"Ntah kenapa setiap melihat darah, aku menjadi seperti binatang buas yang siap menerkam mangsa. Seperti iblis dengan nafsu besar, menjadi hilang akal dan liar... Sebenarnya, aku ini apa?"


Blood by Call Me Shi Chan

Disclaimer by Masashi Kishimoto

Rat: T

Warning: OOC, AU, Typo, gaje-ness fic, Shonen ai. Please chek and enjoy all...

xxXXXxx xxXXXxx

TENG TEENG TEENG

Bunyi lonceng asrama baru saja berbunyi, itu pertanda telah berakhirnya kegiatan belajar mengajar di asrama tersebut. Satu persatu siswa putra mulai bermunculan keluar dari dalam kelas. Meski terlihat lelah, ada sedikit raut kegembiraan di wajah mereka, karena akhirnya mereka akan melepas penat selama 9 jam di kelas untuk segera merebahkan diri dikamar masing-masing.

"Sasori..."

"Hn?"

"Setelah ini, temani aku ke minimarket ya?" pinta seorang anak berambut blonde, dan bertampang bishounen, sebut saja dia Deidara.

"Untuk apa kau ke sana? Bukannya, beberapa waktu yang lalu kau sudah membeli beberapa keperluan bulananmu?" tanya pemuda berwajah baby face disebelahnya.

"Aaah, hari ini aku ulang tahun, aku ingin membuatkanmu makan malam yang spesial," Deidara merajuk.

Sasori menghela nafas.

"Ayolah, Sas... anggap saja itu sebagai kado darimu...".

"Iyah yah... tapi, jangan lama-lama ya!".

Deidara langsung bersorak saat teman sekamarnya itu memenuhi keinginannya.

xxXXXxx xxXXXxx

Tepat pukul, 16.45 keduanya menuju minimarket yang berada tak jauh dari asrama.

Beberapa saat kemudian...

"Yuk, kita pulang!" Deidara menarik lengan Sasori begitu semua bahan-bahan yang ia butuhkan sudah ia dapatkan.

"Banyak banget belanjanya?" tanya Sasori setelah meneliti barang bawaan Deidara.

"Ini juga untuk persediaan esok hari, Sas. Soalnya, sarapan di kafetaria itu sedikit tapi mahal, jadi aku putuskan belanja bahan untuk sarapan juga," koor Deidara.

"Fuuuh, terserah kau-lah," balas Sasori tak bersemangat.

Saat ditikungan jalan, terlihat keributan di area tersebut. Kemacetan, suara gaduh orang-orang, juga bunyi sirene mobil ambulance yang terdengar mendengung dari kejauhan.

"Ada kecelakaan ya?" tanya Deidara setelah memperhatikan keadaan sekitarnya.

Sasori mengangguk, "Sepertinya begitu?".

Meski jalan terlihat rusuh, hanya itulah satu-satunya jalan menuju asrama.

"Aku takut melihat hal-hal seperti itu," kata Deidara yang sedang menggandeng erat-erat pergelangan tangan Sasori, saat keduanya melintas di area tersebut.

Sasori tak membalas, rasa penasaran untuk mengetahui siapa dan seberapa parahnya luka si korban membuat terus menatap penasaran ke arah TKP, sampai-sampai ia tidak sadar jika Deidara sudah jauh berjalan mendahuluinya. Korban tergeletak di trotoar jalan dengan keadaan yang sangat memprihatinkan, beberapa orang juga kesana-kemari mengangkat korban untuk dimasukkan ke dalam ambulance yang baru datang. Darah, membanjir di aspal yang keras dan dingin. Genangan air merah itu membuat Sasori tertegun, sampai melupakan Deidara.

Deg Deg Deg Deg

Mendadak, detak jantung Sasori berpacu lebih cepat ketika melihat genangan darah.

Nyuut.

"Aakh.." Sasori memegangi kepalanya yang mendadak sakit.

Bruk.

Pemuda berambut merah itu jatuh terduduk di trotoar yang berada disisi kanan jalan raya. Erangan pelan terdengar dari bibir Sasori yang masih kuat-kuat mencengkram rambut merah miliknya.

"Sasori?..." Deidara berteriak ke arah Sasori saat sadar jika kawannya masih jauh tertinggal dibelakangnya.

Sasori tak merespon.

"SASORIIIIII..." pemuda itu mengeraskan suaranya, tapi tetap tak ada balasan. Dia yang kesal, langsung berlari mendekati Sasori, meski ia sangat terpaksa.

"Ada apa, Sas?" tanya Deidara sambil membantu anak itu berdiri.

"..."

"Sas, kamu kenapa sih?" Deidara menatap heran ke arah Sasori yang seperti orang bodoh. Pemuda berambut kuning itu menelan ludah, dia mulai sedikit takut dan khawatir pada keadaan Sasori. Tapi, pada akhirnya, Deidara dapat mengajak Sasori yang terlihat seperti kehilangan rohnya itu menjauh dari tempat kejadian.

xxXxXxx xxXxXxx

Deidara mendudukkan Sasori di emperan toko, lalu dia bilang, "Sasori, kamu kenapa sih? Kamu melihat apa?" tanyanya sambil menguncang-guncangkan badan Sasori. Sasori menatap kosong ke arah jalan, ntah apa membuatnya jadi begitu, ia seperti orang yang kehilangan kesadaran.

Plak

Deidara yang kesal lalu menampar Sasori, tapi tamparan itulah yang mampu membuat Sasori bangun dari alam bawah sadarnya.

Sasori menoleh ke arah Deidara dengan tatapan bingung, kemudian ia bergumam, "Apa yang terjadi?".

Deidara menautkan alisnya, "Jadi, kamu nggak ingat apapun?".

Sasori menggeleng pelan, "Yang aku ingat kau mengajakku minimarket, lalu ada kecelakaan dan... tiba-tiba kepalaku sa-kit..." katanya sambil mengelus kepalanya.

Deidara makin bingung dibuatnya, "Dia kenapa ya? Aku, jadi bingung," pikirnya.

"Tadi, kamu bersikap seperti orang gila, dipanggil-panggil tidak menyaut, membuka mata tapi seperti orang yang nggak ada arwahnya, lalu aku menamparmu dan syukur deh, kamu bisa kembali seperti semula," Deidara menjelaskan dengan sedetail-detailnya.

Sasori diam, ia masih berusaha mengingat-ingat.

"Ya sudahlah, kita mesti pulang, sebelum Izumo-kun dan Kotetsu-kun menutup gerbang asrama," Deidara menjinjing tas belanjaanya setelah membantu Sasori berdiri. Si rambut hazel mengekor dibelakang Deidara.

"Apa... yang sebenarnya terjadi padaku?" pikir Sasori.

xxXxXxx xxXxXxx

Gluk Gluk Gluk

PRAANG

Slrrrrp...

"Aku... masih haus," kata seorang anak kecil sambil menjilat bibirnya. "Aku masih ingin darah!..".

Saat melihat sosok seorang wanita dihadapannya, anak kecil itu bertambah kalap, seperti tak berdosa, ia melangkahi mayat manusia yang tergeletak karena kehabisan darah.

"Hentikan Nak!" pinta wanita itu sambil berjalan mundur menjauhi si anak yang sedang hilang akal itu.

"Aku, haus..." kata anak kecil yang masih berjalan mendekati si wanita.

Dilemparnya sebuah vas tepat ke kaki si wanita sampai terjatuh. Kesempatan itu digunakan si anak untuk meraih leher si wanita, dan...

Graup

Digigitnya leher si wanita. Sedikit demi sedikit dihisapnya darah wanita itu...

"Sa..so..riii... sadarlah, nak!" pinta wanita itu.

Nyuuut

"Aaaakh..." anak itu melepas gigitannya dan berteriak kencang. Darah yang sudah melewati kerongkongannya berusaha ia muntahkan, bola mata semerah darah berubah menjadi coklat. Saat melihat sosok wanita di depannya sedang merenggang nyawa, anak itu menangis sejadi-jadinya.

"Ibuuu... aku, uh ukh,".

"Sa..sori...".

Anak kecil itu memeluk sang ibu yang sedang sekarat, "Maafkan aku, bu," ucapnya disela isak tangis.

Sang ibu menyunggingkan sebuah senyum tipis, "Ibu... menyanyangi..mu Saso..ri," katanya sebelum menutup mata, untuk selamanya.

"IBUUUU... UWAAAAAH!..."

xxXXXxx xxXXXxx

Pik

"Ibu!" seru Sasori saat membuka mata dan terbangun dari mimpi buruknya.

"Kamu mimpi buruk ya?" tanya Deidara pada Sasori.

Sasori bangkit dan duduk di atas kasur, ia mengelap keringat dingin yang mengucur ditubuh dan wajahnya dengan selimut, "Jam berapa sekarang?" tanya Sasori sesaat kemudian.

"Jam 7," jawab Deidara yang sudah berpakaian seragam lengkap.

"Hah!" Sasori melingkap selimutnya untuk bergegas ke kamar mandi.

"Cih, kenapa aku nggak dibangunin," gerutu Sasori sambil melepas piyamanya.

Srrrr

Perlahan, tubuhnya yang putih itu sudah tersiram seluruhnya oleh air dingin yang keluar dari atas shower. Ia harap, air dingin yang mengguyur tubuhnya itu sedikit membuat ia lupa pada mimpi buruknya barusan, atau masa lalunya 10 tahun yang lalu.

"Cih..." desisnya sambil memukul tembok dengan kepalan tinjunya keras-keras.

xxXxXxx xxXxXxx

"Sasori, cepat! Nanti kita bisa telat, apalagi pelajaran jam pertama hari ini Zetsu-sensei yang mengajar," teriak Deidara dari arah dapur yang satu ruangan dengan meja makan.

Beberapa saat kemudian, Sasori keluar dengan hanya menggunakan boxer saja. Dengan rambut dan setengah badannya yang masih agak basah, ia duduk berhadapan dengan Deidara.

"Kok masih santai begitu?" tanya Deidara sambil mengunyah nasi goreng buatannya.

Sasori tak membalas, ia sedang sibuk meneguk susu hangat buatan Deidara.

"Enak ya?" tanya Deidara.

Sasori menjilat sisi susu yang menempel dibibirnya, "Yah, sama seperti buatanmu yang biasanya...".

Deidara susah payah menelan nasi yang menyangkut ditenggorokannya karena tindakan Sasori yang berbeda dengan dia yang biasanya.

"Eh, aku berangkat duluan ya! Sampai jumpa dikelas," Deidara menghabis susunya buru-buru. "Oya, jangan lupa habiskan sarapanmu!" pesan Deidara sebelum menghilang dari balik pintu.

Sasori tidak peduli pada kata-kata Deidara yang terakhir agar menghabiskan sarapannya, dia lebih memilih untuk menghabiskan susu yang masih sisa setengah digelas Deidara sebelum ganti baju. Sesaat kemudian, ia pun siap menjalani 9 jam waktunya diruang kelas.

xxXxXxx

TBC

xxXxXxx

Please, Shi mohon kritik dan saran dari senpai sekalian, soalnya Shi masih bingung menentukan genre yang cocok untuk fanfic ini, jadi mohon Shi mohon bantuannya... Yosh, arigatou minna...