSaku

Warning : AU, OOC, abal, dll

Don't like Don't read!


Summary : Sakura, gadis cantik sempurna, ceria, cuek dan manja, selalu mengalami cinta bertepuk sebelah tangan dalam masa pacarannya, di jodohkan dengan Sasuke yang tidak mengenal apa itu cinta. Sakura mengajarkan Sasuke tentang cinta yang ia ketahui, bukan karena Sakura mencintai Sasuke, melainkan karena Sakura ingin Sasuke menemukan cintanya agar dapat membatalkan perjodohan yang di lakukan orang tuanya, namun ternyata hal itu tidak berjalan sesuai rencana. Apakah yang terjadi? Bagaimanakah kisah mereka? Chek it out!

Amerika, 29 july

Sebuah hotel berbintang di amerika sedang mengadakan annyversary yang ke 10 tahunnya. Begitu ramai dengan para tamu yang mengenakan tuxedo maupun gaun mewah yang sangat menyilaukan mata. Setidaknya begitu bagi seorang gadis 16 tahun yang terlihat sedang bosan di sudut ruangan ini. Sudah 2 jam lebih ia terjebak di pesta ini, dan sudah selama itu pula ia menunggu untuk terbebas dari keramaian membosankan ini.

"Sakura-sama, di panggil Tsunade-sama untuk menghadap." Ucap seorang asisten yang datang menghampiri gadis tersebut.

"Hn." Ucap gadis itu berdiri kemudian pergi menuju sebuah ruangan lain yang ada di dalam ruangan khusus pesta ini.

.

.

.

"Memanggilku?" tanya Sakura heran pada orang yang sedang berdiap-siap di ruangan tersebut.

"Hn, kau yang akan membuka acara hari ini." Ucap wanita berambut pirang tersebut dengan tegas, seolah titahnya tak terbantahkan.

"Oh c'mon mom, i can't and you know it." Jawab Sakura memelas pada ibunya, yang di ketahui bernama Tsunade tersebut.

"Sudah ku bilang Sakura, meskipun kau di amerika, jangan sekali-kali menghilangkan bahasa atau budaya jepangmu, aku tak suka." Ucap Tsunade menatap Sakura sangar.

"Kalau ku lakukan kau akan membatalkan niatmu untuk membuatku berbicara di depan umum?" tanya Sakura mencoba memberi penawaran pada ibunya. Bukan, bukan karena Sakura demam panggung atau sebagainya. Namun menjadi anak salah satu pebisnis tersohor di dunia memang akan sangat merepotkan, di liput wartawan, berulang kali di potret dsb, dan Sakura membenci itu, ia benci ketika harus menjadi perhatian umum.

"Tidak." Ucap Tsunade tegas.

"Ayolah Tsunade, kau terlalu keras pada Sakura." Ucap ayah Sakura yang sedari tadi hanya menjadi penonton di ruangan tersebut.

"Aku tidak akan bertindak keras padanya jika saja ia penurut seperti kakaknya Jiraiya, lagi pula kau yang lebih tau sifat pembangkangnya itu."ucap Tsunade kini menasehati Jiraiya yang melihat Tsunade pasrah.

"Lebih tepatnya aku tau dari siapa Sakura mewarisi sifat pembangkangnya." Ucap Jiraiya terkekeh menggoda istrinya yang memanlingkan wajah pura-pura tak mendengar ucapan Jiraiya. Dan kesempatan ini tak di sia-siakan Sakura. Sakura segera mengendap-endap keluar ruangan, berbaur dalam pesta and finally dia melarikan diri. Sakura lari keluar dari hotelnya itu dengan menggunakan lexus perak miliknya, sebenarnya Sakura tak tau kemana ia akan pergi, bukan karena ia tidak mengetahui jalan atau tempat di amerika, ayohlah, Sakura sudah sering ke amerika sejak usianya masih menginjak 7 tahun, malah ia tinggal di negara itu sejak itu. Namun yang ia bingungkan adalah ia sedang tak ingin ke mana-mana saat ini, tidak sebelum ia menerima pesan yang membuatnya tersenyum sumringah.

Sakura melajukan Lexus miliknya ke suatu tempat, sebuah restoran terkenal. Dan disinilah ia berada, duduk berhadapan bersama seseorang. Seorang pria yang memiliki raut wajah yang penuh ketegasan, dan keseriusan.

"Soal pertanyaanmu tempo lalu, maaf Sakura.. aku mencintai orang lain." Ucap pemuda tersebut dengan penuh rasa bersalah.

"Tak masalah Neji, aku tau dari awal, kau menyukai dia kan? Si gadis cina jepang bercepol dua itu." Ucap Sakura tersenyum manis.

"Tenten. Ya aku mencintainya, maaf Sakura." Ucap Neji masih dengan perasaan bersalah.

"Sudahlah Neji, kau berlebihan. Semoga kalian bahagia, jangan lupa untuk mengundangku ke acara pernikahan kalian nanti yah." Ucap Sakura masih tersenyum pada Neji.

"Itu pasti. Aku pergi dulu yah, ada janji dengannya." Ucap Neji tersenyum kemudian pamit meninggalkan Sakura yang masih tersenyum di tempat.

Kriik..Kriiik..Krikk..

Sakura masih tersenyum, membuat beberapa orang asing menatapnya bingung. Sampai akhirnya

"Haaaaahh, sial! Ini yang ke 20 kalinya aku di tolak! Lihat saja kami-sama jika aku bertemu denganmu, akan ku bunuh kau, karena selalu menghancurkan hatiku secara sepihak!" ancam Sakura menatap langit dengan aura membunuh dari tubuhnya, membuat beberapa bunga yang memang menjadi hiasan di meja pengunjung menjadi layu seketika.

Sementara di Kediaman Haruno

Selepas acara di hotel para keluarga segera kembali ke kediaman mereka, begitu pula dengan keluarga Haruno. Dan sampai saat ini menunjukan pukul 10 malam, Haruno Sakura masih belum kembali, ralat baru kembali. Ternyata sementara author mengetik Lexus Sakura sudah memasuki halaman rumahnya.

"Tadaima" ucap Sakura lesu memasuki rumah megah bak istana miliknya.

"SAKUUUURAAAAA!" teriak Tsunade begitu Sakura sampai di ruang tamu, Sakura yang sedang lesu kaget dan memandang Tsunade dengan tatapan membunuh karena mengagetkannya.

"Jangan menatapku begitu anak muda. Sekarang aku harap kau punya alasan kenapa kau melarikan diri." Ucap Tsunade layaknya raksasa yang akan memangsa Sakura.

'Glek. Sakura no baka! Aku lupa membuat alasan.' Batin Sakura terpojok dan menatap Tsunade takut. Di ruangan ini ada Tsunade, ayah serta kakak Sakura. Namun saking takutnya Sakura hanya menyadari keberadaan Tsunade di ruangan ini.

"Bukankah Kaa-san sudah tau alasannya. Aku tak suka jadi bahan perhatian." Ucap Sakura mengambek menstabilkan rasa takutnya pada Tsunade yang benar-benar berwajah seram.

"Mau sampai kapan kau bergelut dengan alasan bodoh itu, hah?" sangar Tsunade pada Sakura. Sakura menunduk takut menatap ibunya.

"Sudahlah Tsunade, maafkan Sakura, kau tau kan Sakura itu bagaimana." Ucap Jiraiya menenangkan Tsunade.

"Jiraiya. Ini adalah ke 13 kalinya, dan aku tak ingin terus-terusan mengalah. Ia harus belajar apa itu tanggung jawab. Aku tak mau tau, Sakura, kemarikan semua kartu kreditmu, atm, uang tunai, kunci mobil, pokoknya semuanya." Kata Tsunade sangar pada Jiraiya dan Sakura.

"Apa? Tidak, tidak aku tidak mau. Nii-chan tolong aku.." ucap Sakura memelas pada kakakknya yang sedari tadi hanya menonton. Sedikit kasihan, ia pun mencoba untuk membantu Sakura.

"Sudahlah kaa-san, Sakura hanya—

"Diam kau Sasori, kalau kau membantunya kau akan bernasib sama sepertinya." Ancam Tsunade pada Sasori yang langsung menutup mulut.

"Kaa-san ayolah. Aku tidak akan mengulanginya lagi, aku janji." Bujuk Sakura memelas pada ibunya.

"Ayolah Tsunade, kasihan Sakura." Kata Jiraiya merangkul Tsunade. Tsunade mendelik tajam padanya hingga Jiraiya melepaskan rangkulannya itu dengan kikuk.

"Tidak, itu janjimu yang ke sekian kalinya Sakura, dan aku tak akan percaya lagi." Ucap Tsunade mutlak. Sakura mulai naik pitam, dan akhirnya lenyap sudah hasratnya untuk memohon. Jika dengan cara baik-baik tak bisa maka harus dengan cara kasar bukan.?

"Baik, terserah kau! Kembalikan aku ke jepang. Aku tak betah tinggal di sini lagi. Aku ingin berangkat malam ini juga!." Rajuk dan ancam Sakura. Sakura tersenyum setan dalam hatinya, karena ia tau ia selalu berhasil memakai cara ini. Sakura memang pernah tinggal di jepang beberapa kali, namun hal itu sudah cukup lama, karena urusan bisnis maka Sakura dan sekeluarga menetap di amerika, meskipun sesekali Sasori sering bolak balik ke jepang untuk mengurus perusahaan yang ada di sana. Dan Sakura selalu mengancam ibunya memakai cara ini, karena ia tau betul Tsunade tidak akan membiarkan Sakura tinggal sendiri di jepang, namun agaknya Sakura harus kecewa kali ini.

"Baik jika itu maumu, aku juga berencana mengirimmu ke jepang dan menjodohkanmu dengan anak dari sahabat ibu yang ada di jepang." Ucap Tsunade tersenyum menang. Sementara Sakura mulai berubah wajahnya menjadi merah karena menahan amarah.

"Apa? Kau sudah gila! AKU TIDAK MAU. SAMPAI KAPANPUN AKU TIDAK AKAN MAU. TITIK" ucap Sakura frustrasi kemudian kembali ke kamarnya. Tsunade meghela nafas berat akan kelakuan putri bungsunya itu. Benar-benar anak yang membuat sakit kepala.

"Tsunade, apa itu benar?" tanya Jiraiya ragu pada Tsunade.

"Sudahlah, kau hanya perlu mendukungku, ini ku lakukan untuk mendidik Sakura, salah siapa dia jadi begitu manja? Itu karena kau dan putra sulungmu itu yang sangat menginginkan adik dan anak perempuan, dan lihat akibat kalian terlalu memanjakannya." Seru Tsunade pada anak sulung dan suaminya yang terdiam, kemudian Tsunade kembali ke kamarnya.

"Tou-san, bukankah ibu sudah keterlaluan?" tanya Sasori menggeleng-gelengkan kepala sambil memijat pelipisnya.

"Itulah ibumu, sebaiknya kau pergi temui Sakura, sudah pasti dia akan mengambek dan memulai mogok makan lagi." Ucap Jiraiya tersenyum paksa pada Sasori. Yah, Sakura Vs Tsunade, sudah bukan hal baru. Namun mau seperti apapun bukankah anak harus mematuhi orang tuanya? Dan selalu begitulah aturan alam berputar.

.

.

.

"Sakura kau di dalam?" tanya Sasori membuka pintu dan masuk kedalam kamar Sakura. Terlihat gundukan yang tertutupi selimut di atas kasur sang pemilik kamar itu. Sebuah bantal guling melesat dari dalam gundukan dan tepat mengenai wajah imut Sasori yang membuatnya terjengkang ke belakang beberapa langkah.

"Pergi Nii-chan, aku sedang ganti baju. Kau mesum!" Dusta Sakura mengamuk dari dalam selimut, Sasori tidak bisa melihat bagaimana ekspresi Sakura saat ini, namun ucapan Sakura barusan membuat Sasori tertawa terpingkal-pingkal. Memaksa Sakura untuk mendudukan dirinya yang semula berbaring dan menatap Sasori kesal.

"Apa?" tanya Sakura kesal pada kakaknya itu.

"Apa-apaan kata-katamu itu, mesum? Memangnya kenapa kalau kau sedang ganti baju, di mataku kau tetaplah gadis kecil kesayanganku." Ucap Sasori mendekat dan mencubit pipi ranum Sakura gemas.

"Nii-chan lepaskan!. Bohong! Kau tidak menyayangiku nii-chan. Kau penghianat!" ucap Sakura merajuk dan memukul kepala kakaknya yang masih tertawa itu.

"Bukan begitu Sakura, kalau kartu kredit dan atmku juga di sita, aku jadi tidak akan bisa memberimu uang dan membantumu. Belum lagi sifat gila belanjamu itu, Sakura tanpa sepeserpun? Itu tidak mungkin. Adikku adalah gadis yang selalu di kelilingi dollar, dan aku jamin kau tidak akan bertahan sehari saja tanpa mereka" Ucap Sasori tersenyum pada Sakura.

"Tapi lexus-ku. kau tau dia sangat berarti untukku, dia benda kesayanganku nii-chan." Kata Sakura merengek dan menarik-narik ujung baju kakaknya.

"Sudahlah, kaa-san benar, kau harus bisa lebih bertanggung jawab Sakura. Cobalah untuk berdamai dengan kaa-san, kau juga sudah keterlaluan kan? Itu yang ke 13 kalinya kau membuat kaa-san malu di hadapan koleganya." Ucap Sasori menasehati Sakura yang terdiam dan menunduk. Sakura mengerti ia sudah begitu egois dan membuat malu ibunya, dan terlebih ini bukan untuk pertama atau kedua kalinya ia melakukan itu. Namun meskipun begitu, Sakura tetaplah memandang ibunya sangat keterlaluan, bukankah keterlaluan menjodohkan anaknya sendiri dengan orang yang belum Sakura kenal sama sekali dengan alasan untuk mendewasakan Sakura. Tidak, Sakura tidak bisa menerimanya begitu saja.

"Tapi Sasori-nii, perjodohan itu—

"Tenang saja, kau jalani saja dulu, kalau tak suka, kau boleh mengatakannya padaku, dan aku akan membantumu untuk keluar dari perjodohan itu." Ucap Sasori tersenyum pada Sakura. Sakura ikut tersenyum lega mendapati kakaknya akan membantunya.

"Kau janji yah? Kalau kau melanggar aku tidak akan memaafkanmu, Sasori-nii." Ancam Sakura pada Sasori yang mulai memeluknya.

"I promise." Ucap Sasori. Kemudian melepaskan pelukannya pada Sakura. Sasori kemudian mengajak Sakura untuk makan malam. Sakura menurut saja dan mengikuti langkah Sasori menuju dapur, dimana ibu dan ayahnya telah menunggu. Sakura kemudian duduk di samping kakaknya dan memulai acara makan malam mereka dengan diam. Setelah selesai makan, mereka tak lantas kembali begitu saja karena Tsunade telah membuka suaranya lebih dulu.

"Jadi kapan kau akan ke jepang?" tanya Tsunade kalem pada Sakura yang tak mau menatap mata ibunya tersebut.

"Terserah kaa-san. Kartu kredit, atm, dan lain-lainnya kan kaa-san yang menyita. Aku akan menuruti apapun keinginan kaa-san asal kaa-san mengembalikan semua milikku, terlebih lexus milikku!." Ucap Sakura tenang meski tak menatap wajah ibunya.

"Sakura, bukankah tidak sopan tidak melihat wajah lawan bicara saat kau sedang bicara? Bagaimana kau bisa melanjutkan perusahaan jika kau begitu." Tegur Jiraiya mengernyitkan kening pada Sakura.

"Aku tidak ingin menangis menatap kaa-san, itu melukai harga diriku. Aku tak pernah mengalah, namun kali ini aku mengalah, dan aku tidak ingin menangisi itu. Sayangnya aku akan menangis kalau aku menatap kaa-san." Jujur Sakura tegas tanpa melihat Jiraiya.

'Anak ini, benar-benar keras Kepala.' Batin Tsunade pasrah

"Baiklah, terserah kau. Aku akan mengirimmu ke jepang besok sore. Persiapkan semua kebutuhanmu, dan juga aku akan mengembalikan milikmu, untuk sementara kau akan tinggal di kediaman Uchiha. Mereka adalah sahabat ayah dan ibu, anak bungsu mereka akan ibu jodohkan denganmu. Kau tak perlu khawatir karena hal ini sudah kami bicarakan jauh-jauh hari dan mereka sudah setuju." Ucap Tsunade tersenyum senang pada Sakura yang menunduk.

"Cih, seperti aku punya hak untuk khawatir." Gumam Sakura pelan yang masih bisa di dengarkan oleh Tsunade, Jiraiya dan juga Sasori yang menatap Sakura dengan tatapan yang berbeda.

Sakura melewati malamnya dengan terjaga, bagaimana tidak. Ia sangat khawatir dengan pria yang di jodohkan ibunya dengan dia, bagaimana jika ia tak tampan? Yah mengingat selera Tsunade yang payah menurut Sakura. Ayahnya saja standart begitu apa lagi calonnya.

'Tidak, aku harus membuat dia tidak menyukaiku. Lagipula Sasori-nii sudah berjanji akan membantu.' Batin sakura menenangkan dirinya. Semalaman berfikir membuat Sakura tak sadar bahwa ini sudah hampir waktu yang di tentukan untuk berangkat, yah meskipun masih ada beberapa jam lagi.

"Sakura-sama. Anda di panggil Tsunade-sama" ucap salah satu maid yang bekerja di rumah Sakura. Sakura hanya mengangguk kemudian segera menemui ibunya.

"Kaa-san memanggilku?" tanya Sakura pelan pada Tsunade yang kini sedang minum teh di ruang tamu.

"Barang-barangmu sudah di kirim, koper pakaianmu juga sudah. Dan ini milikmu yang ku sita ku kembalikan." Ucap Tsunade mengembalikan barang-barang Sakura yang di sita.

"Lexus milikku?" tanya Sakura khawatir.

"Sudah, yang belum terkirim tinggal kau saja." Kata Tsunade tersenyum pada Sakura.

"Sasori-nii?" tanya Sakura yang mengernyitkan kening pada ibunya. Tsunade ikut mengernyit dan menjawab pertanyaan Sakura.

"Kakakmu harus tinggal untuk membantu ibu dan ayah. Tapi kau tau sendiri tabiat Sasori, dia pasti akan sering datang mengunjungimu. Sudahlah Sakura, kaa-san tak mau berdebat denganmu, berhentilah bersikap manja pada kakakmu." Tegur Tsunade pada Sakura yang menunduk, Sakura kemudian mengambil tas selempangnya dan berpamitan pada Tsunade.

"Aku pergi." Ucap Sakura dingin kemudian di antar sopir ke bandara. Tsunade tercengang dengan sifat Sakura. Ia bahkan tak meminta untuk di antar, padahal Sakura selalu manja. Namun sifat keras kepalanya mengalahkan sifat manjanya saat ini. Tsunade juga tak mau ia seperti bermusuhan dengan Sakura, namun ia telah kehabisan akal untuk menegur Sakura. Belum lagi Sakura yang tak mau mengalah, sekali-sekali Sakura harus belajar untuk hidup mandiri, begitula pikir Tsunade, hingga ia menahan hasrat seorang ibu miliknya untuk mengantarkan Sakura ke bandara.

Jepang, Tokyou

Sakura tiba di bandara jepang, ia di jemput oleh supir pribadi keluarga Uchiha, satu hal yang ia ketahui, bahwa Uchiha jelas bukan orang sembarangan di lihat dari Limosin yang datang menjemputnya.

Kediaman Uchiha

Sakura memasuki kediaman Uchiha di tuntun oleh seorang maid.

'Lumayan, tak jauh beda dengan rumah' batin Sakura tersenyum senang mendapati kediaman Uchiha yang tak kalah megah dan mewah dari rumahnya di Amerika.

"Selamat datang Sakura. Perkenalkan aku Uchiha Mikoto. Ini Suamiku Uchiha Fugaku, dan kedua orang di sampingku ini adalah Uchiha Itachi dan Uchiha Sasuke" Ucap seorang wanita tersenyum lembut pada Sakura. Sakura membalas senyum itu dengan singkat dan berojigi.

'Oh Shit! Aku tak percaya anak-anaknya setampan ini.' Batin Sakura memuji dan meneliti wajah satu persatu anak dari Mikoto.

"Selamat datang Sakura, semoga kau bisa betah." Ucap Fugaku tegas dan tersenyum tipis pada Sakura.

"Senang berkenalan dengan anda. Mohon bantuannya." Ucap Sakura berojigi sopan. Sakura di bawa Mikoto memasuki rumahnya semakin dalam dan menunjukkan Sakura kamar tidurnya yang berada di antara kamar tidur Itachi dan Sasuke.

"Jadi, ba-san. Yang akan bertunangan denganku itu Sasuke?" tanya Sakura sedikit salah tingkah pada Mikoto, kini tinggal mereka berdua yang ada di kamar Sakura berbincang sebentar.

"Ya, bagaimana menurutmu?" tanya Mikoto jahil pada Sakura yang mulai memerah wajahnya. Dan hal itu membuat Mikoto tertawa lagi. Sakura dapat dengan mudah di terima di keluarga ini berkat sifatnya yang mudah bergaul dan pandai, hingga ia tak selalu kehabisan kata-kata dalam setiap pembicaraan mereka. Dan pribadi Sakura yang bisa cepat menyesuaikan diri membuat ia terlihat seperti bukan orang asing di rumah ini.

.

.

.

"Bagaimana menurutmu Sasuke?" tanya Itachi jahil pada Sasuke yang saat ini sedang membaca komik di kamarnya.

"Apanya?" tanya Sasuke cuek pada Itachi.

"Sakura, dia cantik kan?" tanya Itachi berusaha mencari tau bagaimana mimik wajah Sasuke saat itu.

"Not bad." Ucap Sasuke singkat dan datar. Membuat Itachi menatap Sasuke bosan.

"Ayolah, sedikitnya tunjukkan ketertarikanmu sedikit saja." Kata Itachi yang merebut komik bacaan Sasuke tersebut.

"Tidak akan ada yang menarik jika aku tak tertarik Itachi-nii, lagipula bukannya 5 menit lagi kau akan berkumpul dengan Akatsuki?" kata Sasuke menatap kakaknya dengan malas.

"Oh Shit! Kenapa baru kau ingatkan? Konan pasti akan mengamuk kalau aku telat lagi." Kata Itachi yang bangkit dari kasur Sasuke dan berlari dengan tergesa-gesa.

"Kau tak tanya, dan sebelum kau hilang di balik pintu, kembalikan komikku!" seru Sasuke pada Itachi yang berlari dengan panik. Itachi kemudian melemparkan komik Sasuke pada adiknya itu sebelum benar-benar menghilang.

'Dasar pikun' batin Sasuke kesal.


To be continued.

Hay minna \(^_^)/ berjumpa lagi dengan FFN baru. Sebenarnya author sudah menulis 3 FFN baru dengan Chapter yang lumayan banyak. Tapi baru FFN ini yang author publish, habis author rada bosan dengan FFN bergenre angst dan mysteri. Jadi untuk mengembalikan semangat Author menyelesaikan 2 FFN lain yang bergenre Angst dan Mysteri, author mempublish cerita ini dulu, yang 2 lainnya ntar aja di publish. Mohon reviewnya yah.. author mencoba untuk menyelesaikan fict ini kemudian di publish, tapi ternyata author tidak bisa, nggak dapt semangatnya, mungkin beberapa review kalian bisa membuat author kembali menyelesaikan fict ini. Dan sekaligus permohonan maaf atas FFN sebelumnya yang malah The end dengan mengecewakan. Di fict ini author berusaha untuk setiap chapternya bisa lebih panjang, dan juga author akan menjamin bahwa fict ini nggak bakal asal the end seperti yang sudah-sudah. Jadi sekali lagi mohon saluran semangatnya melalui review. Kritik dan saran di terima dengan baik. Segitu saja deh, dan oh ya, ini aku publish 2 chapter sekaligus biar enak bacanya, chapter 3 masih dalam tahap pembuatan, semoga suka yah minna-san.

Yosh, Arigatou gozaimasu.