Treasure at School ?
By: Fuyu-Yuki-Shiro
.
Disclaimer:
Naruto © Masashi Kishimoto
.
Warning:
Kamulah pemain utamanya!
.
Summary:
Pertama di dunia per-fanfiction-an *plak*! Kamulah tokoh utama dalam fict ini! Ayo baca fict ini dan berkhayallah bahwa anda sedang bermain bersama tokoh-tokoh Naruto.
.
Genre: Mistery, so pasti
.
"Ayo kita main tebak-tebakkan!" ucap guru matematikamu ketika guru kamu telah berada di kursinya. Kamu dan teman-teman kamu langsung menatap bingung kepada guru kamu yang heboh sendiri itu dalam diam. Melihat kelas yang begitu sepi, guru kamu langsung melanjutkan. "Tentu saja teka-tekinya adalah teka-teki matematika!"
Kamu hanya diam sebentar kemudian dalam hitungan beberapa detik, kamu kembali menatap buku kumpulan soal-soal matematika SMP dan mulai mengerjakan satu soal yang tertunda karena kedatangan guru matematikamu itu.
"Hei, hei! Kalian ini! kenapa kalian malah asyik dengan buku kalian? Dasar tidak sopan!" ucap guru kamu dengan nada sedikit tersinggung.
"Kami tidak punya waktu untuk bermain-main sensei," ucapmu dengan datar dan tanpa minat.
"Kalian sudah cukup belajar! Belajar itu butuh refreshing juga!" kilah gurumu dengan semangat dan tidak mau kalah. Kamu mendengus sebal, sudahlah, guru matematikamu ini memang tidak mau kalah dan tidak bisa dibantah karena kecerdikannya.
"Tapi sensei…."
"Atau kalian takut ya tidak bisa menyelesaikan teka-teki yang sensei berikan?" tanyanya memanas-manasi dan sepertinya berhasil. Kamu menatap keduapuluh teman kamu yang langsung 'panas' setelah dikata-katai begitu. Kamu mendengus maklum. 'dasar anak-anak!' batinmu merendahkan yang tidak terpancing sama sekali dengan hasutan gurumu tersebut. Mengingat statusmu yang merupakan siswa SMP tingkat akhir yang harus menjalani serentetan ujian agar diterima di SMA yang kamu inginkan, membuat kamu tidak mau menyia-nyiakan waktu sedikitpun dan menurutmu, bermain teka-teki dengan guru matematikamu merupakan hal yang sia-sia.
"Baiklah!" gurumu mulai bersuara. "Karena semuanya sepertinya semangat sekali untuk bermain, sensei akan membagi kalian menjadi lima kelompok!" lanjut beliau dengan senyum kepuasan yang terpasang di wajahnya. Mendengar kata semuanya, kamu langsung protes.
"Saya tidak berminat!" ucapmu tegas. Gurumu mengulum senyum sebelum berkata, "Kalau begitu kau harus mengerjakan 100 soal matematika yang sensei sediakan dan harus dikumpulkan besok atau akan sensei pastikan nilai rapormu pas-pasan."
"Apa?" kamu kaget tidak percaya dengan apa yang diucapkan oleh gurumu tersebut. "Tidak bisa begitu dong sensei!" protes kedua kamu dengan wajah memerah karena kesal, tapi guru kamu terlalu 'santai' menanggapi protesanmu.
"Tidak bisa bagaimana? Semua orang di sini sudah setuju akan mengikuti permainan yang sensei buat, jadi harus ada konsekuensi untuk yang tidak mau mengikuti," ucap guru kamu dengan santai. Kamu mengeram marah. Tidak adil! Ini namanya sewenang-wenang! Protes kamu dalam hati, tapi dengan lunglai dan hati dongkol, kamu terpaksa mengikuti permainan beliau. Gurumu langsung tersenyum penuh kemenangan ketika melihat ketidakberdayaan kamu melawan 'kekuasaan'nya.
"Yosh! Ayo semangat, dattebayo!" itu suara dari Namikaze Naruto. kamu melirik pemuda yang duduk dua bangku disampingmu dengan sebal. Kamu berharap sekali kalau hari ini kamu tidak usah sekolah saja.
"Ya, ayo kita berjuang Naruto! semangat masa muda!" itu suara dari seorang rock lee. Pemuda dengan rambut kelimis dan berbentuk seperti mangkok terbalik. Dua orang bodoh yang terlalu bersemangat! Ejekmu dalam hati.
"Baiklah, sensei akan memulai membagi kelompok kalian, anak-anak kelas unggulan," ucap beliau dengan menekankan kata 'anak-anak kelas unggulan'. Kamu mendengus, kamu memang berada di kelas unggulan di sebuah SMP favorite di Konoha, pelajaran yang diberikan di kelas unggulan memang pelajaran setingkat lebih sulit dari kelas biasanya dan untuk memasuki kelas unggulan ini pun harus menjalani serangkaian tes yang memusingkan dan kamu merupakan salah satu dari dua puluh siswa yang berhasil menyelesaikan tes-tes yang memusingkan itu dengan hasil cemerlang.
Jadi kamu berfikir, mungkin tidak buruk juga menyelesaikan teka-teki yang diberikan oleh gurumu tersebut. Dalam hati kamu sesumbar akan menyelesaikan teka-teki yang diberikan maksimal setengah dari waktu yang diberikan oleh guru kamu.
Guru kamu telah selesai membagikan kelompok dan menyuruh siswa untuk masuk kelompok yang telah di tentukan. Kamu kemudian bergabung dengan teman kelompok kamu yang sudah ditentukan meski dengan sangat kesal.
Bagaimana tidak kesal jika teman kelompok kamu adalah orang-orang yang tidak kamu sukai?
"Baiklah, sekarang sensei akan bagikan denah dan sebuah amplop berisi teka-teki pertama," gurumu menjelaskan sembari membagikan denah yang dikatakannya kepada tiap kelompok yang terbentuk. "Untuk soal pertama sensei buat berbeda untuk tiap kelompok tapi finishnya sama. Kalian bisa menjawab teka-teki berikutnya hanya jika kalian menyelesaikan teka-teki yang pertama. Jawaban teka-teki yang pertama menunjukan letak disimpannya teka-teki yang kedua, begitupun selanjutnya," ucap guru itu. kamu memperhatikan denah yang diberikan guru kamu dan lagi-lagi kamu mengeluh. Ini kan denah satu sekolah yang ditandai dengan nomor. Sekarang kan sedang ada jam pelajaran, jika jawaban dari teka-teki pertama menunjukkan tempat di saat ada guru mata pelajaran bagaimana?
"Jika jawaban dari teka-teki kalian menunjukan ruangan kelas, kalian cukup meminta teka-teki berikutnya kepada guru yang mengajar saat itu,"ucap gurumu seperti dapat menebak pikiranmu. Kamu mendengus sebal, guru yang kooperatif sekali ya? Tanyamu sarkastik.
"Wah, Minato-sensei memang hebat!" itu pujian dari Karin. Cewek berambut merah itu dengan mata berbinar-binar. Kamu hanya mendengarkan pujiannya selewat. Guru Matematikamu, Namikaze Minato, guru yang cukup berpengaruh di SMPmu. Dengar-dengar Minato-sensei lulus pendidikan S3 di usia 25. Hebat bukan? Tapi jika melihat sifatnya yang suka senyum-senyum dan ide tidak terduganya, kamu jadi tidak yakin dengan rumor yang beredar.
Tapi ya… hamper semua guru yang berada di SMPmu bahkan guru-guru di Konoha menghormati seorang Namikaze Minato.
"Baiklah, finishnya adalah tempat kenangan," ucap sang guru. "Waktunya sampai bel pelajaran sensei selesai, waktu dimulai dari sekarang," ucapnya yang membuat kamu langsung membuka amplop teka-teki pertama kamu dengan teman kelompok kamu, dan inilah teka-teki pertama yang diberikan untuk kelompok kamu.
+V : V
Kamu mengerutkan alis. Ini apa maksudnya?
"Apa maksudnya ini?" itu suara salah satu teman kelompokmu. Seorang pemuda berambut pirang yang semangat sekali mengikuti teka-teki yang dibuat oleh sang ayah. Sekedar pemberitahuan saja, Namikaze Minato adalah ayah dari seorang Namikaze Naruto.
"Makanya kita harus mencari tahu, dobe!" ledek Uchiha Sasuke, cowok paling popular di SMPmu karena kepintaran dan ketampanannya. Ah ya, jangan lupakan sifatnya yang bak pangeran dari negeri utara itu, saking dinginnya sifatnya itu.
"Aku sedang mencari tahu, teme!" balas Naruto sambil memonyongkan bibir.
"A-ano… kalau bertengkar terus, kita tidak akan bisa menyelesaikan teka-tekinya," suara gugup itu berasal dari tempat tepat di depanmu. Hyuuga Hinata, dengan muka merona merah dan telunjuk yang digerak-gerakkannya dengan gugup berusaha melerai pertengkaran kedua pemuda yang sangat bertolak belakang namun entah kenapa mereka bisa seakrab tadi.
Kamu menghembuskan nafas pasrah. Lima menit berlalu hanya untuk melihat pertengkaran yang menurutmu bodoh itu. kamu terdiam cukup lama sembari menatap lekat-lekat kertas teka-teki yang sekarang sempurna berada di tanganmu. Iseng-iseng kamu mencoba membalikkan kertas itu, mencoba melihatnya dari sisi yang berbeda namun kamu belum juga mengerti dari kertas tersebut.
"Percuma melakukan itu, bodoh!" ucap Sasuke sembari merebut kertas teka-teki dari tanganmu. Kamu mendengus sebal. Kemudian kamu dan teman-teman kelompokmu terhanyut dengan pikiran masing-masing.
"Sensei, kami sudah menemukan jawaban dari teka-teki kami, bisakah kami keluar sekarang?" Tanya seseorang. Kamu dan teman-teman kelompokmu mendongak, menoleh kea rah suara yang ternyata milik seorang gadis berambut pink bernama Haruno Sakura. Minato-sensei langsung mengiyakan izin Sakura dan itu membuat Sakura, Inuzuka Kiba dan akamaru (mereka satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan), Shino si pendiam dan Rock lee langsung pergi meninggalkan kelas dengan gaya congak.
"Ah~ seandainya Sakura-chan ada di kelompok kita," gumam Naruto membut kamu sebal saja. Patut diakui kamu itu sangat tidak akrab dengan ketiga teman kelompokmu itu, jadi wajar saja jika mereka tidak mengharapkan kamu dalam kelompok mereka.
"Maaf deh aku bukan Haruno-san," balasku sengit sembari bersungut-sungut.
"A-ano…," Hinata memecahkan keheningan dan suasana tegang diantara kami. "Me-menurutku, jawabannya adalah tiga," ucapnya dengan gagap. Kamu memiringkan sedikit wajahmu. Memangnya gaya gagap itu adalah trade marknya Hinata?
"Kenapa kau bisa menjawab begitu, Hinata-chan?" Tanya Naruto penuh minat.
"Itu…" Hinata menarik nafas sebelum menjelaskan. "Jika kita asumsikan kalau symbol V adalah angka romawi, berarti V di sini adalah angka 5."
"Lalu symbol '+' nya?" potong Naruto sembari menunjuk symbol penjumlahan.
"Itu bukan operasi penjumlahan," ucap Hinata sengan senyum senang. "Tanda '+' di sini merupakan Kanji sepuluh. Jadi jika kita menggantinya menjadi '15 : 5' yaitu 3," jelas Hinata berseri=seri tanpa gagap sama sekali.
"Kalau tanda '+' di sini merupakan kanji sepuluh seharusnya menjadi '105 : 5' bukan?" ucapmu mencoba berargumen. "Kalau begitu isinya adalah 21," lanjutmu lagi. mereka tampak berfikir, menimbang idemu.
"Ruangan 21 itu di mana?" Tanya Sasuke. Dengan sigap Hinata menjawab.
"Ruang 21 kalau di denah itu kelas memasak, sementara ruang tiga adalah perpustakaan."
"Kalau begitu kita ke perpustakaan," cetus Sasuke sembari beranjak.
"Kok ambil keputusan sepihak seperti itu sih?" protesmu dan mendapat deathglare dari Sasuke.
"Menurutku 3 jawaban yang benar."
"Menurutku 21!" kamu bersikeras.
"Hn," Sasuke memilih untuk tidak menghiraukanmu dan berjalan meninggalkanmu yang kemudian di susul oleh Naruto dan Hinata.
"A-ano…" Hinata menghadapkan tubuhnya menghadapmu menyebutkan namamu. "Ma-maaf," ucapnya sembari membungkuk kemudian bergegas mengejar Sasuke dan Naruto. Kamu mendengus sebal dan mau tidak mau mengikuti mereka bertiga.
.
.
Sepertinya kamu memang harus mengakui bahwa keputusan Sasuke dan hasil analisa Hinata itu tepat ketika Anko-sensei, penjaga perpustakaan mengatakan hal yang mengejutkan.
"Ya, meski kalian pergi ke ruang masak pun, teka-teki di ruang masak akan mengarah ke perpustakaan sih,"
Baiklah, kali ini anda mengaku kalah.
"Kalau begitu…," ucapan Naruto terpotong ketika Anko-sensei menyerahkan amplop putih kepada Naruto.
"Ini teka-teki selanjutnya, selamat berjuang!" ucap Anko-sensei membuat kamu dan teman-temanmu segera duduk ke tempat duduk dan mulai membuka teka-teki ke dua.
1,1,2,3,5,8, x, 21,34,55
"Wah? Ini barisan aritmatika apa barisan Geometri?" komentar Naruto dan kamu bersamaan dengan suara yang cukup keras sehingga orang-orang menatap kalian dengan pandangan tidak suka. Kamu dan Naruto terpaksa nyengir meminta maaf kepada mereka.
Sepertinya kali ini akan cukup lama untuk memecahkan teka-teki ini.
Bisakah anda menjawabnya?
…
To be continued
…
A/n :
Yo… *Plak*
Haha
Sorry~ bukannya ngelanjutin fict yang lain tapi aku malah bikin cerita gaje ini. Tapi emang fic ini mendesak, kenapa? Soalnya aku dapet tugas untuk membuat permainan dan tebak-tebakkan matematik di kampusku. Tapi setelah kupikir-pikir lagi, permainan seperti distribusi galton, klinometer atau alat peraga yang lain tidak terlalu menarik. *Plak*. So aku berencana mau membuat cerita detective-detektive-an aja… haha
Lagipula, bukankah jarang ada fict yang melibatkan para readers? Hehehe
Ayo! Untuk readers, khususnya yang menyukai matematika, bisakah menjawab teka-teki kedua? Mudah lho sebenarnya… *smile*
Gak banyak bicara,
REVIEW?
