Disclaimer : ©Akira Amano

Warnings : typo, OOC, Female Hibari, AU, & Sho-ai ..

Pairings : 80&female18, di chapter lain akan ada lebih banyak pairing lagi..

Fanfiction by~ Yaklin1412


Heart of Swords


Chapter 1 – That Lady Under the Cherry Blossom Tree

Musim semi, musim yang paling indah di Namimori. Bunga sakura bermekaran di seluruh penjuru kota. Kelopak-kelopak sakura yang indah berjatuhan memenuhi jalan-jalan. Burun-burung berkicau ceria dan angin berhembus sepoi-sepoi.

Di suatu pagi indah di Namimori, seluruh penduduk Namimori sedang menjalani aktifitas sehari-hari mereka seperti biasa. Namun entah kenapa sebagian besar dari mereka berhenti dan berkumpul di papan pengunguman.

Seorang pemuda berambut hitam jabrik pendek tengah berjalan membawa baskom kayu berisi ikan segar pesanan ayahnya. Melihat keramaian itu ia jadi penasaran dan turut ikut berdesakan.

Orang-orang yang berkumpul di situ berbisik-bisik satu sama lain. Pemuda itu tak dapat mendengar apa yang mereka bicarakan.

"PELINDUNG NAMIMORI BERAKSI LAGI." Tulisan itu tertulis besar-besar di salah satu kertas yang tertempel di papan pengunguman itu.

"Pelindung Namimori?" gumam pemuda itu bingung. Apa itu?

"Masa' kau tidak tahu siapa itu pelindung Namimori?" tanya seorang bapak di sebelahnya.

"Memangnya ada hal seperti itu? Aku baru dengar, ahaha," jawab pemuda itu sambil tertawa kecil.

"Pelindung Namimori itu adalah pembela kita, penduduk Namimori! Di malam hari ia membasmi para penjahat di Namimori!" Seorang anak laki-laki menjelaskan padanya dengan tatapan yang seakan berkata, "Masa' begitu saja tak tahu?"

"Ahaha." Pemuda itu hanya bisa menganggukkan kepala tanda ia mengerti sambil tertawa lagi.

"O, iya! Ikannya!" Pemuda itu langsung buru-buru pergi dari tempat itu karena mengingat bahwa ia harus segera mengantar ikan pesanan ayahnya. Tentunya ia berterima kasih kepada anak kecil yang tadi memberinya penjelasan terlebih dahulu.


"Takeshi! Kenapa lama sekali?" Ayahnya terlihat kesal dan sudah menunggu di depan pintu kedai mereka.

"Ahaha, maaf tadi ada pengunguman menarik jadi aku berhenti dulu sebentar," katanya seraya menyerahkan baskom itu pada ayahnya.

Ayahnya langsung membuka tutup baskom kayu itu dan mengamati mayat ikan di dalamnya. Setelah mengamati ikan itu, ia tersenyum senang. "Ya, sudahlah. Ikannya juga masih bagus," ujar ayahnya sebelum masuk ke dalam kedai.

Takeshi tersenyum lega. Syukurlah ayahnya tidak marah.

"Tapi lain kali jangan berhenti-berhenti dulu kalau mengantar ikan!"

"Iya, iya. Hehehe." Pemuda berbadan tinggi itu hanya nyengir lebar sambil megikuti ayahnya masuk ke dalam kedai sushi milik mereka.

Begitu Takeshi melangkah masuk dia langsung disambut sapaan dari para pelanggan kedai sushi ayahnya dan juga tatapan-tatapan genit dari gadis-gadis di kedai itu. Takeshi hanya membalas semua sambutan itu dengan senyum kebanggaannya.


Ayah dan anak itu tengah sibuk memotong ikan dan menyiapkan sushi ketika tiba-tiba ayahnya bertanya, "Memangnya tadi ada berita apa, Takeshi?"

"Oooh itu. Ada berita soal Pelindung Namimori," jawab Takeshi sambil mengantarkan sushi ke salah satu meja di kedai itu.

"Ngomong-ngomong apa ayah tahu soal Pelindung Namimori itu?" tanyanya kembali pada sang ayah sambil memotong ikan.

"Tentu saja tahu! Semua orang di Namimori tahu! Kecuali kamu kurasa, nak."

"Ahaha. Masa' sih? Yaah, aku memang tak begitu peduli pada hal seperti itu."

Setelah perbincangan singkat itu ayah dan anak itu pun tak banyak bicara lagi karena kedai mereka yang semakin penuh dan semakin banyaknya pelanggan yang harus mereka layani.


AUUUUUUNG

Suara lolongan anjing memecah keheningan malam itu. Mendengar suara itu bulu kuduk Takeshi pun mempercepat langkahnya.

Udara dingin malam itu mulai menusuk kulitnya. Walaupun ia memakai mantel di luar kimononya tapi tetap saja dingin. Tangannya menggenggam erat lampion yang adalah satu-satunya sumber penerangan selain sang bulan yang bersinar terang malam ini.

Kenapa pemuda naif bermata coklat ini berjalan sendiri di tengah malam begini? Jawabannya adalah karena ia disuruh ayahnya mengantar uang pembayaran pesanan ikan.

Sebetulnya ayahnya menyuruhnya pergi dari sore, tapi di jalan dia bertemu dengan seorang anak yang terpisah dari orang tuanya. Akhirnya dia membantu anak itu mencari orang tuanya. Setelah mengantar anak itu hari sudah gelap.

"Gawat, pasti nanti aku dimarahi lagi," gumamnya.

TRENG TRENG TRENG

"Eh?" Entah dari mana terdengar suara bunyi musik yang indah memecah keheningan malam yang mencekam.

"Bunyi apa itu?" Takeshi langsung lupa gelapnya malam dan kengeriannya pada kemarahan ayahnya ataupun hantu. Yang ada di pikirannya hanyalah mencari sumber melodi indah itu.

TRING TRING TRENG

Alunan lagu itu terus berlanjut. Seakan menuntun pemuda itu untuk mencari asal dari suara itu, Takeshi terus berjalan, dinginnya malam tak lagi terasa olehnya. Semakin lama dia semakin masuk ke dalam buaian irama itu.

TRING TRANG TRANG

Langkah kakinya kini dibimbing oleh indera pendengarannya. Setiap langkah membimbingnya semakin dekat ke asal dari melodi yang menawan itu. Tiba-tiba dia berhenti melangkah.

TRENG TRANG TRANG

Sebuah pohon sakura besar tumbuh dengan kokoh di tengah-tengah rimbunnya pohon sakura. Pohon itu terlihat begitu tua dan besar. Kelopak sakura yang berguguran menari di bawah cahaya rembulan.

TRING TRING TRING

Dibawah naungan dari pohon sakura yang indah itu ialah seorang gadis. Rambut hitamnya tergerai menutupi punggungnya, kulitnya putih mulus bagaikan pualam, bibirnya merah seperti mawar.

Sebuah kimono berwarna hitam dengan corak awan dan merak dengan warna ungu dan obi yang berwarna ungu tua membungkus tubuh rampingnya. Di rambutnya tersemat sebuah hiasan rambut berbentuk bunga berwarna ungu dengan untaina benang berwarna biru. Di pangkuannya ada sebuah koto dari kayu hitam.

Jemarinya yang lentik menari lincah memetik senar-senar koto menghasilkan melodi yang indah menawan hati. Ternyata bukan hanya Takeshi yang terbuai oleh alunan itu. Seekor burung kuning kecil sedang tidur dalam buaian permainan koto indah gadis itu di sebelah sang gadis.

TRENG TRENG TRING TRANG

"Siapa kau?" tanya gadis itu. Suara gadis itu lembut dan halus tapi dingin tanpa emosi.

Takeshi kecewa karena gadis itu menghentikan permainan kotonya. Dia hanya bisa terdiam menatap gadis itu yang kini sedang melihatnya dengan tatapan dingin.

"Cantik."

Tanpa sadar kata-kata itu meluncur keluar dari mulut pemuda itu.

Mata coklatnya tak bisa lepas dari mata biru keabuan gadis di hadapannya. Bulu mata gadis itu yang panjang dan matanya yang jernih dan bening. Pikiran pemuda itu kosong karena sosok cantik di hadapannya.

"Aku tanya kau siapa?"

Entah sejak kapan gadis itu sudah berdiri di depan Takeshi. Sebuah kusarigama sudah berada tepat di bawah dagu pemuda itu, menekannya hingga dia agak kesulitan bernafas.

Namun bukannya merasa takut karena senjata itu ia malah terpesona. Dilihat dari dekat seperti ini gadis itu benar-benar cantik. Sinar rembulan yang menerangi wajahnya membuatnya terlihat bercahaya. Takeshi bisa mencium wangi harum dari tubuh gadis itu.

"Aku tanya kau siapa, jangan buat aku mengulangi pertanyaanku lagi." Ujung kusarigama itu semakin menekan tenggorokannya, meninggalkan sebuah luka gores di tenggorokan pemuda itu.

"A- aku hanya sedang jalan-jalan saja. Aku tidak bermaksud mengganggu nona atau berbuat buruk. Aku hanya kebetulan lewat!" jawabnya dengan agak panik dan ngeri karena ditodong benda tajam.

Gadis itu hanya diam menatap pemuda di hadapannya itu. Kusarigama itu tetap berada di bawah dagu pemuda itu. Mata coklat yang kebingungan bertatap dengan mata biru keabuan yang dingin.

Akhirnya setelah beberapa saat gadis itu menurunkan senjatanya. Takeshi menghembuskan nafas lega. Gadis itu masih tetap menatapnya dengan curiga.

"Kau masih belum menjawab pertanyaanku. Siapa kau?" tanya gadis itu lagi. Entah kapan dan kemana kusarigama yang berada di tangannya menghilang.

"Eh. Ah iya ya, maafkan aku. Ahaha, namaku Takeshi Yamamoto. Anak dari Tsuyoshi Yamamoto, pemilik kedai sushi Takesushi di Namimori. Hobiku bermain suling. Makanan kesuka-," kata-kata Takeshi dipotong oleh nona cantik dihadapannya.

"Aku hanya menanyakan siapa kau. Aku tidak minta diberitahu informasi tidak penting seperti itu."

"Hehe. Maaf, maaf. Aku memang susah berhenti kalau sudah mulai bicara. Apalagi kalau bicara dengan seorang gadis cantik seperti nona ini." Takeshi menggombal tanpa ia sadari.

Gadis itu tidak menjawab. Ia hanya menatap pemuda di hadapannya dengan tatapan dingin sebelum ia berbalik badan menuju ke arah pohon sakura tempat ia duduk tadi. Takeshi hanya bisa menatap gadis itu berjalan menjauh.

Langkah gadis itu halus, suara langkahnya tidak terdengar. Gadis itu berlutut memungut koto di bawah pohon sakura itu.

Saat gadis itu tengah mengangkat koto itu, burung kecil di sebelah gadis itu terbangun dan bercicip, "Hibari, Hibari." lalu ia terbang dan hinggap di bahu gadis itu. Gadis itu tersenyum kecil sambil menepuk kepala burung kecil itu.

Gadis itu meraih sebuah payung yang tergeletak di bawah pohon sakura besar itu lalu membuka ayung itu dan berjalan pergi. Saat dia melewati Takeshi matanya beradu pandang lagi dengan mata Takeshi. Pemuda itu dapat mencium wangi sang gadis.

"Kenapa dia memakai payung malam-malam begini?" pikir Takeshi bingung melihat gadis itu. Kemudian dia pun berjalan mengikuti gadis itu.

"Sini, biar kubawakan!" ujar pemuda itu ceria pada gadis itu setelah ia berhasil mengejar gadis itu.

"Apa sebenarnya maumu? Kenapa kau mengikutiku?" tanya gadis itu sambil terus berjalan. Dia menatap Takeshi dengan tatapan pembunuh berdarah dingin, namun pemuda itu tak menyadari tatapan gadis itu karena terlalu terbuai oleh kecantikannya.

"Ahaha, tak baik seorang gadis cantik seperti nona berjalan sendiri malam-malam begini. Apalagi koto itu pasti berat, biar saya bawakan!" Takeshi memasang senyumannya yang paling tulus.

Walaupun dia tahu gadis itu lebih dari mampu membela dirinya mengingat senjata yang tadi sempat ditodongkan padanya ia tetap khawatir. Entah kenapa ia ingin melindungi gadis di hadapannya ini.

TAP TAP TAP

Gadis itu terus berjalan, namun kali ini ia mempercepat langkahnya. Berharap pemuda aneh itu akan berhenti mengikutinya. Namun, pemuda itu tetap keras kepala mengantarnya pulang. Dia terus mengikuti gadis itu.

TAP TAP

Tiba-tiba gadis itu berhenti, Takeshi langsung memanfaatkan kesempatan itu untuk mengejar gadis itu. Pemuda itu menatap gadis itu bingung. Kenapa gadis itu berhenti?

PLEK

Sepertinya ada suara benda jatuh. Takeshi melihat ke arah tanah dan melihat sebuah bunga ungu. Dia inagt bahwa bunga ungu itu adalah hiasan rambut gadis itu. Buru-buru dia berjongkok dan memungut bunga itu.

"Ini, nona," kata pemuda itu sambil berdiri kembali.

Takeshi terkejut. Gadis itu sudah tidak ada. Dia menghilang begitu saja saat Takeshi memungut hiasan rambutnya. Takeshi melihat ke sekelilingnya. Tidak ada tanda-tanda keberadaan orang lain di sekitarnya.

"Bagaimana dia bisa menghilang secepat itu? Tanpa suara pula! Jangan-jangan dia itu ninja!"

"Atau mungkin aku hanya berkhayal saja tadi?" gumam Takeshi sambil menatap bunga ungu di genggamannya.


"Ayah, apa di kota ini ada seorang gadis cantik berambut hitam bermata biru keabuan? Umur gadis itu kira-kira lebi tua setahun dariku. Apa ayah pernah lihat gadis seperti itu?" tanya Takeshi sambil mencuci piring di kedai. Dia masih tidak dapat melupakan gadis itu.

"Hm? Rasanya ayah tak pernah melihat gadis seperti itu. Kau berkhayal ya, Takeshi? Itu jadinya kalau keluyuran malam-malam." Sepertinya ayahnya masih marah karena kemarin ia pulang larut sekali.

"Oooh begitu. Ahaha."

Pikiran Takeshi masih terus dipenuhi oleh sosok gadis itu. Rasanya dia bahkan masih bisa mendengar sayup-sayup suara permainan koto gadis itu. Wangi dari gadis itu pun masih terpatri di indera penciumannya.

"Takeshi! Oi, Takeshi!" panggil ayahnya.

"I- i- iya! Ada apa, yah?" Pemuda itu kaget. Panggilan ayahnya telah membuyarkan lamunannya tentang gadis itu.

"Ini, antar pesanan ke meja di pojok kiri!" kata ayahnya sambil memberikan satu piring sushi unagi ke Takeshi. Pemuda itu langsung buru-buru mengantar piring itu ke meja yang dimaksud ayahnya.

"Sepertinya hari ini Yamamoto aneh. Kenapa dia?" tanya salah seorang pelanggan.

"Iya, dari tadi pagi kerjanya bengong. Apalagi tadi juga dia bicara aneh soal gadis bermata biru keabuan."

Ayah Yamamoto hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya. Pusing melihat kelakuan aneh anaknya.

Sementara pemuda yang tengah dibicarakan itu kini sedang mencuci piring. Walau tangannya bergerak namun pikirannya sudah tidak pada pekerjaannya lagi. Dia masih terus memikirkan gadis yang ia temui kemarin malam itu.

Ternyata karena ayahnya bercerita tentang putranya yang membicarakan seorang gadis aneh semua orang langsung mengetahui berita itu. Walau begitu tidak ada satu orang pun di seluruh Namimori yang mengenal ataupun pernah melihat gadis itu.

Sejak pertemuannya dengan gadis itu setiap malam Takeshi menyelinap keluar dari rumahnya. Ia pergi ke taman sakura tempat ia bertemu dengan gadis itu sambil membawa hiasan rambut gadis itu yang masih ia simpan dan seruling miliknya. Berharap semoga ia bisa bertemu gadis itu lagi dan mengembalikan hiasan rambut gadis itu serta menemani permainan koto gadis itu dengan permainan serulingnya.


1 hari, 2 hari, 3 hari, ...

Tak terasa sudah 1 minggu sejak dia bertemu gadis itu. Sudah 1 minggu pula ia menyelinap keluar tiap malam mencari sosok gadis itu dan sudah 1 minggu ia membuat ayahnya, pelanggan Takesushi, dan warga Namimori khawatir.

Bagaimana tidak khawatir? Anak tukang sushi yang biasanya ramah, ceria, dan suka membantu itu kini jadi seperti mayat hidup. Ia terlihat murung dan tidak bersemangat. Tawa cerianya kini terdengar dipaksakan. Frekuensi senyumannya pun berkurang drastis.

Anak-anak di Namimori kehilangan sosok kakak yang biasa menemani mereka bermain. Gadis-gadis kehilangan sosok pria tampan idola mereka. Orang-orang dewasa kehilangan tenaga pembantu yang dulu selalu siap membantu mereka. Intinya semua orang ingin Yamamoto kembali ceria seperti dulu lagi.

Hari ke 8.

Ini hari ke 8 semenjak Yamamoto bertemu gadis itu. Malam ini ia kembali menyelinap keluar rumah menuju ke taman bunga sakura tempat ia bertemu gadis itu.

Sesampainya disana pemuda itu menatap sedih ke arah pohon-pohon sakura itu. Sebagian besar kelopak sakura sudah berguguran. Hanya satu pohon yang masih rindang bunga sakuranya. Pohon itu adalah pohon sakura tua besar yang berada di tengah taman itu.

Yamamoto berdiri di bawah pohon itu. Dia mengelus permukaan kayu pohon itu lalu menyenderkan kepalany ke pohon itu sambil berbisik, "Kau ada dimana? Aku mencarimu kemana-mana. Aku ingin bertemu denganmu lagi."

Pemuda berbadan tinggi itu hanya diam saja sambil tetap menyenderkan kepalanya ke pohon tersebut dan membiarkna pikirannya berkelana. Kelopak bunga sakura teus berjatuhan ke tubuhnya dan rambutnya.

KRESEK

Yamamoto terbangun dari lamunannya. Telinganya menangkap suara sesuatu yang bergerak di atas pohon. Perlahan dia mendongakkan kepalanya melihat ke sumber suara. Betapa terkejutnya dia ketika melihat sumber dari suara barusan.

Seorang gadis dengan kulit putih dan rambut hitam sepunggung sedang tidur di antara naungan dahan dan ranting pohon sakura itu bersama seekor burung kuning kecil. Gerakan nafasnya teratur dan matanya terpejam rapat. Dia memakai kimono hitam yang sama seperti saat Takeshi pertama bertemu dengannya.

Wajah tidur gadis itu terlihat begitu tenang dan damai. Yamamoto hanya berdiri diam menatap wajah gadis yang dirindukannya itu. Akhirnya pemuda itu duduk di bawah pohon itu. Dia duduk di sisi pohon yang memungkinkannya untuk duduk bersandar sambil menatap sosok gadis itu.

Pemuda itu takut bahwa kehadirannya akan mengganggu tidur gadis itu. Gadis itu terlihat seperti tipe orang yang bisa bangun bahkan hanya karena suara gugurnya kelopak bunga.

Akhirnya pemuda itu mengambil serulingnya dan mulai bermain seruling. Dia memainkan sebuah lagu yang memang khusus dibuatnya untuk gadis itu.

Dia terus bermain sampai kelopak matanya sedikit semi sedikit terasa semakin berat. Perlahan-lahan ia pun menutup matanya dan tertidur. Tangan kananya menggenggam serulingnya sementara di pangkuannya ada hiasan rambut gadis itu.

Sakura saita ki no shita de kimi no koe wo

Under the blooming sakura tree I heard your voice

Haru kaze ga jama shitte kikoenai

But when the autumn wind blow, I couldn't hear it clearly

Sayonara janai to onegatta

I just prayed you weren't saying "Goodbye"

Aitakute koishikute hanarete

I want to see you, love you, set you free

NEXT CHAPTER :

"Lagi-lagi kau. Sedang apa kau disini?"

"Aku hanya takut kalau-kalau nona diganggu orang. Bahaya tidur di tempat seperti ini, nona."

"Pewaris Famiglia Vongola ada disini, di Namimori."

"Kita harus mendapatkannya, pewaris Famiglia Vongola terakhir. Satu-satunya penghalang rencana kita."

"Semua pengganggu di Namimori akan kugigit sampai mati!"


Song : Sakura Rock by Cherryblossom (KHR ED10)


Glossaries :

Koto = alat musik petik seperti kecapi.

Kusarigama = senjata ninja berbentuk sabit yang di ujung gagangnya tersambung dengan rantai. Biasanya dipakai untuk serangan jarak jauh.


Link to the female Hibari I made : .com/art/HIbari-fem-version-189754882?q=&qo=


Author's note :

Inspirasi fic ini didapat dari gambar Hibari karya Akira Amano-sensei yang saya edit menjadi cewek..

Di gambar itu Hibari memakai kimono sehingga saya kepikiran membuat cerita ini..

Saya sebenarnya ingin sekali membuat PURE SHOUNEN-AI 8018!

Tapi saya cuma bisa bikin straight sepertinya..

Akhirnya jadilah fanfic yang berada di perbatasan straigh dan yaoi ini!

O, iya di cerita ini semua orangnya memakai kimono karena cerita ini mengambil setting jaman dulu..

Kira-kira jaman dimana Jepang baru mulai menerima kebudayaan luar..

Chapter berikutnya bakal lebih banyak karakter KHR yang muncul..

Reborn, Dino, Romario, dll..


Revisione per favore ご確認 Review please 请审查 Bitte schreiben