Waktu masih menunjukkan pukul 6 pagi saat si kecil mulai mengerjap-ngerjapkan mata sipitnya seraya menguap. Ia menggerakkan sedikit tubuh gempalnya pada ranjang besar tempatnya tertidur. Iya, si kecil memang tidur sendirian di atas ranjang besar dengan sprei berwarna biru laut itu. Berguling ke kanan, ke kiri membuat beberapa bantal dan selimutnya terjatuh dan tergeletak di atas lantai yang dingin.

"Uhhh bacah." gumamnya saat merasakan bagian sprei yang ia tiduri terasa basah. Buru-buru ia bangkit dari posisi berbaringnya dan menatapi bagian yang basah itu seraya memegangi celana piyama birunya.

"Uhh bau.. Jeno ompol." gumamnya lagi lalu segera turun dari atas ranjang.

Brukk

Jeno sedikit terhuyung karena kakinya tak sengaja tersandung bantalnya. Beruntung ia tak sampai jatuh dan membentur lantai. Ia sedikit menggerutu kesal sebelum kembali bangkit dan mulai melangkah ke arah lemari pakaiannya. Jeno membuka pintu lemarinya pelan dan mengambil asal celana dari salah satu tumpukan membuat beberapa pakaiannya yang lain ikut terambil bahkan ada yang terjatuh. Untung saja rak lemari itu juga tidak terlalu tinggi sehingga Jeno masih bisa mengambil apa yang ia mau.

"Ups jatuh." ujarnya lalu mengambil baju-bajunya dan menaruhnya asal lagi ke dalam lemari.

Kedua tangan kecilnya secara pelan mulai menurunkan celananya yang sudah basah. Ia sedikit kesulitan saat sebelah kakinya tersangkut disela celana, membuat tubuh gembulnya terhuyung dan terjatuh. Tapi ia masih mencoba melepaskan celana itu beserta diapersnya juga. Setelah berhasil ia lepaskan, Jeno pun segera memakai celana yang tadi sempat ia ambil dan cepat-cepat memakainya, bahkan tak peduli jika ternyata terbalik.

"Celecai! Jeno pintal!" ujarnya senang dengan aksen cadelnya sambil bertepuk tangan dengan riangnya.

Selesai mengganti celananya, Jeno pun segera melangkahkan kakinya keluar dari kamarnya. Tubuh gembulnya terlihat sangat lucu saat berjalan keluar terlebih dengan posisi celananya yang terbalik itu yang bisa membuat siapa saja jadi gemas padanya.

Jeno menjinjitkan kedua kakinya saat berada di depan kamar kedua orang tuanya. Ia bermaksud untuk mendatangi kedua orang tuanya dan membangunkan sang eomma karena ia merasa haus. Tapi, beberapa kali ia mencoba, pintu itu tetap tak bisa terbuka. Tampaknya pintu itu sengaja di kunci dari dalam membuat Jeno merengut sebal.

"Haus, Jeno mau cucu." gumamnya lalu segera melangkahkan kaki-kaki kecilnya menuruni tangga untuk ke dapur.

Jeno mengerjapkan matanya senang saat menatap isi kulkasnya yang penuh dengan beragam makanan. Membuka kulkas, itu sudah jadi keahlian Jeno sekarang. Bocah berusia tiga setengah tahun itu sudah pintar membuka kulkas dan mengambil segala rupa makanan yang ada disana, terutama makanan manis yang memang sengaja sang eomma simpan.

"Cucu Jeno!" ujarnya riang saat menemukan karton susu miliknya di rak kulkas paling atas.

Hap Hap

Jeno mencoba melompat-lompat, berharap ia dapat mengambil susunya. Tapi sayang, tubuhnya masih terlalu kecil untuk bisa mengambilnya. Si gembul tampaknya tak kehabisan ide. Ia pun segera mendorong sebuah kursi yang ada di pantry untuk ia jadikan pijakan kakinya. Dan hap karton susu itu pun sudah berhasil ia dapatkan.

"Yeay cucu Jeno!" ujarnya dengan riang. Jeno mulai membuka tutup karton susu itu secara pelan. Dan tanpa berpikir panjang, ia pun langsung meminum susu itu tanpa menuangnya ke dalam gelas.

Sangkin semangatnya minum, ia pun sampai tersedak dan membuat susu cokelat itu tumpah dan membasahi lantai hingga baju piyamanya. Jeno yang melihat tumpahan susunya itu sedikit terdiam, mengamatinya sebentar lalu dengan cueknya kembali meneguk susunya lagi. Ia sangat senang karena bisa puas meminum susu kesukaannya itu tanpa harus di larang oleh sang eomma. Susu yang masih berisi setengah karton itu pun akhirnya telah tandas ia minum.

Jeno masih asik mengacak-acak dan mengambil apapun yang bisa ia ambil dari dalam kulkas. Entah itu beberapa tangkai buah anggur, strawberry hingga potongan kue cokelat mulai ikut ia cicipi. Sangkin asik dengan segala makanannya, Jeno bahkan sampai tak menyadari kedatangan seseorang yang hanya bisa menggelengkan kepala saat melihat apa yang sedang si gembul itu lakukan.

"Kamu sedang apa, Jung Jeno?" ujar si pria manis sambil menahan gemas pada putra gembulnya. Sadar dengan suara sang eomma, Jeno pun segera menolehkan kepalanya dan menyunggingkan senyum polosnya, menampilkan wajah dan giginya yang kini sudah belepotan dengan krim cokelat.

"Eomma!" ujar Jeno sambil merentangkan kedua tangannya, tanda dirinya yang meminta untuk digendong. Tapi Doyoung, eommanya hanya menggelengkan kepala tanda menolak.

"Coba lihat. Siapa yang memberantaki ini semua, hmm?" ujar Doyoung sambil menunjuk ke arah lantai dan isi kulkasnya yang sudah berantakan karena ulah putra gembulnya itu.

"Jeno!" balas Jeno sambil tersenyum polos tanpa merasa bersalah membuat Doyoung hanya bisa menghela nafasnya.

"Dan ini Jeno juga yang habiskan semuanya?" tanya Doyoung saat mengambil karton kosong susu yang telah tergeletak di atas lantai. Jeno hanya menganggukkan kepalanya seraya menjawab pertanyaan sang eomma.

"Astaga Jung Jeno!" balas Doyoung gemas sambil mengusak rambut hitam putranya yang hanya tertawa-tawa saja.

Doyoung kini sedang sibuk membersihkan dapurnya, membereskan segala kekacauan yang telah dilakukan oleh putranya tadi. Beginilah jika ia lengah sebentar saja, putranya itu pasti akan membuat ulah. Meski begitu, Doyoung tetap hampir tak pernah memarahi putra gembilnya itu. Ia hanya terlalu sayang pada putranya hingga enggan untuk memarahi ataupun menegurnya kecuali jika memang sudah terlewat batas.

Sementara, putra gembulnya itu sedang asik menonton sambil bernyanyi-nyanyi di ruang tengah. Ini adalah salah satu kegitan Jeno di setiap pagi hari, menonton film kartun favoritenya, Pororo. Si gembul terlihat sangat lucu terlebih saat mulai ikut menggerakkan tubuhnya saat pinguin biru bersama temannya bernyanyi bersama. Dengan bahasa seadanya, Jeno pun ikut menyanyi dan menari-nari.

Jung Jaehyun, sang ayah yang baru saja turun ke lantai satu hanya bisa tersenyum tanpa bisa menahan senyumnya melihat kegemasan sang anak. Sangkin gemasnya, ia bahkan langsung mendudukkan diri di sofa dan mengamati dalam diam Jeno yang masih asik dengan dunianya sendiri, tanpa menyadari kehadiran sang ayah.

"Wah jagoan appa pintar!" ujar Jaehyun sambil bertepuk tangan heboh saat Jeno berhasil menyelesaikan lagunya.

"Appa!" melihat keberadaan sang appa, Jeno pun langsung berlari dan menerjang tubuh besar appanya.

"Uhh jagoan appa kok tambah berat gini sih, hmm hmm?" ujar Jaehyun sambil mengecupi wajah putranya dengan gemas.

"Rindu appa tidak, hmm hmm?" sambungnya diselingi tawa renyah milik si gembul.

"Lindu lindu hahaha geli appa!" balas Jeno sambil berusaha melepaskan diri dari pelukan erat appanya.

"Appa appa cudah hahahahaha" tawa Jeno terdengar sangat lepas buat Jaehyun jadi semakin menjadi menggoda putra gembulnya itu.

Doyoung yang sudah selesai membersihkan kekacauan di dapur pun kini tampak ikut berkumpul di ruang tengah. Sebenarnya karena ia penasaran dengan apa yang terjadi antara putranya dengan suaminya disana apalagi saat mendengar tawa putranya yang lepas begitu.

"Appa appa hahahhaa cudah hahaha eomma hahahhaa" Doyoung hanya bisa menghela nafasnya saat melihat sang suami yang terus menerus menggelitik dan menggoda si gembul itu tanpa niatan untuk berhenti.

"Yaampun Jae, sudah cukup. Kasian itu Jeno nya." ujar Doyoung tapi Jaehyun masih saja cuek.

"Eomma eomma hahaha capek hahaha appa!" ujar Jeno lagi sambil merengek. Mendengar rengekan dari putranya, mau gak mau buat Jaehyun berhenti.

"Eomma huaaaa~" dan benar saja selepasnya, si gembul itu jadi menangis dipelukan eommanya. Melihat itu, Jaehyun hanya bisa menyengir sambil menatap sang istri, merasa bersalah.

"Appa jahat! Jeno gak cuka!" adu Jeno buat Doyoung hanya bisa menghela nafasnya.

"Maaf deh.. Iya iya appa nakal. Appa jahat. Jeno mau maafin appa?" ujar Jaehyun sambil mencoba menarik perhatian jagoannya itu. Berharap mau melepaskan pelukan eratnya pada sang eomma dan mau kembali menatapnya.

"Ya kalo Jeno gak mau maafin appa, appa pergi lagi deh. Jeno disini saja ya berdua sama eomma. Abis Jeno-"

"Ga boyeh! Appa ga boyeh mana-mana! Cini aja!" potong Jeno sambil memandang kesal pada appanya yang mengancam itu.

"Abis Jeno gak mau maafin appa. Ya sudah appa pergi lagi saja ya. Bye bye Jeno!" ujar Jaehyun setengah meledek dan itu sukses buat Jeno langsung kembali menangis.

"Jae, udah deh jangan godain Jeno terus. Nih lihat dia nangis lagi kan?" ujar Doyoung sambil mencoba menenangkan Jeno yang kembali menangis.

"Hahahhaa appa bercanda sayang.. Cup cup cup jangan nangis ya? Masa jagoan appa nangis terus sih?" ujar Jaehyun sambil mengambil Jeno ke pangkuannya lagi. Si jagoan Jung itu hanya bisa memeluk erat leher sang appa, seperti takut ditinggal.

"Duh gemesnya kalo gini. Coba, gimana appa bisa lama-lama perginya kalo kamu gemesin gini sih?" ujar Jaehyun sambil mengecupi pucuk kepala putranya berkali-kali.

"Makanya jangan sok sibuk suka pergi jauh-jauh dan lama-lama." celetuk Doyoung santai sambil mengganti channel tv yang ada.

"Loh loh kesayangan aku yang ini kok juga ikut-ikutan ngambek sih? Jadi yang sebenernya suka kangen aku itu Jeno atau eommanya ya?" goda Jaehyun sambil merangkul bahu sang istri dengan sayang.

"Kok diem aja? Jadi bener nih? Kamu yang suka kangen sama aku? Ujuju kok gemes sih.." sambung Jaehyun buat Doyoung mendecih sebal. Kesel dia tuh terus-terusan digodain begini.

"Menurut kamu aja lah!" balas Doyoung ketus buat Jaehyun terkekeh gemas.

"Duh kesayangan-kesayangan aku ini kenapa pada gemesin sekali sih? Kalo gini aku kan jadi beneran gak bakal tega kalo harus tugas jauh dan lama. Coba sini ikut peluk dulu dong sayang.." ujar Jaehyun sambil memeluk tubuh kurus istrinya. Jeno sendiri sih daritadi dia masih betah aja ada didalam pelukan appanya.

Dan ya biarkan lah keharmonisan pagi itu terus berlanjut untuk keluarga mereka.

END

A/n: diawali dengan cerita keluarga yang manis-manis dulu hehe