Bacotan Sang Penulis
Heheh, saya numpang bacot dulu yaa~
Pertama, ini kisahnya AU bertempat di World Academy. Pemeran utamanya adalah OC, yaitu Nesia Kerianangsih (jujur, nama belakangnya bener-bener asal naro huruf), FemIndonesia. Disini para negara bukan sebagai karakter antromorphis dari negara masing-masing, melainkan warga negara yang belajar di World Academy.
Maaf apabila ada kesalahan, dari yang kecil sampai yang fatal. Memang karena saya belum mendapatkan beta reader Indonesia, jadi bila salah mohon dimaklumi, tapi jangan segan-segan untuk memberi tahu di review ya :)
13 Alasan
Indonesia
Tidak.
Tidak mungkin.
Aku tidak percaya, tidak mau percaya.
Sore ini, saat pelajaran sudah usai, aku mendapat sebuah box sepatu berisi kaset tape di tempat tidurku. Sepertinya salah satu teman sekamarku yang menaruhnya disitu, karena tidak ada orang lain yang memiliki kunci kamar asramaku selain mereka dan staff pihak pengelola sekolah.
Aku sangat jarang mendapat barang pemberian dari orang lain karena, jujur, tidak banyak orang yang tau tanggal ulang tahunku, dan hari spesial itu bukanlah hari ini. Heran, aku duduk di tempat tidur dan membuka kotaknya dengan cepat, sebelum teman-teman sekamarku datang dan menanyakan berbagai macam hal tentang pemberian ini.
Tak kuduga, di dalam kotak tersebut, ada 7 buah kaset tape yang zaman dulu sering dipakai, dan sekarang sudah digantikan dengan CD musik. Di setiap kasetnya, tertera nomor 1 sampai 13, di depan dan belakang kasetnya. Nomornya sepertinya ditulis dengan sebuah kuteks berwarna hijau, karena tulisannya tidak terlalu rapih dan menonjol.
Siapa yang mungkin memberikan kaset-kaset jadul ini kepadaku? Aneh sekali… Aku menghela nafas dan mencoba berpikir. Apa lebih baik aku buang saja? Pasti tidak ada gunanya menyimpan barang-barang seperti ini, tetapi… sepertinya lebih baik aku dengarkan dahulu, siapa tahu penting. Namun, sekarang permasalahannya adalah dengan apa aku bisa mendengarkan kasetnya. Aku hanya memiliki iPod dan di kamarku stereo systemnya tidak bisa memainkan kaset tape—karena memang, sudah lama sekali kaset tape digantikan dengan CD yang jauh lebih praktis.
Saat aku sedang terdiam, berpikir tentang cara mendengarkan isi yang ada di kaset ini, tiba-tiba pintu terbuka. Kaget, jantungku langsung berdetak dengan keras, dan akupun sedikit meloncat karena refleks, tanpa kusadari, kaset yang kupegang pun jatuh ke lantai.
"Nesia? Kau kenapa?" tanya salah satu dari tiga teman sekamarku. Ia adalah anggota OSIS SMA World Academy yang lumayan eksis. Anaknya sangat ramah dan ceria, walau bila marah menyeramkan dan tidak segan-segan untuk menggunakan kekuatan fisiknya yang bisa dibilang menandingi Ludwig Beilschmidt—siswa SMA yang dikatakan paling macho dalam poling buku angkatan. Namanya adalah Elizaveta Herdervary, anak dari pengusaha sukses di Hongaria. Ia adalah seniorku dan walau kami teman sekamar, aku tidak terlalu sering berbicara dengannya karena kesibukan masing-masing.
"T-tidak apa-apa kok… Hanya kaget." Kujawab dengan memaksakan tersenyum. Anehnya, Elizaveta tidak tersenyum balik dan malah memandang box sepatu yang ada di tempat tidur dan satu kaset yang terjatuh di lantai. Ia terdiam saja, dan aku mulai merasa tidak nyaman. Apa mungkin dia tahu apa maksud kaset-kaset tersebut?
"Kak Elizaveta, ada masalah?" aku tanya, berdiri dan mengambil kasetnya dengan cepat agar suasana tidak menjadi lebih tegang.
"Tidak, tidak ada." Jawab Elizaveta yang sepertinya lepas dari sebuah trance, ia tersenyum kepadaku dan menambahkan, "panggil saja Eli, tidak perlu memakai 'kak', terlalu formal."
"Apa kau sudah mendegar kasetnya?" tanya Eli sambil duduk di tempat tidurnya. Aku menggeleng kepala dan menghembuskan nafas yang panjang. Siapa ya yang mungkin masih mempunyai player kaset jadul seperti ini?
"Aku punya Walkman player kaset yang portable kok. Mau pinjam?" tawar Eli. Aku memandangnya dan sedikit heran, mengapa sepertinya dia tahu sesuatu mengenai kaset-kaset ini?
Sepertinya Eli menyadari pandanganku yang heran lalu dengan cepat menambahkan, "Aku dapat ini dari Roderich dulu sekali, sebelum iPod laris. Kau tahu kan bagaimana dia itu, selalu ingin musiknya didengar." Ia tertawa, dan akupun ikut tertawa kecil untuk menghilangkan suasana tidak nyaman ini. Lagipula, kenapa adanya box berisi kaset ini harus mensia-siakan peluangku untuk mengenal Elizaveta lebih lanjut? Paling isinya hanya lagu-lagu jadul atau sesuatu yang tidak penting.
"Boleh saja, bila kau tidak keberatan tentunya."
"Tidak, tidak sama sekali kok." Jawab Eli sambil berdiri dan mencari walkmannya di tas. Hm… Aneh juga, mengapa tidak disimpan di dalam lemari? Bukannya sudah sangat jadul mendengarkan lagu dengan kaset tape? Mencurigakan, apalagi dia baru mendapatkan iPod touch yang terbaru… Ah sudahlah, paranoia sekali, harusnya aku malah berterima kasih, malah curiga…
Setelah Eli memberikan walkman playernya, ia mengatakan bahwa ada urusan penting di kantor OSIS dan harus pergi. Aku berterimakasih padanya dan tinggal sendiri di kamar. Dua teman sekamarku yang lain adalah Natalia Arlovskaya, seorang sophomore yang sangar dan tidak banyak bicara. Konon, banyak rumor bahwa Natalia menyukai kakak angkatnya Ivan Braginski, namun, memang bukan rumor karena itu adalah fakta. Siapapun yang berani mendekati Ivan akan dimusuhi Natalia, dan tidak ada yang mau dimusuhi Natalia—karena hal-hal tertentu yang tidak perlu dibahas. Natalia lahir di Russia, namun karena tinggal di Belarus bersama ayahnya, ia menjadi warga Negara Belarus.
Teman sekamar yang satu lagi bernama Sey. Nama yang aneh, aku tau, namun dia tidak memberikan keterangan lain selain itu. Ia adalah siswa transfer dari pulau Seychelles yang baru datang sekitar 2 minggu yang lalu. Yang kutahu tentangnya hanyalah bahwa namanya Sey, dia suka ikan, dan ada relationship love-and-hate dengan Arthur Kirkland. Dia adalah freshman, sama seperti ku, dan kami mempunyai beberapa kelas bersama.
Aku membuka box sepatunya dan mencari kaset yang bertuliskan angka 1, setelah mendapatkannya, segera kumasukan ke dalam walkman playernya. Setelah menghembuskan nafas panjang, baru aku pencet play. Semoga hanya sebuah lagu dan bukan yang aneh-aneh.
Halo. Ini aku.
Suara ini… rasanya pernah—tidak, sering mendengarnya…
Oh, maaf, aku lupa, pastinya kalian tidak tahu ini siapa. Haha, bodohnya aku. Ini Vièt, live on tape.
Keringat dingin mulai membasahi pelipisku. Tidak, tidak mungkin. Apakah ini sebuah candaan yang kejam? Ini tidak mungkin.
Karena…
Viet ditemukan meninggal karena jatuh dari ketinggian.
Ia...
Bunuh diri.
Viet itu adalah Vietnam, ternyata nama Viet di Vietnam itu biasa. Saya sendiri juga kaget pas tau.
Jangan lupa review ya! Saya membutuhkan segala feedback, constructive critisism dan bantuan agar ceritanya bisa lebih bagus xD
