Warning : AU, OOC, IDE PASARAN,DON'T LIKE DON'T READ !
Halo semuanya. Maaf ya, saya nerbitin fic baru, itung-itung permintaan maaf atas kurangnya ShikaIno moment di We Are Marry Now. *reader: Elu mah malah ngebanyakin fic yang kagak tamat2!* Hehehehe, di a/n chapter terakhir Mademoiselle Sakura kemarin kan night sudah bilang kalau mau nerbitin beberapa fic ringan (hanya beberapa chapter). Ini salah satunya!
Dedicated to my little sista yang akhir-akhir ini tercuekkan olehku: NaRa'UzWa'
Judulnya simple. Maaf kalau aneh. Saya kepikir langsung dari judul lagu artis kita itu lho… Ide ceritanya sekelebat muncul waktu saya baca fic NS salah satu dari kalian mungkin. Yang Shion (penggemar Naru) si playgirl jadian ma Sai (naksir Ino) yang playboy. Langsung kepikiran Playgirl vs Playboy. Tapi karena charanya Shikamaru ma Ino, idenya kurombak. Hope you like it!
Yosh! Selamat membaca!
Summary : Ino gadis yang mengukur semuanya dengan uang. Kalaupun ia tersenyum, senyumnya pun juga bernilai yen! Tak tanggung-tanggung ia memacari siapa saja yang bisa di-pelorot. Sang gadis komersil! Dan satu hari keberuntungannya terhenti, atau mungkin malah dimulai, saat ia bertemu pengusaha kaya yang tak pernah serius menjalani hubungan dengan perempuan bernama Nara Shikamaru.
DISCLAIMER : MASASHI KISHIMOTO-sensei
.
LOVE IS (NOT) MONEY
Chapter 1
.
"Maaf…"
Sosok pemuda di hadapannya makin merasa tak tega ketika gadis di depannya makin merundukkan kepala. Hampir saja ia ikut menangis karena tersentuh dengan penjelasan si gadis. Tentu saja ia ingin ikut menangis sungguhan! Sedikit berbeda dengan sang gadis yang masih sesenggukan sih, karena andai saja pemuda itu tahu, tangisan yang meluncur menghiasi pipi mulus sang gadis pirang itu hanya air mata buaya!
Beruntunglah si gadis yang mendapati si pemuda percaya.
Mudah seperti biasa… pikirnya enteng. Kalau saja si pemuda itu lebih cerdas sedikit, ia pasti tahu bahwa ia sedang memainkan drama. Tapi ya mau bagaimana lagi, tangisan si gadis pirang begitu menyayat dan bahkan mengalahkan tangisan Cinderella yang sedang disiksa ibu tirinya.
"I-Ibuku memaksa, Kankurou-kun… ak-aku…"
"Tak apa Ino-chan," jawab si pemuda brunette tenang. Meski sebenarnya ia tak rela juga. "Kau gadis yang baik. Kau benar-benar penurut pada ibumu ya… semoga pria pilihan ibumu di desa cocok untukmu."
Ino masih sesenggukan. Tak mempedulikan tatap mata orang-orang di dalam café yang kini mulai berbisik-bisik. Ah, persetan dengan mereka. Kalau perlu, mereka seharusnya membayar untuk melihat drama tangisannya.
Kembali ke pokok permasalahan malam ini, Ino segera mendorong sebuah cincin di atas meja ke arah pemuda di depannya, "Ini kukembalikan Kankurou-kun… Aku rasa kau lebih membutuhkannya daripada aku. Aku tahu p-pesangon dari perusahaanmu tak banyak…"
"Ino-chaaan…"
"Aku ingin di dekatmu saat kau mempunyai masa sulit begini. Tap-tapi…hiks… maaf…" Yak! Tangisan buaya kembali meluncur dari mata aquamarine Ino. Dan Kankurou masih terjebak dengan sempurna.
"Tidak usah Ino-chan, itu untukmu… Cincin itu sudah jadi milikmu kok."
"Benarkah?" Ino mengangkat wajahnya. Matanya yang berkaca-kaca seolah menyampaikan kalimat 'Sungguh?' pada Kankurou. Meski di balik itu, si gadis sebenarnya meneriakkan 'Ayo-katakan-kalau-cincin-ini-untukku!'
Dan drama itu sukses. Ino tak perlu mengeluarkan lagi air mata berharganya. Lebih baik disimpan untuk drama lain. Senyum Ino terkembang saat Kankurou mengangguk pasrah.
Gadis itu bangkit dari kursinya. Merunduk dan mencium pipi Kankurou, lalu bergegas pergi dari café. Meninggalkan Kankurou yang mulai sesenggukan. Setengah tak rela kehilangan pacar, setengahnya lagi tak rela kehilangan cincin ratusan ribu yen yang dibelinya dengan uang tunjangan tahun baru lalu.
Nasiiib….
.
o.O.o.O.o.O.o.O.o.O.o.O
.
"Jadi… ya begitulah…"
Sang gadis manis di depannya hanya bisa mendesah. Jari-jarinya dengan intens mengetuk pintu meja café karena kesal. Kacamata yang sedari tadi membingkai wajah ayunya segera ia lepas. Matanya kemudian menyipit memandangi pemuda pirang di hadapannya.
"Benarkah itu, Naruto?" tanyanya penuh selidik.
Pemuda jabrik itu mulai berkeringat dingin dan mengeluarkan senyum yang oh-sangat-perlu-dicurigai! Matanya menjelajah kesana-kemari untuk merilekskan pikirannya. Tak ada hal bagus yang bisa dilihat! Sial! Hanya pengunjung café yang sibuk dan seorang gadis pirang yang baru bangkit dari kursinya dan meninggalkan pria yang tertunduk sedih.
"Naruto?"
"I—iya, Matsuri-chan…"
Matsuri menghela napas lagi, "Ah, ya sudahlah. Aku hanya merasa Shikamaru menghindar. Dia itu sebenarnya cinta padaku nggak sih!"
"…" Naruto tak mau berkomentar kali ini.
"Dia selalu membatalkan janji yang kubuat. Si pemalas itu menyebalkaaaaaan!" teriaknya kesal.
Naruto segera bangkit dari kursinya. Gila, gadis manis ini nyatanya bisa marah juga! Benar kata Shikamaru, semua gadis memang merepotkan!
"Ah, Matsuri-chan, aku harus pergi sekarang! Hahahaha, sampai jumpa!"
"Naruto, tungg—"
Sayangnya belum sempat Matsuri menyelesaikan kalimatnya, pemuda pirang yang menjadi sahabat kekasihnya itu sudah menghilang di balik pintu café. Ah, hari ini menyebalkan sekali. Apa hari ini adalah hari menyedihkan? Hari patah hati? Hari kesal pada kekasih? Apa dia orang paling merana hati?
Matsuri menengok ke meja di sisi kanannya. Sepertinya tidak. Seorang pemuda lain juga terlihat bersedih. Gadis itu perlahan bangkit. Sedih sendirian itu tak enak.
Sementara itu Kankurou perlahan mengangkat wajahnya saat ia merasa seseorang berdiri di dekatnya. Ia melihat seorang gadis berwajah kusut membungkuk memberi salam singkat.
"Boleh aku duduk di sini?"
.
o.O.o.O.o.O.o.O.o.O.o.O
.
Dukk.
Ino melotot saat sisi kanan bahunya ditabrak orang tak dikenal dari belakang. Hampir saja ia doyong dan jatuh di aspal dingin yang becek karena hujan deras sempat mengguyur Tokyo tadi sore.
Ino buru-buru menoleh dan mendapati pemuda menunduk meminta maaf. "Ah, maaf, aku buru-buru."
Ino pun sedang malas memberi respon. Jadilah ia hanya mendengus dan berbelok ke sebuah café kecil.
Sementara itu, Naruto boleh berlega hati karena gadis cantik yang mungkin bisa galak layaknya Matsuri mode PMS itu tak memberi respon atas pernyataan maafnya. Baguslah. Gara-gara merasa paranoid—semisal Matsuri mengejarnya dari belakang dan siap menghujaninya dengan pertanyaan—Naruto jadi tergopoh-gopoh berjalan di sepanjang trotoar.
"Naruto!"
Naruto menghela napas dan cepat berlari mendekati sosok sahabatnya yang berdiri tak jauh dari mobil Ferrari hitamnya. Wajahnya tak kalah kusut dengan Naruto.
"Kau menyebalkan Shikamaru! Seenakmu menyuruhku menemui salah satu pacarmu!"
"Ha~h, hari ini merepotkan sekali…" keluh Shikamaru. "Jangan kau pikir menghadapi Tayuya juga sama entengnya, Naruto."
"Ya sudahlah, sekarang kita kemana?"
Shikamaru menghela napas pelan, "Ke tempat Temari dan Tenten."
"Temari?" tanya Naruto memastikan. "Err, bisakah khusus Temari diundur dulu?"
"Ya sudahlah, aku juga lelah. Kita ke tempat Tenten saja."
.
o.O.o.O.o.O.o.O.o.O.o.O
.
Sakura memandang malas sahabat baiknya. Tertawa-tawa layaknya penghuni rumah sakit jiwa sambil memandangi cincin permata di jari kirinya sementara ia masih sibuk mengelap meja café.
"Jangan menatapku begitu, Forehead," ejek Ino tanpa mengalihkan pandangannya.
Sakura menghela napas. Gadis itu merapat ke jendela lalu menatap langit malam Tokyo yang mendung. Gadis pink itu mengangkat tangannya, berdoa seolah di langit sana ada banyak bintang yang akan mendengarnya. "Bibi, maafkan anakmu yang sinting ini. Dia membawa-bawa namamu untuk memutuskan hubungannya dengan Kankurou."
Bukannya merenung, Ino malah makin tergelak. Gadis itu menaikkan nada suara tawanya satu oktaf. Beruntunglah café itu sudah tutup dari pengunjung dan kini gelap. Setidaknya jangan sampai ada pengunjung yang lewat dan menganggap yang tertawa melengking itu adalah hantu.
Ino mengeluarkan dompetnya dan membelai sebuah potret dengan wajah kedua orangtuanya. "Maaf ya Ibu…" ungkapnya pelan. "Ah, ibu pasti mengerti kok."
Sakura menjatuhkan tubuhnya di kursi tepat di samping Ino lalu meraih jari gadis pirang itu. Matanya berkilau melihat cincin indah itu. Sesaat kemudian ia mendesah. "Kasihan sekali Kankurou… Cincin mahal begini harus berakhir di tangan penipu."
"Ugh, kalimatmu menusuk hatiku, Sakura-chan…" terangnya dengan mata berkaca-kaca yang sudah jelas tak mempan untuk Sakura.
"Padahal kau tahu ia baru saja kena PHK."
"Justru itu…" keluh Ino, "Karena ia kena PHK, tak ada gunanya aku tetap jadi pacarnya kan?"
Sakura memijit keningnya. Heran dengan sifat sahabatnya satu ini.
Ino dengan cepat bangkit dari kursinya. Ia dengan cepat meraih tangan Sakura, "Ayo kita ke bar!"
.
o.O.o.O.o.O.o.O.o.O.o.O
.
Sakura memicingkan matanya sambil memandang sahabatnya yang tanpa henti meminum vodkanya. Ia sendiri juga tak banyak berkomentar. Percuma bicara di tempat bising seperti ini. Suara hingar bingar house-music sudah cukup memekakkan telinganya. Beruntunglah ia Ino tak menyeretnya ke lantai dansa untuk berjoget semalaman.
Sakura melirik jam tangannya. Hampir jam dua dini hari. Untunglah besok kuliah kedokterannya libur.
"Hei, Forehead…"
Sakura terhenti dari lamunannya. Matanya melirik Ino yang memandangi gelas vodkanya. "Ada apa, Pig?" tanyanya malas, "Kalau kau mau mengajakku dansa, no thanks."
Ino menggeleng lemah. Entah karena mabuk atau bukan, Sakura merasa pandangan mata Ino melembut. Jari lentiknya menari di bibir gelas yang dipegangnya. "Menurutmu yang kulakukan salah ya?"
Sakura menghela napas dalam. Meskipun suara Ino tertelan suara berisik di klub, tapi ia bisa dengan jelas membaca gerak bibir sahabatnya itu. Ia tak bisa mengatakan 'ya' seperti biasa. Berat rasanya.
"Tinggal sebentar lagi kan?" tanya Sakura tak kalah pelan.
"Eh?"
"Tinggal dua bulan sampai 'hari'-nya kan? Jangan bilang kau lupa!"
Ino tersenyum lembut perlahan, "Tentu saja. Tinggal sedikit lagi kok…"
"Baguslah!" jawab Sakura. "Meski langit mendung, dan mungkin ibumu menatapmu dari sana, beliau, aku, ayahmu, tahu, bahwa yang kau lakukan benar, Ino-chan…"
"Ya! Tinggal cari dua atau tiga mangsa lagi, atau setidaknya satu saja yang kaya raya!" seru Ino bersemangat, "Ah…. Apa jadinya aku tanpamu, Sakura-chaaaan…"
.
o.O.o.O.o.O.o.O.o.O.o.O
.
"Sial! Kuso!" umpat Naruto berkali-kali.
Shikamaru hanya mendesah sambil mengacak rambutnya.
"Hampir saja aku mati dibunuh Tenten dan semua murid dojo judonya…" teriak Naruto, "kau gila, bagaimana bisa kau pacaran dengan ahli beladiri begitu, hah? Memangnya kau nggak kepikiran kalau hari memutuskannya seperti sekarang akan datang?"
Shikamaru menggeleng.
"Jangan bilang otak jeniusmu mendadak tumpul! Jangan katakan alasan bahwa kau berharap Tenten bisa jadi istrimu!"
"Mau bagaimana lagi, Baka! Aku kan memang memacari banyak perempuan untuk memilih mana yang sesuai kriteriaku, gadis yang tidak…. Merepotkan…"
"Dan hasilnya?" tanya Naruto malas.
"Semuanya… mendokusai…"
.
o.O.o.O.o.O.o.O.o.O.o.O
.
"Ihhh, menjauh Pig!" seru Sakura sambil mendorong Ino yang memeluknya erat.
"Kau sahabatku yang paling baik, Sakura-chaaan…"
"Cih, sial! Kau mabuk!"
Ino menggeleng yakin. Ia terus menggeleng meyakinkan sahabatnya bahwa ia tak mabuk, meski percuma. Anak SMP yang melihat gerakan sempoyongannya juga tak akan percaya bahwa Yamanaka Ino tak mabuk
"Aku heran, harusnya yang mabuk sekarang karena patah hati itu Kankurou, bukan kau, Pig!"
Ino malah tertawa. Gadis itu menengadahkan tangannya ke angkasa. Menatap langit Jepang yang mendung total. "Meski tak ada bintang, aku akan bersinar, Forehead. Kau juga."
"Ya…ya…ya…" keluh Sakura. Perlahan gadis itu tersenyum. Baguslah jalanan begitu sepi hingga teriakan Ino tak akan mengganggu orang lain. Sakura mulai berjalan cepat, menghampiri Ino yang sudah menari-nari di jalanan depan.
"Semua laki-laki itu payah! Sudah tahu kupermainkan, tapi nggak juga sadar! Aku akan tunjukkan pada dunia bahwa gadis seperti aku bukan pihak yang salah, Forehead!"
Ino memang istimewa. Gadis itu memiliki sesuatu yang bersinar dari dalam hatinya. sebuah ketulusan yang terpendam.
"Cause baby you're a firework. Come on show 'em what your worth. Make 'em go 'Oh, oh, oh!' As you shoot across the sky-y-y" seru Ino bersemangat sambil menunjuk angkasa mendung.
Sakura yang tak mau kalah ikut mulai bersenandung lagu favorit keduanya, "Baby you're a firework. Come on let your colors burst. Make 'em go 'Oh, oh, oh!' You're gunna leave 'em fallin' down-own-own"
Keduanya terus menyanyi bersamaan tak mempedulikan apapun di sekitarnya. Sakura dengan senang menyahut tiap Ino menyanyi. Keduanya tertawa-tawa sepanjang perjalanan menuju flat mereka, hingga di persimpangan jalan…
Dukk.
Tawa Ino terhenti saat hidungnya yang seharusnya tumpul nyatanya menangkap bau cologne mahal dari pemuda yang ditabraknya. Jelas-jelas ini pemuda kaya!
"Hei, Nona. Hati-hati kalau berjalan."
Ino mengangkat wajahnya. Tampan. Dan yang paling penting, kaya!
Sakura melotot. Pertanda buruk. Pasti otak Ino sedang 'on' sekarang.
"Ayo, Naruto!" pemuda tinggi itu tak mempedulikan tatapan Ino dan bersiap pergi sebelum suara Ino menghentikannya lagi.
"Hei, k-kau yang harus hati-hati saat berjalan!" seru Ino enteng.
Shikamaru menoleh. Pandangan matanya terlihat malas saat memperhatikan Ino dari atas sampai bawah. Ck, merepotkan. Shikamaru sebenarnya malas untuk berdebat, itulah mengapa ia memilih untuk berbalik lagi menuju Ferrarinya.
"Hei, kau!" teriak Ino lagi.
Sakura memijit keningnya yang pusing.
Naruto menatap Ino baik-baik, 'Bukannya ia yang tadi sempat kutabrak?' pikirnya. Aneh, saat ia menabraknya tadi malam, Ino terlihat seperti gadis cuek dan tidak mempermasalahkan apa yang ada. Kenapa sekarang dengan Shikamaru berbeda? Apa karena mabuk?
Ino dengan santai mendekat pada Shikamaru, tentu dengan langkahnya yang sempoyongan. "Memangnya begitu cara orang kaya meminta maaf?"
Shikamaru menaikkan sebelah alisnya. "Kenapa aku harus minta maaf?"
"Karena kau menabrakku!"
Shikamaru mulai memasang tampang kesal. Ia menunjuk Sakura dengan santai, "Hei, Nona. Bahkan temanmu di sana juga tahu bahwa kau yang menabrakku."
Sial, pikir Ino. Pemuda ini jenius rupanya. Bagiamana ya cara mendekatinya? Setidaknya mendapatkan nomor handphone-nya… Apalagi dari tadi Shikamaru menunjukkan wajah tak tertarik.
"Kau menyebalkan!" teriak Ino menyerah. Ah, mungkin ini tak akan masuk dalam jajaran mangsanya.
"Ck, Troublesome…"
Ino mengangkat sebelah alisnya. Setengah kesal, ia hampir memukul kepala Shikamaru, meski akhirnya malah meleset dan…
"Huekk…"
Payah!
Mata Sakura melotot. Sial. Ino malah memuntahi jas Shikamaru. Menanti apa lagi yang akan dilakukan Ino, nyatanya Sakura hanya mendapati sahabatnya itu ambruk di aspal. Meninggalkan pemuda yang di-'muntahi' masih setengah melotot menatap Ino ambruk di bawahnya.
'Ino, jangan bilang kau akting!'
Sakura yang masih sibuk dengan pikirannya menggeleng cepat. Tidak, melihat dari banyaknya minuman keras yang Ino teguk tadi, gadis itu kemungkinan memang pingsan. Dan belum selesai ia terkejut dengan tingkah Ino, mata emeraldnya menangkap pemuda berambut gelap itu melepas jasnya, menjatuhkannya di tubuh Ino lalu berjalan tak peduli menuju mobil mahalnya.
"Ayo, Naruto!"
TBC
.
o.O.o.O.o.O.o.O.o.O.o.O
.
At the backstage
NIGHT : Hahahahaha, satu lagi fic gaje muncul…
SAKURA : Ngapain di-publish?
NIGHT : Tak enak ma si Uz…
SHIKAMARU: Mendokusai…
NARUTO : Kok ceritanya kayak gini? Bener tuh Shikamaru secuek itu ninggalin cewek pingsan?
NIGHT : Yaaah, gimana ya… otak night lagi buntu… soal NS, night gak janji banyak. Mungkin mereka cuma muncul sebagai tambahan friendship ajah, jadi fic ini pure ShikaIno. Beda lagi kalo pembaca mau lebih… heheehehe…
ALL CHARA : *sweatdrop* Yasudahlah, mohon pengertian… REVIEW ya…!
.
o.O.o.O.o.O.o.O.o.O.o.O
.
Muncul lagi dah fic gaje night. Katakanlah fic ini lagi-lagi nggak mutu dan masuk zona aman seorang Masahiro 'Night' Seiran, tapi fic ini untuk having fun ajah… Maaf ya, terkesan kayak Full House *adegan muntahnya*
Maaf deskripsinya nggak tuntas. Night lagi kurang fit. Makanya WAMN juga molor banget apdetnya.
Shikamaru mank ooc banget ya? Jangan donk… dia sebenarnya bukan playboy, tapi tuntutan ayahnya… chapter depan night bahas. Dia ninggalin Ino dengan jas 'muntahan' itu bukannya nggak punya hati, tapi dia pikir Ino itu akting. Lagunya Katy Perry maksa banget ya, hahahaha, night muter lagu itu terus pas lagi ngetik…
Yasudlah, silakan tebak-tebak lanjutannya.
Oke, night mohon…
.
R E V I E W
I
I
V
